Dedikasi Bantu Pengungsi Lewotobi, 12 Anggota Polres Flotim Terima Penghargaan dari Kapolda NTT

0

Larantuka, Ekorantt.com – Kapolda NTT, Irjen Pol Rudi Darmoko, memberikan penghargaan kepada 12 personel Polres Flores Timur (Flotim) atas dedikasi terhadap korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kecamatan Wulanggitang.

Mereka dinilai sigap mengevakuasi 30 menit lebih awal setelah Gunung Lewotobi meletus dan responsif membantu penanggulangan bencana.

Penghargaan ini diberikan secara simbolis kepada tiga personel bertepatan dengan HUT ke-79 Bhayangkara oleh Kapolres Flores Timur AKBP Adhitya Octorio Putra di Lapangan Aspolres Flotim, Selasa, 1 Juli 2025.

“Penghargaan ini diberikan ke 12 personel Polres Flotim. Mereka dinilai berperan aktif dan tulus dalam melayani para penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki,” kata Adhitya.

Adhitya menekankan bahwa momentum HUT Bhayangkara menjadi penyemangat bagi seluruh personel Polri dan ASN untuk terus berpihak kepada kepentingan rakyat, menjamin keadilan, dan menegakkan hukum secara profesional.

“Polri dituntut hadir sebagai solusi, adaptif terhadap perubahan, dan sigap dalam menghadapi kompleksitas tantangan zaman. Kita tidak bisa bekerja setengah hati,” kata dia.

Adhitya juga mengapresiasi 11 personel Polres Flotim lainnya yang telah berhasil mengungkap kasus tindak pidana narkotika dan pencurian kendaraan bermotor.

“Penghargaan ini adalah bentuk apresiasi atas dedikasi luar biasa rekan-rekan di lapangan. Ini bukti bahwa semangat Polri untuk masyarakat benar-benar diwujudkan,” tutup dia.

Satlantas Polres Ende Limpahkan Berkas Kasus Kecelakaan Maut ke Kejaksaan

0

Ende, Ekorantt.com – Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor (Polres) Ende melimpahkan berkas perkara kasus kecelakaan lalu lintas yang menewaskan seorang pejalan kaki, Benediktus Sudi, ke Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Ende pada Selasa, 1 Juli 2025.

“Melalui Unit Gakkum Satlantas Polres Ende, kami telah melimpahkan berkas perkara kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan korban meninggal dunia,” kata Kepala Urusan Pembinaan Operasional (KBO) Satlantas Polres Ende, Ipda Efraim Y. Mosa Rago, yang akrab disapa Ucep Rago, saat dikonfirmasi Ekora NTT.

Dalam kasus ini, penyidik menetapkan satu tersangka, Herman Yosep Seni (21), yang diduga sebagai pengendara sepeda motor Beat Street hitam yang menabrak korban. Polisi telah memeriksa lima orang saksi, termasuk pihak keluarga korban.

Peristiwa nahas itu terjadi pada Sabtu, 21 Juni 2025, sekitar pukul 05.30 Wita. Saat itu, tersangka melaju dengan kecepatan tinggi dari arah Simpang Lima Kelurahan Mautapaga menuju Pasar Wolowona.

Ketika melintas di depan Stadion Marilonga Ende, tersangka yang berada dalam pengaruh alkohol kehilangan kendali dan menabrak Benediktus Sudi yang tengah berjalan kaki berolahraga pagi.

“Setelah ditabrak, korban langsung terjatuh dan tidak sadarkan diri. Ia sempat dilarikan ke RSUD Ende untuk mendapatkan perawatan, namun nyawanya tidak tertolong,” ujar Ucep.

Atas perbuatannya, Herman Yosep Seni dijerat Pasal 311 ayat (5) juncto Pasal 310 ayat (4) Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara.

Menurut Ucep, sepanjang Januari hingga Juni 2025, Unit Gakkum Satlantas Polres Ende telah menangani 24 laporan kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Ende. Dari jumlah tersebut, enam orang dilaporkan meninggal dunia.

