Kejari Sikka Musnahkan Barang Bukti Perkara Narkotika hingga Pornografi

0

Maumere, Ekorantt.com Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Sikka memusnahkan barang bukti dari 63 perkara yang telah berkekuatan hukum tetap pada Kamis, 17 Juli 2025. Kegiatan pemusnahan ini digelar di halaman kantor Kejari Sikka dan dipimpin langsung oleh Kepala Kejaksaan Negeri Sikka, Henderina Malo.

Kepala Seksi Pemulihan Aset dan Pengelolaan Barang Bukti, Priastami Anggun Puspita Dewi menjelaskan, barang bukti yang dimusnahkan merupakan hasil putusan hukum tetap dari periode Maret 2024 hingga Mei 2025.

“Dua perkara yang sudah memiliki kekuatan hukum penghentian penuntutan berdasarkan restorative justice,” ujarnya.

Priastami juga menerangkan, tugas bidang pemulihan aset mencakup penelusuran, perampasan, dan pengembalian aset hasil tindak pidana kepada negara, korban, atau pihak yang berhak. Selain itu, bidang ini juga menangani pengelolaan, pengendalian, dan penyelesaian aset, benda sitaan, barang bukti, barang rampasan, serta benda sita eksekusi.

Barang bukti yang dimusnahkan berasal dari berbagai jenis perkara, antara lain 21 perkara tindak pidana perlindungan anak, 12 perkara narkotika, delapan perkara penganiayaan, lima perkara pencurian, empat perkara kekerasan seksual, tiga perkara pembunuhan, tiga perkara perlindungan konsumen, dua perkara perjudian, dua perkara pengeroyokan, dua perkara perikanan, satu perkara penipuan, satu perkara kesehatan, dan satu perkara pornografi.

Kepala Kejaksaan Negeri Sikka, Henderina Malo menegaskan, kegiatan ini merupakan bentuk komitmen jaksa sebagai eksekutor dalam melaksanakan putusan pengadilan.

Kata dia, kasus perlindungan anak dan kekerasan seksual di Kabupaten Sikka terus mengalami peningkatan, dengan mayoritas pelaku berasal dari lingkungan keluarga sendiri.

“Oleh karena itu, saya mengajak seluruh stakeholder terkait untuk bersama-sama berkomitmen memerangi persoalan ini,” tegasnya.

Henderina juga menjelaskan, pemusnahan dilakukan dengan berbagai metode, seperti dilarutkan, dibakar, dipotong, dan dihancurkan, disesuaikan dengan jenis barang bukti.

“Barang bukti bervariasi, ada senjata tajam, pakaian, narkotika jenis sabu, kosmetik dan lainnya yang kita musnahkan,” terangnya.

Acara pemusnahan ini turut dihadiri oleh Kapolres Sikka, Dandim 1603/Sikka, Hakim Pengadilan Negeri Maumere, Kasat PolAirud, serta sejumlah pegawai Kejaksaan Negeri Sikka.

Dari Introspeksi ke Lompatan Transformatif (Catatan pada HUT ke-63 Bank NTT)

Oleh: Agustinus Tetiro*

Hari ini (17 Juli 2025), Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur (BPD NTT atau Bank NTT) merayakan hari ulang tahun ke-63. Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena sebagai pemegang saham pengendali (PSP) berharap, Bank NTT menjadi jantung bagi detak dan gerak perekonomian NTT.

Harapan Gubernur NTT itu kemudian dijabarkan melalui beberapa pernyataan kunci. Bank NTT harus tumbuh menjadi bank yang sehat, produktif dan dibanggakan. Bank NTT harus mendukung sektor pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, UMKM dan pariwisata di NTT.

Menurut Gubernur Melki, usia 63 tahun adalah kesempatan untuk introspeksi dan melupakan catatan kelam masa lalu sekaligus inisiatif untuk melakukan lompatan ke depan dengan transformasi kinerja dan layanan, sehingga pada gilirannya Bank NTT mampu bersaing secara nasional dan global. 

Introspeksi

Gubernur Melki Laka Lena menggunakan kata yang tepat untuk mengevaluasi kinerja bank NTT: instrospeksi. Kata ini berasal dari dua kata bahasa Latin: intro (masuk, ke dalam) dan spectare (melihat, memperhatikan). Introspeksi berarti: melihat ke dalam. 

Introspeksi lebih daripada evaluasi. Introspeksi lebih jujur dan bijaksana menilai ke dalam. Evaluasi menilai dengan memperlihatkan ke luar sejumlah data.

Salah satu cara yang paling umum untuk mengevaluasi kinerja BPD adalah memperhatikan perkembangan beberapa datanya terkait asset, dana pihak ketiga (DPK), penyaluran kredit/pembiayaan, dan laba bersih.

Data-data ini bisa kita lihat pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Termasuk, data-data lain, seperti kredit bermasalah dan komposisi dana murah, yang terkait dengan kinerja perbankan. Sementara itu, hal-hal yang berkaitan dengan integritas para pemimpin dan kualitas pelayanan lebih bisa kita peroleh melalui impresi-impresi dan kesan-kesan yang masuk selama proses pengabdian dan pelayanan. 

“Kita tinggalkan catatan kelam masa lalu, mari melihat ke depan!” pesan Gubernur NTT. 

