Ribuan Hektar Kebun Pisang di Ngada Terserang Penyakit

“Kecamatan yang paling parah dilanda penyakit pisang adalah Kecamatan Aimere, Inerie, Golewa Selatan, Jerebuu, Riung,” kata Herlinda Bate, Kepala Bidang Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana Dinas Pertanian Ngada di Bajawa, Jumat, 7 November 2025.

Bajawa, Ekorantt.com – Sekitar 2.453 hektar kebun pisang milik warga di Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur, diserang penyakit selama tiga tahun terakhir. 

“Kecamatan yang paling parah dilanda penyakit pisang adalah Kecamatan Aimere, Inerie, Golewa Selatan, Jerebuu, Riung,” kata Herlinda Bate, Kepala Bidang Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana Dinas Pertanian Ngada di Bajawa, Jumat, 7 November 2025.

Herlinda merincikan berbagai jenis penyakit yang menyerang pisang di Ngada, antara lain penyakit layu bakteri menyerang tanaman pisang seluas 113,33 hektar, penyakit layu fusarium 44,53 hektar, dan penyakit layu 1,18 hektar.

Selanjutnya, bercak daun atau sigatoka 115,83 hektar, bonggol pisang 7,12 hektar, ulat penggulung daun 34,26 hektar, penggerek batang 0,41 hektar, dan penyakit kutu putih menyerang lahan pisang seluas 0,55 hektar.

Pemerintah, kata Herlinda, berupaya mengendalikan penyakit pisang, mulai dari penyuluhan, sosialisasi, hingga edukasi kepada petani. Dinas pertanian juga mengambil sampel tanaman untuk proses identifikasi jenis penyakit, kemudian memusnahkan tanaman yang terangkit penyakit.

“Bahkan kita sampai saran pengurangan anakan tanaman pisang dan pendampingan kelompok tani untuk penerapan sanitasi kebun dan rotasi tanaman,” kata Herlinda.

Selain itu, pemerintah bersama petani telah melakukan pemangkasan mulai dari jantung pisang, daun tua, dan penjarangan anakan pisang yang terlalu padat.

Herlinda menyarankan petani untuk memperhatikan jarak tanam minimal 4 x 4 meter dan maksimal 5 x 5 meter dan membuat saluran drainase yang baik dengan ukuran 40 x 40 sentimeter.

“Yang paling penting kami tekankan adalah hindari panen secara langsung oleh konsumen pembeli. Petani pisang disarankan melakukan panen sendiri,” tandasnya.

Penyakit pisang yang mewabah membuat sejumlah pedagang kesulitan mendapatkan pasokan pisang.

“Sulit sekali kami dapat pisang, kecuali kita beli dari Adonara. Kebetulan ada langganan yang biasa antar ke sini,” kata Maria Kleofas Wea, 59 tahun, pedagang pisang Pasar Bobou, Kota Bajawa.

Maria sendiri mengaku membeli seharga Rp50 ribu per tiga sisir pisang. Ia terpaksa menjual dengan harga lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan.

Ia menuturkan keuntungan yang diperoleh dari jualan pisang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti, biaya pendidikan anak hingga cicilan koperasi.

Hal serupa dialami Florentina Kebi, 44 tahun, petani pisang asal Desa Boba 1, Kecamatan Golewa Selatan yang mengaku pisang menjadi sandaran hidup keluarganya.

“Kami di sini, salah satu sandaran hidup kami itu dari pisang. Tapi hampir dua tahun kami sudah tidak bisa panen pisang lagi karena penyakit,” tutur Florentina.

Ia bilang, penyakit pisang mulai mewabah di wilayahnya sejak 2023. Gejala penyakit pisang mulai tampak dari layu daun, buah busuk hingga getah bening pada isi buah pisang.

Dinas Pertanian, kata Florentina, pernah turun melakukan edukasi kepada para petani. Pihak dinas menyarankan agar melakukan pemusnahan massal rumpun pisang untuk mencegah penyebaran penyakit pisang.

“Ada petani yang langsung lakukan penebangan, ada juga yang tidak karena pertimbangan untuk pakan ternak,” jelasnya.

TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img