“Kami rutin menggelar operasi sebagai upaya pencegahan kecelakaan. Kami juga mengimbau masyarakat untuk selalu menjaga keselamatan saat berkendara, baik roda dua maupun roda empat. Keselamatan adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya.

Keluarga korban, Aryanto Dei Siu menyampaikan apresiasi atas penanganan cepat kasus oleh Satlantas Polres Ende.

Ia menilai respons sigap dari kepolisian menunjukkan komitmen dalam menegakkan hukum.

“Sebagai keluarga, saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Unit Gakkum Satlantas Polres Ende yang dengan cepat menindaklanjuti peristiwa laka lantas ini. Ini bukti bahwa polisi hadir untuk masyarakat,” kata Aryanto.

Bupati Minta Polisi Segera Tuntaskan Kasus Dugaan Korupsi di RSUD Ende

0

Ende, Ekorantt.com – Bupati Ende Yosef Benediktus Badeoda mendesak polisi untuk segera menyelesaikan seluruh kasus korupsi yang masih tertunda di wilayah Kabupaten Ende.

Seruan tersebut disampaikan Yosef dalam sambutannya pada acara syukuran HUT ke-79 Polri di Aula Bhayangkara Polres Ende, Selasa, 1 Juli 2025.

Menurut dia, penyelesaian kasus-kasus korupsi yang sedang ditangani oleh Polres Ende merupakan harapan utama masyarakat serta pemerintah kabupaten.

“Masyarakat dan pemerintah menunggu penyelesaian kasus-kasus yang masih tertunda, seperti kasus di RSUD Ende, galian C, dan sejumlah kasus lainnya,” ujar Yosef.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengimbau agar polisi menjaga profesionalisme dan keadilan dalam penegakan hukum.

Yosef bilang, momentum HUT ke-79 Polri merupakan saat yang tepat bagi Polres Ende untuk semakin mendekatkan diri dengan masyarakat melalui penyelesaian kasus-kasus yang ada.

“Bila Polres Ende mampu menyelesaikan semua kasus yang sedang ditangani, termasuk kasus-kasus korupsi, saya yakin masyarakat akan semakin mencintai Polres Ende dan seluruh jajarannya,” kata Yosef.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Kapolres Ende AKBP I Gede Ngurah Joni Mahardika dan seluruh jajaran Polres Ende atas dedikasi dan pengabdiannya dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

“Pemerintah dan masyarakat mengucapkan selamat HUT ke-79 Bhayangkara. Semoga Polri semakin jaya dan mampu memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat,” ucap Yosef.

Sementara itu, Kapolres Ende AKBP I Gede Ngurah Joni Mahardika dalam kesempatan yang sama menyampaikan komitmennya untuk menyelesaikan setiap perkara yang ada, termasuk kasus-kasus korupsi.

Joni menegaskan, selain kasus korupsi, pihaknya juga menangani berbagai jenis perkara lainnya, seperti tindak pidana umum (Tipidum) dan tindak pidana terkait teknologi informasi (Tipiter).

“Kami berkomitmen untuk menyelesaikan setiap perkara dengan transparan dan profesional,” ujar Joni.

Terkait dengan kasus korupsi yang sedang ditangani, seperti di RSUD Ende dan pengadaan kapal, Joni bilang, saat ini kasus-kasus tersebut masih dalam tahap penyelidikan.

“Kami sedang menginvestigasi beberapa kasus, termasuk RSUD Ende dan pengadaan kapal. Setelah masuk tahap penyidikan, kami akan segera ekspos,” jelas Joni.

Adapun untuk kasus galian C dan Koni, Polres Ende masih berkoordinasi dengan pihak Jaksa Penuntut Umum (JPU).

“Kami tidak bisa tergesa-gesa dalam menangani kasus-kasus ini. Kami harus bekerja sama dengan instansi lain, terutama untuk perhitungan kerugian negara,” tutur Joni.