Di hadapan kepemimpinan baru di pemerintahan provinsi NTT dan di Bank NTT, kita berharap penuh: Bank NTT akan berjalan pada rel yang benar, seperti harapan Gubernur Melki Laka Lena: Bank NTT yang sehat, produktif dan dibanggakan. 

Harapan dan Tantangan

Harapan Gubernur NTT di atas sejalan dengan Roadmap Penguatan Bank Pembangunan Daerah 2024-2027 oleh otoritas jasa keuangan (OJK) yang mematok tiga kunci sukses BPD:  Resilien, Kontributif dan Kompetitif.

Bank NTT yang sehat perlu dipahami sebagai bank yang tahan uji dan tahan banting dengan tingkat resiliensi yang mumpuni. Bank NTT yang produktif adalah Bank NTT yang mampu berkontribusi bagi perekonomian daerah yang sektor-sektor utamanya telah disebutkan Gubernur di atas.

Bank NTT yang bisa dibanggakan tentu saja berkaitan dengan daya saing yang kompetitif dengan bank-bank lain baik di kawasan Indonesia timur maupun di level nasional bahkan dunia.

Tentu saja, untuk mencapai harapan itu, kita perlu mengetahui betul tantangan-tantangan yang ada seperti tantangan global terkait kondisi ekonomi dan perdagangan dunia, serta tantangan nasional dan tantangan struktural BPD.

OJK melihat tantangan nasional datang dari pertumbuhan ekonomi, akselerasi digital dan keamanan siber, inklusi dan literasi keuangan di daerah yang relatif rendah, kompetisi dengan bank-bank besar di daerah.

Sementara itu, tantangan struktural BPD mencakup, (1) kelemahan serta pemasalahan tata kelola, manajemen risiko dan kepatuhan (GRC), keterbatasan opsi dalam penguatan permodalan, kualitas dan kuantitas infrastruktur (TI dan SDM), pangsa kredit produktif relatif rendah, keterbatasan produk dan layanan, tantangan pengaturan, pengawasan dan perizinan,

Lompatan Transformatif

Gubernur Melki Laka Lena kembali menyebutkan kata kunci lain: Transformasi. Kata ini juga berasal dari dua kata bahasa Latin: trans (di seberang, melewati, melampaui) dan forma-ae (bentuk). Transformasi bisa berarti berubah bentuk, melampaui bentuk yang ada, tentu saja ke arah yang lebih baik.

Dalam data yang dikumpulan kepada OJK untuk Roadmap Penguatan Bank Pembangunan Daerah 2024-2027, manajemen Bank NTT hanya menuliskan Rencana Strategis 5 Tahun ke depan: (1) Penguatan daya saing melalui peningkatan kemampuan bisnis & layanan untuk keunggulan kompetitif, (2) Penguatan struktur kelembagaan & tata Kelola, dan (3) Peningkatan kontribusi untuk pembangunan perekonomian di Nusa Tenggara Timur.

Kita tidak menemukan target-target yang prospektif serentak terukur untuk menakar kerja suatu BPD bernama Bank NTT. Dalam hal transparansi dan rencana kerja seperti ini, kita masih sekelas dengan Bank NTB Syariah yang sangat formalistis dalam laporan, tetapi kalah di hadapan Bank MalukuMalut yang dengan amat baik menetapkan target bisnis dengan angka-angka terukur dan realistis tentang target pertumbuhan penyaluran kredit (5-9%), menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) gross produktif di bawah 5% dan rasio UMKM maksimal 20%, target penghimpunan DPK tumbuh hingga 9%, pencapaian rasio LDR pada kisaran 78-92% serta komposisi dana murah (CASA) pada posisi minimal 50% dari total DPK.

Pada titik ini juga, kita kalah dari Bank Papua yang lebih komprehensif menjelaskan target-target untuk 5 tahun ke depan. Jangan dulu bandingkan dengan BPD di Jawa, Kalimantan dan Sumatera yang memang sudah jauh lebih maju. 

Rencana dan target kinerja untuk suatu unit usaha seperti Bank NTT itu amat penting untuk keperluan transparansi, kepercayaan (trust) investor dan nasabah, hingga refleksi tugas dan tanggung jawab yang mau kita ambil dan emban untuk daerah kita tercinta. Hal-hal yang hanya berkaitan dengan pemenuhan suatu tuntutan formalitas atau suatu formalisme tugas sebaiknya dihilangkan.

Kita membutuhkan terobosan-terobosan yang kreatif, akseleratif, terukur dan efektif untuk percepatan pembangunan NTT ke depan. Pada gilirannya transformasi Bank NTT ini perlu memastikan makin banyak uang mengalir ke masyarakat untuk memberantas dua masalah pokok di NTT: kemiskinan ekstrem dan prevalensi tengkes (stunting).

Gubernur Melki memaknai usia ke-63 Bank NTT sebagai kesempatan untuk introspeksi dan melakukan lompatan transformatif. Pesan ini sangat kuat, karena lompatan transformatif itu akan dilihat pada dua tahun lagi (2027) ketika Bank NTT merayakan HUT ke-65. Serta, tiga tahun lagi (2028) ketika provinsi NTT merayakan HUT ke-70.

Ayo Bangun (Bank) NTT!