Dalam menangani setiap kasus, kata dia, Polres Ende akan selalu menjaga profesionalisme dan independensi.

“Kami berkomitmen untuk menangani semua perkara dengan objektif dan berdasarkan bukti yang ada,” pungkasnya.

Wibawa Guru dan Jejak Digital: Kenapa Calon Guru Perlu Kritis Terhadap Ekspresi Diri di Media Sosial?

Oleh Erlyn Lasar

Hampir di setiap sesi awal perkuliahan di semester pertama, saya selalu mengingatkan para mahasiswa; yang adalah para calon guru, untuk selalu mempertimbangkan dengan bijak bilamana mereka hendak mengunggah potret diri atau ikut tren joget TikTok di media sosial. Kebiasaan ini bukan tanpa alasan.

Saya tidak sedang mengajak mereka untuk menjadi anti-media sosial ataupun menolak ekspresi diri. Namun, sebagai calon pendidik, mereka perlu menyadari bahwa proses pendidikan di program studi calon guru bukan saja membekali mereka dengan kompetensi profesional semata. Melainkan juga mulai memupuk kepekaan sosial dan melatih etos, integritas dan wibawa mereka sebagai pendidik.

Sebab, hal-hal tersebut, yang adalah juga sebuah keterampilan hidup, tidak berhenti di dalam ruang kelas saja, tetapi dilanjutkan juga dalam ruang digital di mana mereka juga tampil sebagai figur publik.

Zaman memang telah berubah. Dulu, ketika guru-guru kita tidak memiliki akun media sosial, wibawa mereka dibangun dari konsistensi perilaku sehari-hari: cara mereka berpakaian, berbicara, serta berinteraksi dengan siswa dan masyarakat. Kini, media sosial telah hadir dan menjadi ruang representasi baru yang sangat kuat pengaruhnya, bukan hanya bagi publik, tetapi juga bagi identitas diri si pengguna itu sendiri.

Guru tidak lagi hanya dilihat saat mengajar, tetapi juga saat mereka tampil di Instagram story, video TikTok, atau unggahan reels. Dalam konteks ini, wibawa guru bukan sekadar kualitas personal, melainkan juga produk dari citra yang mereka bangun di ruang digital.

Secara teoritis, ini dapat dijelaskan melalui teori social learning (pembelajaran sosial) dari Albert Bandura, terutama konsep modeling atau peniruan perilaku. Menurut Bandura, individu belajar bukan hanya dari pengalaman langsung, tetapi juga dari mengamati perilaku orang lain yang mereka anggap kredibel dan signifikan. Guru, dalam hal ini, adalah figura simbolik—seseorang yang diamati, ditiru, bahkan dikritisi.

Dalam era digital, proses pengamatan ini tidak terbatas di ruang kelas; justru lebih intens terjadi di dunia maya, di mana siswa, orang tua, dan masyarakat luas bisa mengakses kehidupan personal guru dengan sangat mudah. Sehingga ketika seorang guru tampil dengan cara yang inkonsisten dengan nilai-nilai kependidikan, maka fungsi modeling-nya bisa terganggu.

Media sosial pada akhirnya adalah ruang performatif: ruang di mana kita membangun persona, menyampaikan narasi, dan mempertontonkan nilai. Dalam hal ini, calon guru perlu menyadari bahwa mereka bukan hanya tampil untuk bersenang-senang, tetapi juga sedang membentuk narasi tentang identitas mereka sebagai pendidik masa depan. Ini tidak berarti bahwa guru harus selalu serius, tetapi kesadaran akan audience dan konsekuensi sosial dari setiap unggahan menjadi penting.  Sebab di situlah letak tanggung jawab profesional seorang guru dimulai, yakni ketika ia mampu mengelola dirinya sebagai subjek yang konsisten di hadapan publik, baik di dunia nyata maupun digital.