*Agustinus Tetiro adalah jurnalis ekonomi-bisnis dan peminat Etika Bisnis

Warga Poco Leok Sambut Gubernur NTT dengan Aksi ‘Jaga Kampung’

0

Ruteng, Ekorantt.com – Kunjungan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Melki Laka Lena ke Poco Leok, Kabupaten Manggarai, Rabu, 16 Juli 2025, disambut aksi demonstrasi warga yang menolak proyek panas bumi PLTP Ulumbu Unit 5 dan 6. Aksi tersebut merupakan bentuk protes masyarakat adat terhadap proyek yang dinilai mengancam ruang hidup mereka.

Melki tiba di Poco Leok sekitar pukul 16.57 Wita, usai memimpin rapat kerja bersama jajaran Pemerintah Kabupaten Manggarai.

Ia datang didampingi sejumlah pejabat Pemerintah Provinsi NTT, di antaranya Asisten II Rita Wisang yang juga Ketua Satuan Tugas Penanganan Geotermal NTT, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sony Libing, serta Kepala Badan Aset dan Pendapatan Daerah Alex Lumba.

Kehadiran Melki di Poco Leok merupakan bagian dari agenda kunjungan kerjanya di wilayah Manggarai.

Ia menyatakan keinginannya berdialog langsung dengan masyarakat. Menurutnya, pemimpin tidak boleh menghindar dari persoalan.

“Apapun kejadiannya, kita tidak boleh meninggalkan masalah,” ungkap Melki dalam rapat kerja tersebut.

Namun, setibanya di Poco Leok, rombongan gubernur dihadang aksi demonstrasi warga yang menolak proyek pengembangan panas bumi.

Barisan perempuan berada di garda depan aksi, membawa sejumlah poster dengan berbagai tuntutan. Salah satu poster bertuliskan, “Warga adat bukan penjahat stop kriminalisasi.” Poster lainnya menuntut, “Bubarkan tim uji petik Gubernur NTT.”

Aksi itu merupakan respons atas laporan tim satuan tugas yang dibentuk gubernur dan dipresentasikan dalam Rapat Koordinasi Uji Petik di Hotel Harper, Kota Kupang, pada 4 Juli lalu.

Masyarakat menganggap laporan tersebut tidak merepresentasikan aspirasi dan kekhawatiran warga setempat.

Proyek PLTP Ulumbu Unit 5 dan 6 sendiri merupakan bagian dari investasi energi bersih senilai sekitar 150 juta euro.

Dana tersebut berasal dari Bank Pembangunan Jerman, KfW, dan proyek dijalankan oleh PT PLN Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara.

Proyek ini menargetkan tambahan daya 2×20 megawatt, naik signifikan dari kapasitas awal sebesar 10 megawatt yang telah beroperasi sejak 2012.

Namun, warga meminta seluruh proses proyek dihentikan, termasuk sosialisasi dan pengadaan lahan, hingga ada jaminan terhadap perlindungan hak-hak masyarakat adat.

Penolakan masyarakat Poco Leok bukan tanpa dasar. Mereka menilai proyek panas bumi mengancam keberlanjutan tanah adat, air, serta kehidupan sosial budaya mereka.

“Kami menolak bukan karena kebencian, tapi karena cinta pada tanah, air, dan kehidupan kami,” tegas Maria Suryanti Jun, perempuan adat Poco Leok dalam siaran pers pada 11 Juli lalu.

Ia menambahkan, perempuan dan anak-anak paling merasakan dampak dari proyek tersebut.

Tujuh Siswa SMAK Frateran Ndao Ikut Olimpiade Sains Tingkat Provinsi NTT

Ende, Ekorantt.com – Sebanyak tujuh siswa SMA Katolik Frateran Ndao terpilih menjadi perwakilan Kabupaten Ende ikut ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat provinsi pada pertengahan Agustus 2025 mendatang.

Ketujuh siswa ini yakni Christella Maria Kalay, Angelina Selena Kamadjaja, Apolonius Ervan Ivander, Rainer Aldiro Timba Tato, Rainer Aldiro Timba Tato, Maria Kurniawati Liga Ude, dan Carissa Vania Elim.

Koordinator Pusat Prestasi Siswa SMAK Frateran Ndao, Gervasia Yulita Kedjo, menuturkan bahwa mereka berhasil lolos dalam ajang OSN tingkat Kabupaten Ende.

“Ini sesuai harapan sekolah, bahkan meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya enam orang,” ujar Gervasia di Ende, Rabu, 16 Juli 2025.

Ia menjelaskan, OSN menjadi ajang penting untuk menjaring talenta terbaik di bidang sains serta memotivasi siswa agar terus mengembangkan potensi mereka.

OSN sendiri mencakup berbagai bidang pengetahuan yakni matematika, fisika, kimia, biologi, informatika, astronomi, geografi, dan ekonomi, serta ilmu kebumian.

Untuk memaksimalkan kemampuan dan kompetensi para peserta, Gervasia bilang bahwa pihaknya akan terus melakukan pendampingan secara intens.

“Waktu memang terbatas, namun kami akan maksimalkan bimbingan untuk mereka,” terangnya.

Kepala SMAK Frateran Ndao, Fr. Albertus Sukatno, mengaku bangga atas capaian yang diraih oleh peserta didik.

Prestasi yang diraih tersebut, lanjutnya, menjadi motivasi bagi para peserta didik lainnya dalam meningkatkan kompetensi belajar.

“Kami berterima kasih kepada para guru pembimbing dan orang tua yang telah mendukung proses ini,” kata dia.

Albertus meminta dukungan dan doa dari semua pihak agar prestasi yang telah diraih dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

Carissa Vania Elim, siswi kelas XI peraih peringkat satu bidang biologi mengaku bangga atas hasil yang diperoleh.

Sebelumnya, ia tidak menyangka bisa keluar sebagai pemenang dalam olimpiade tersebut. Ia juga kaget terpilih menjadi salah satu perwakilan sekolah dan Kabupaten Ende pada ajang di tingkat Provinsi NTT.

Peluang itu menuntun Vania untuk bertekad belajar lebih giat dalam menghadapi OSN tingkat Provinsi NTT sehingga bisa mengharumkan nama sekolah dan Kabupaten Ende.

“Saya bersyukur atas bantuan Tuhan dan bimbingan guru-guru kami dua bulan sebelum lomba, kami sudah rutin dibimbing dua hari sekali,” tandasnya.

Bupati Ngada Lepas 38 Peserta Kuliah Magang ke Jepang

Bajawa, Ekorantt.com – Bupati Ngada Raymundus Bena melepas 38 orang peserta program magang kuliah ke Jepang kerja sama Pemerintah Kabupaten Ngada dan Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali.

Acara pelepasan ini disaksikan orang tua peserta di halaman Kantor Bupati Ngada pada Selasa, 15 Juli 2025.

Raymundus mengatakan, sebelumnya Pemkab Ngada telah mengirim 11 peserta program magang ke Jepang yang saat ini sedang mengikuti pelatihan dan persiapan di Bali.

“Total semua 49 orang. Saya harapkan untuk menjadi duta, duta bagi anak milenial dan duta bagi masyarakat Ngada,” ujar Raymundus.

Pengiriman pelajar ke luar negeri menjadi komitmen pemerintah dalam rangka pengembangan sumber daya manusia. Pemerintah sendiri menargetkan untuk terus menambah jumlah mahasiswa untuk mengikuti program itu ke depan.

Raymundus berharap para mahasiswa yang akan melaksanakan kuliah magang di Jepang bisa mempelajari budaya dan kebiasaan di lingkungan kerja nantinya.

Ia juga mengingatkan para peserta untuk mematuhi segala peraturan yang ditetapkan perusahaan dan menyisihkan sebagian penghasilan untuk menabung dan membantu keluarga.

“Tenaga honorer kita cukup banyak. Ke depan kita buka peluang bagi mereka, tapi khusus buat laki-laki,” tutur dia.

Harapan Orang Tua

Margaretha Ripo (48), warga Desa Naru, Kecamatan Bajawa, tak bisa menahan air mata saat melepas putrinya Hendrika Mo’i (28) mengikuti program magang kuliah di Jepang. Rasa haru muncul dari dalam diri karena baru pertama kali ia dan keluarga mendapat peluang ke luar negeri.

Pasalnya, program tersebut sangat membantu keluarganya yang kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

“Sebagai orang tua, ini program sangat menyentuh masyarakat. Bagi kami pendidikan yang paling penting,” katanya.

Margaretha menaruh kepercayaan kepada pemerintah untuk memberangkatkan putrinya ke Jepang.

“Bagi kami keamanan dan keselamatan anak paling penting, apalagi di negara orang. Tapi setelah ada penjelasan dari pemerintah kami percaya,” katanya.

Puluhan peserta ini akan menjalani pelatihan di Bali. Mereka akan diuji secara kompetensi. Selanjutnya, akan dikirim ke Jepang dan menjalani proses magang kuliah sesuai bakat dan minat masing-masing.

Para peserta pun mendapatkan gaji hingga belasan juga per bulan jika sudah mulai aktif bekerja di perusahaan yang ada di negeri sakura itu.

“Sebagai orang tua kita berharap mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang baik di sana dan berkuliah,” kata Margaretha.

Serena Francis Ajak Siswa SMAN 3 Kupang Hindari Bullying di Sekolah

Kupang, Ekorantt.com – Wakil Wali Kota Kupang, Serena Francis mengimbau seluruh siswa SMA Negeri 3 Kupang untuk menjauhi tindakan bullying di lingkungan sekolah.

Ajakan ini disampaikan Serena saat menjadi pembicara dalam kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di hadapan 432 siswa baru pada Rabu, 16 Juli 2025.

Serena menyampaikan bahwa bullying yang terjadi di sekolah berdampak serius terhadap kesehatan mental para siswa.

Menurutnya, kondisi mental yang terganggu serta ketidakmampuan dalam mengelola stres dapat mendorong siswa untuk mengambil keputusan ekstrem.

“Dan ini sudah banyak sekali terjadi kasus-kasus bunuh diri di kalangan pelajar di Kota Kupang,” kata Serena.

Serena yang merupakan alumni SMA Negeri 3 Kupang tahun 2014 itu juga mendorong para siswa untuk tidak malu menyampaikan kepada orang tua maupun guru jika mengalami bullying.

“Hal ini agar mereka kembali percaya diri dan mental health mereka lebih terjaga saat proses belajar mengajar,” terangnya.

Ia menegaskan bahwa Pemerintah Kota Kupang memberikan perhatian serius terhadap permasalahan bullying di sekolah. Melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah rutin memberikan informasi seputar kesehatan mental dan pengelolaan stres kepada siswa.

Sementara itu, Kepala SMA Negeri 3 Kupang, Ishak Balbesi menjelaskan, pihak sekolah telah mengambil langkah nyata untuk mencegah kekerasan di lingkungan sekolah.

Sejak 2023, pihaknya telah membentuk Tim Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan di Sekolah serta menyediakan link aduan khusus bagi siswa.

Tim itu diketuai oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, dan guru bimbingan konseling.

Link aduan diberikan kepada seluruh siswa agar mereka dapat menyampaikan laporan secara anonim apabila merasa malu untuk melapor langsung.

“Kami benar-benar menginginkan anak-anak yang sekolah di sini merasa aman dan nyaman,” ujarnya.

Ishak juga mengungkapkan, sejak tim dibentuk dan sosialisasi dilakukan secara berkelanjutan, kasus bullying dan kekerasan di sekolah mengalami penurunan signifikan.

Sebagai bentuk komitmen, sekolah juga mengundang Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk memberikan materi tentang kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan anak selama MPLS berlangsung.

“Ini motivasinya ingin memberikan MPLS ramah anak karena materi tentang kekerasan perempuan dan anak harus ada,” tandasnya.

Ia berharap, melalui kegiatan MPLS ramah anak yang berlangsung selama empat hari, seluruh siswa baru dapat menghindari perilaku bullying dan kekerasan di lingkungan sekolah.

Sementara itu, Reynard Aurelius Sihite, Ketua Panitia MPLS dari kalangan siswa kelas XII sekaligus Wakil Ketua OSIS SMAN 3 Kupang, menyampaikan bahwa selama MPLS para siswa baru diperkenalkan pada aturan dan tata tertib sekolah.

“Mereka diperkenalkan tentang cara berseragam, fasilitas dan mengenalkan tujuh kebiasaan anak Indonesia,” ujarnya.

Reynard menambahkan, siswa juga menerima materi dari OSIS terkait kedisiplinan dalam berseragam sebagai bagian dari pembentukan karakter dan budaya sekolah yang positif.

Warga Lima Desa Terdampak Erupsi Lewotobi di Sikka Butuh Air Bersih

0

Maumere, Ekorantt.com – Warga lima desa di Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, membutuhkan air bersih akibat tercemarnya sumber air setelah letusan Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur (Flotim). Lima desa yang terdampak yakni Desa Hikong, Udek Duen, Ojan, Kringa, dan Timutawa.

Plt Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sikka, Putu Botha mengatakan, bantuan air bersih menjadi prioritas utama dalam penanganan bencana erupsi, karena sangat dibutuhkan warga terdampak.

Sesuai hasil laboratorium kesehatan daerah (Labkesda) Kabupaten Sikka, sumber air yang ada di desa perbatasan, khususnya di lima desa tersebut belum direkomendasikan untuk dikonsumsi.

Bahkan, kata Putu, untuk mandi, cuci, kakus (MCK) dan pertanian pun belum bisa digunakan.

“Karena sumber air masih tercemar material vulkanik berupa kandungan mangan, belerang, seng. Bahkan kromium yang dalam kadar tertentu bisa mengakibatkan kanker,” ujar Putu kepada Ekora NTT, Senin, 14 Juli 2025.

Putu mengatakan, pihaknya sudah melakukan pendropingan air bersih dan air mineral ke beberapa wilayah. Namun ada beberapa dusun yang sulit dijangkau karena medan jalan rusak dan kurangnya mobil tangki air.

“Kami hanya punya satu mobil tangki air. Alternatif yang instan pada masa transisi ini, kebutuhan air mineral menjadi salah satu solusi yang harus segera terpenuhi,” kata Putu.

Putu bilang, berbagai pihak telah memberikan bantuan air bersih dan air mineral kepada warga yang terdampak erupsi.

“Seperti Pelindo Maumere, beberapa donatur, dan juga yayasan yang ikut memberikan bantuan air minum kepada korban bencana. Atas nama pemerintah, saya menyampaikan terima kasih,” ucapnya.

Putu mengatakan, sekitar 2.500-an kepala keluarga (KK) membutuhkan bantuan air bersih. Persediaannya masih kurang.

“Waktu erupsi Lewotobi pertama tahun 2025, kita droping air mineral 85 dos di Desa Udek Duen dengan jumlah 256 kepala keluarga saja masih kurang,” tutur Putu.

BPBD, kata dia, selalu mengupdate data kebutuhan warga. Pihaknya akan melakukan evaluasi berdasarkan penghitungan teknis terhadap kebutuhan air di lokasi terdampak bencana. 

“Daerah mana yang sudah melakukan pendropingan air tangki atau air kemasan. Terus kekurangannya berapa, kita akan melakukan pendropingan, karena kita juga menghindari terhadap penyalahgunaan bantuan.”

“Jangan sampai boros, atau misalnya harusnya untuk minum tetapi dipakai untuk mandi. Ini yang memang ada prioritas-prioritas terhadap air kemasan yang menjadi atensi dari warga terdampak dalam situasi seperti ini, mereka bisa memanfaatkan dengan baik untuk kebutuhan yang memang benar-benar yang prioritas,” tandas Putu.

Perihal Geotermal di Flores: Panas di Perut Bumi, Hangat di Hati Masyarakat

*Oleh: Anselmus Dore Woho Atasoge


Flores, permata timur nusantara, bukan hanya lukisan alam yang menawan mata. Ia adalah jiwa yang hidup dalam bisikan angin, gemuruh ombak, dan bisik doa masyarakatnya. Di pulau ini, tanah dipeluk sebagai pusaka suci, gunung dijaga sebagai penjaga tak terlihat, dan laut dihormati sebagai penghubung dunia jasmani dan rohani.

Relasi masyarakat Flores dengan lingkungan bukan sekadar hubungan ekologis, tetapi sebuah perjanjian luhur antara manusia, leluhur, dan Sang Ilahi yang dirayakan dalam setiap ritual dan dipertahankan dalam nilai-nilai turun-temurun.

Namun dalam keheningan doa dan nyanyian adat yang mengalir dari generasi ke generasi, hadir sebuah gaung baru: eksplorasi energi panas bumi yang menjanjikan terang masa depan, namun berpotensi meredupkan cahaya spiritual dan keseimbangan sosial yang telah lama terjaga.

Kemajuan tak seharusnya menjadi ancaman, namun setiap langkahnya perlu berhati, menghormati ruang hidup masyarakat, dan mendengar suara tanah yang telah lama bicara lewat adat dan iman. Flores tidak sekadar butuh energi, ia butuh cinta yang sanggup membangun tanpa melukai.

Bagi masyarakat Flores, pembangunan bukan sekadar urusan teknis atau perhitungan ekonomi. Ia adalah soal makna, warisan, dan relasi yang sakral. Dalam pandangan sosiologi agama, setiap alat berat yang menggali bumi juga menggali jejak nilai yang telah diwariskan oleh leluhur dan dijaga melalui ritus adat serta ajaran rohani. Ketika proyek geotermal merambah kawasan yang diyakini sakral, masyarakat tak hanya melihatnya sebagai perubahan lanskap, tetapi sebagai ancaman terhadap tatanan hidup yang telah menyatu dengan alam dan spiritualitas mereka selama berabad-abad.

Ketegangan pun tumbuh, tidak semata karena potensi konflik lahan, tetapi karena benturan antara logika pembangunan dan kebijaksanaan lokal yang hidup dalam iman. Negara mungkin menawarkan energi dan pertumbuhan, namun masyarakat Flores menimbangnya dalam neraca yang lebih dalam: neraca nilai, martabat, dan keselarasan hidup, hic et nunc, kini dan nanti. Di sinilah suara spiritual menjadi nyaring, bukan untuk menolak kemajuan, melainkan untuk mengingatkan bahwa pembangunan yang melupakan jiwa masyarakat adalah pembangunan yang kehilangan arah.

Tanah di Flores bukan sekadar hamparan fisik yang diinjak kaki atau digarap alat berat. Ia adalah nadi kehidupan yang mengalir di tubuh budaya masyarakat. Tempat asal mula doa diucapkan, persembahan dipersembahkan, dan kenangan leluhur dijaga dengan penuh hormat. Di setiap jengkalnya, tersimpan kisah suci yang tidak terukur oleh instrumen pembangunan modern. Ia dipeluk dalam ritus, dipuji dalam nyanyian adat, dan diyakini sebagai ruang sakral tempat langit bersua bumi.

Ketika proyek geotermal menyentuh tanah ini, muncul bukan hanya kegelisahan teknis, melainkan pertanyaan mendalam tentang siapa kita dan untuk siapa pembangunan ini dilakukan.

Bagi masyarakat Flores, menjaga kesucian tanah berarti menjaga jati diri dan relasi spiritual yang telah menyatu sejak zaman nenek moyang. Di tengah ambisi menggali energi, suara mereka mengingatkan bahwa pembangunan sejati adalah yang sanggup menyalakan harapan tanpa memadamkan roh budaya yang telah lama menyala.

Dalam pergulatan antara pembangunan dan kelestarian jiwa masyarakat Flores, peran Gereja dan para pemuka agama-masyarakat muncul sebagai lentera yang menuntun arah. Mereka bukan sekadar saksi sejarah, melainkan penjaga nurani, yang bersuara ketika harmoni sosial dan spiritual mulai terguncang. Lewat kotbah, doa, dan pendampingan, mereka merangkai kata-kata menjadi tameng etis, mengingatkan bahwa kemajuan yang tak berpijak pada martabat manusia dan penghormatan terhadap alam bukanlah berkah, melainkan sebuah ketidakseimbangan yang menggerus akar kehidupan.

Resonansi moral ini berpadu indah dengan gema ensiklik ‘Laudato Si’ karya Paus Fransiskus, seruan yang membelah kebisuan dunia dengan ajakan penuh kasih: “dengarkanlah jeritan bumi dan jeritan orang miskin.”

Di tengah suara mesin dan data proyek, suara Gereja hadir sebagai nyanyian kesadaran bahwa tanah yang digarap harus tetap menjadi tempat berpijak nilai, dan teknologi yang dirancang harus tetap menyisakan ruang untuk doa dan cinta terhadap ciptaan.

‘Laudato Si’ bukan hanya dokumen ajaran Gereja. Ia adalah nyala nurani global yang membelah keheningan bumi yang terluka.

Dalam setiap kalimatnya, Paus Fransiskus menyulam harapan bahwa alam semesta bukanlah ladang untuk ditaklukkan, melainkan rumah bersama yang mesti dipelihara dengan cinta. Seruan ini menolak keras eksploitasi yang lahir dari kerakusan ekonomi, dan mengingatkan bahwa ketika pohon tumbang, sungai mengering, dan tanah retak—yang paling menderita bukanlah mesin, melainkan manusia, terutama mereka yang hidup bersahaja dan bergantung pada rahmat alam.

Dalam konteks Flores, pesan ‘Laudato Si’ bergaung dalam batin masyarakat yang menyatu dengan alam. Ketika proyek geotermal mengetuk pintu pembangunan, pertanyaan yang mengemuka bukan sekadar soal angka dan prospek ekonomi, tetapi tentang keadilan ekologis: apakah pembangunan ini akan memberi cahaya tanpa memadamkan kehidupan? Apakah energi yang digali dari rahim bumi mampu menjaga keseimbangan antara kemajuan dan martabat komunitas? Flores menunggu jawaban yang tidak hanya logis, tetapi juga bijak dan berbelas kasih.

Keberlanjutan sejati tidak sekadar diukur dari energi yang dapat diperbarui, tetapi dari kemampuan kita menjaga keberlanjutan hati dan kebijaksanaan hidup masyarakat.

Di Flores, pembangunan mestinya tidak mereduksi manusia menjadi angka statistik, tetapi merayakan mereka sebagai penjaga nilai dan makna. Proyek geotermal jadinya bukanlah hanya tentang mengalirkan listrik, melainkan tentang mengalirkan rasa hormat, kesadaran, dan cinta kepada bumi yang telah lama menjadi rumah spiritual masyarakatnya.

Dalam terang nilai-nilai tersebut, dialog menjadi napas dari pembangunan yang beradab. Ketika para teknokrat membuka telinga, pemerintah menundukkan hati, dan tokoh adat bersama Gereja bergandengan tangan dengan masyarakat, maka keputusan yang lahir bukan hanya teknis, tetapi juga reflektif dan manusiawi. Flores tidak meminta untuk dilindungi karena lemah, tetapi karena ia kuat dalam kearifan, yang jika didengar, bisa menuntun dunia menuju pembangunan yang lebih bernurani.

Yang akan menentukan arah Flores bukanlah desingan teknologi atau gemuruh alat berat, melainkan gema suara masyarakatnya yang menjaga warisan makna dan nilai. Identitas mereka adalah akar yang tumbuh dalam tanah yang kini telah dan mungkin hendak digali lagi. Inilah sebuah akar yang tak bisa dicabut oleh kemajuan, bila dijaga dengan kesadaran dan keberanian untuk bersuara.

Ketika masyarakat menjadi mitra dalam setiap tahap pembangunan, maka perubahan bukanlah ancaman, melainkan peluang untuk memperkuat relasi antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Energi panas bumi yang keluar dari perut tanah hanya akan menjadi berkah bila tidak membakar kehangatan dari hati masyarakat. Cahaya sejati tak lahir dari kilowatt, tetapi dari nyala cinta terhadap tanah kelahiran, terhadap budaya yang mengalir dalam darah, dan terhadap keberadaan yang dihormati. Jika Flores bisa membangun tanpa menghapus, menggali tanpa melukai, maka masa depannya akan dituntun bukan hanya oleh kemajuan, tetapi juga oleh kebijaksanaan.

*Anselmus Dore Woho Atasoge, Staf Pengajar pada Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende

Turnamen Voli Tekaiku Cup II Jadi Ajang Pembinaan Talenta Muda di Sikka

0

Maumere, Ekorantt.com – Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) Cabang Sikka menggelar turnamen Voli Teka Iku Cup II di Stadion Gelora Samador. Turnamen yang diikuti oleh sembilan klub tersebut berlangsung dari 12 Juli hingga 26 Juli 2025.

Sejumlah tim yang terlibat yakni Ganna Kewa, Gurita Merah Aibura, Netral, BOM Wolet, Gong Nele, Anarki, CMRT, Jangkar Wairblerer, dan Dragon Fly.

Ketua Panitia Turnamen Teka Iku Cup II Very Kedang mengatakan turnamen tersebut bertujuan untuk membina talenta muda Sikka yang berkarakter, bermental, beretika, serta perilaku yang sesuai dengan adat-istiadat.

“Selain itu, kita hendak membangun talenta muda Sikka di bidang olahrga voli. Kita hendak mencari talenta-talenta muda yang potensial menuju Porprov NTT 2026,” kata Very saat pembukaan Teka Iku Cup II, Sabtu, 12 Juli 2025.

Turnamen tersebut, kata dia, juga sebagai bentuk dukungan PBVSI Sikka terhadap pemerintah daerah dalam pembangunan di sektor olahraga.

Ia engatakan, pihaknya bertekad membina talenta muda agar dapat menyumbang medali emas di Pekan Olahraga Provinsi NTT yang akan terjadi pada 2026 nanti.

Gaungkan Semangat Teka Iku

Turnamen Teka Iku Cup II menggaungkan semangat kedua tokoh pahlawan kabupaten Sikka, Moan Teka dan Moan Iku. Ketua PBVSI Sikka Yosep Nong Soni mengatakan turnamen tersebut membawa nama Teka Iku agar generasi muda tidak melupakan kedua sosok pahlawan daerah itu.

Sony menekankan tergat turnamen adalah membina serentak mencetak talenta-talenta muda berprestasi yang mampu membawa Sikka untuk mampu medapatkan medali emas di Porprov 2026 nanti.

“Kita punya rencana setelah turnamen, pemusatan latihan akan kita lakukan dan ada rencan tur ke Ende dan Flores Timur. Saya mohon dukungan kita semua,” kata dia.

Ketua DPRD Sikka, Stef Sumandi mengapreasi panitia yang telah memberi mengangkat spirit Teka Iku sekaligus memberi tempat istimewa dalam turnamen tersebut.

“Kita punya seorang pahlawan daerah yang terus memberi inspirasi dan spirit untuk anak-anak muda dalam setiap gerak langkah dan perjuangan mereka, termasuk dalam bidang olahraga,” kata Stef.

Stef mengajak setiap klub dan pemain untuk menghidupi semangat yang diwariskan Teka Iku. “Semoga spirit Teka Iku is back yang digaungkan di turnamen ini dapat terwujud dengan baik.”

Target Juara Porprov NTT 2026

Sekretaris Koni Sikka, Marthen Luter Aji mengapresiasi langkah yang telah dibuat PBVSI Sikka yang telah menyelenggarakan turnamen Teka Iku Cup II. Apresiasi juga darinya karena pada Porprov NTT 2022 tim voli Sikka mampu meraih medali perunggu.

“Target kita, dari turnamen ini dapat mencetak talenta-talenta unggul supaya saat Porprov 2026 nanti dapat meraih medali emas, yang rencananya akan dilaksanakan pada 2 September 2026 di Kupang,” kata Marthen.

Selain itu, kata dia, Sikka mesti mempersiapkan diri dengan baik karena akan menjadi tuan rumah PON 22 tahun 2028. Ia berharap setiap cabang olahraga dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menyambut pekan olahraga bergengsi tersebut.

Bupati Sikka, Juventus Prima Yoris Kago pun mengapresiasi terlaksananya turnamen voli Teka Iku Cup II. Kata dia, pemerintah mendukung langkah yang telah diambil PBVSI Sikka.

“Saya tahu, olahraga voli di Sikka berkembang dengan luar biasa. Saya berharap kita ke depan selalu bersinergi agar dapat menghadirkan prestasi di Porprov 2026 nanti,” kata Juventus.

Juventus berharap turnamen dapat berjalan dengan lancar dan mampu menghasilkan talenta-talenta muda yang dapat mengharumkan nama kabupaten Sikka ke depannya.

Pemkab Flotim Janji Bantu Biaya Kuliah Korban Erupsi Lewotobi

0

Larantuka, Ekorantt.com – Pemerintah Kabupaten Flores Timur (Flotim) berjanji akan menyalurkan bantuan biaya kuliah bagi korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

“Besaran bantuan biaya pendidikan Rp 1.000.000 per orang, per semester,” kata Wakil Bupati Flores Timur, Ignasius Boli Uran, di Larantuka, Selasa, 15 Juli 2025.

Ia menjelaskan bantuan ini diberikan kepada mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan dan yang akan menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

Sesuai data yang dicatat pemerintah setempat, mahasiswa korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang saat ini sedang kuliah di perguruan tinggi berjumlah 225 orang.

“Tahun ini akan segera kita realisasikan,” ucap dia.

Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma, di sela-sela kunjungan ke pos lapangan Desa Bokangwolomata, Kecamatan Titehena mengatakan bahwa usulan mengenai biaya pendidikan ini akan menjadi fokus dalam rapat pemerintah di tingkat provinsi.

“Keluhan biaya pendidikan akan kita fokuskan dalam rapat pemerintah di tingkat provinsi. Jika provinsi tidak bisa bantu, maka kita akan teruskan ke pemerintah pusat. Semoga mendapatkan solusi dari pemerintah,” kata Jhoni.

Bernadus Boleng, warga Hokeng Jaya mengeluhkan biaya pendidikan anak-anak yang kini sedang di bangku SD, SMP, dan SMA maupun kuliah.

Pasalnya, kata Bernadus, seluruh hasil bumi baik di bidang pertanian dan perkebunan sebagai sumber uang telah mati akibat abu vulkanik.

“Seluruh hasil bumi kami, seperti mente, kakao, coklat, kemiri, dan lain-lain sungguh kami tidak bisa harapkan lagi. Semuanya sudah mati. Kami sangat kesulitan untuk mencari uang untuk sekolah anak-anak kami,” kata Bernadus.

“Kami susah sekali untuk cari uang untuk anak-anak kami sekolah,” tambah Bernadus.

Bernadus memohon kepada pemerintah agar merealisasikan bantuan biaya pendidikan untuk anak-anak mereka.