Sebagai pendidik di wilayah seperti Nusa Tenggara Timur; daerah yang kerap kita anggap (dan usahakan) tengah berjuang memperkuat mutu pendidikannya, saya melihat fenomena ini bukan sekadar soal etika digital, tapi juga soal keadilan sosial dalam pendidikan.

Sebagian besar mahasiswa kami berasal dari latar belakang ekonomi dan kultural yang beragam. Banyak dari mereka adalah generasi pertama dalam keluarga yang bisa mengakses pendidikan tinggi. Bagi mereka, media sosial sering kali menjadi ruang untuk menegaskan eksistensi diri, membangun kepercayaan diri, bahkan menunjukkan bahwa mereka “berhasil” menembus batas sosial. Maka memang dalam konteks ini, ekspresi digital mereka tidak bisa langsung dikutuk melainkan perlu dipahami.

Namun, justru karena mereka adalah bagian dari generasi yang tumbuh dalam ekosistem digital yang cair dan serba cepat, mereka juga rentan terhadap logika viralitas yang kadang tidak kritis.

Tren TikTok yang mengutamakan kejenakaan, tantangan-tantangan yang bombastis, atau algoritma yang memberi imbalan pada popularitas instan, kerap kali membuat mereka mengabaikan pertanyaan esensial: “Untuk siapa saya tampil? Dan nilai apa yang saya sampaikan?”

Pertanyaan ini penting ditanamkan sejak dini kepada calon guru, karena mereka tidak sedang membangun personal branding semata, melainkan sedang menanamkan fondasi moral dan kultural untuk menjadi figur yang digugu dan ditiru dalam komunitas mereka.

Saya cukup sering mengatakan kepada mereka, para mahasiswa kami, bahwa menjadi guru di daerah seperti tempat kita bukan sekadar pekerjaan, tapi peran sosial yang sarat makna.

Di banyak desa, guru masih dianggap sebagai teladan utama, bahkan melebihi aparat desa atau tokoh agama. Ketika seorang guru muda memposting konten yang mengandung unsur sensual, konsumtif, atau tanpa refleksi etis, dampaknya bisa jauh lebih luas dari sekadar citra pribadi. Ia bisa mengikis kepercayaan masyarakat terhadap profesi guru secara keseluruhan. Di sinilah tanggung jawab simbolik guru muncul: ia bukan hanya individu yang berpengetahuan, tetapi juga penjaga nilai.

Di tengah arus budaya digital yang bergerak cepat dan dangkal, generasi muda; yang dalam hal ini merupakan calon peserta didik mahasiswa kami setelah mereka jadi guru kelak, sedang mengalami apa yang bisa disebut sebagai krisis keteladanan. Mereka tumbuh dalam masyarakat yang tidak lagi menawarkan figur-figur otoritatif yang kuat, seperti guru, pemuka adat, atau orang tua, melainkan dihujani oleh selebritas instan dan influencer algoritmik.

Ketika ruang sosial kehilangan figur yang menuntun secara etis, generasi ini kehilangan jangkar untuk membentuk identitas dan moralitasnya. Sehingga dalam konteks ini, kehadiran guru seharusnya menjadi source of self—sumber arah, nilai, dan ketenangan dalam membangun siapa mereka ingin menjadi. Tanpa figur-figur seperti itu, proses pencarian diri mereka rentan terombang-ambing dalam kebisingan dan keraguan.

Zygmunt Bauman menyebut kondisi ini sebagai bagian dari liquid modernity, masyarakat cair yang kehilangan struktur, di mana hubungan sosial bersifat cepat, identitas menjadi fleksibel tapi tidak stabil, dan nilai-nilai moral bersifat relatif. Sehingga ketika guru ikut hanyut dalam arus ini dan gagal menampilkan konsistensi nilai, maka semakin pupuslah harapan generasi muda untuk menemukan pegangan.

Mereka tidak hanya kehilangan arah, tetapi juga kehilangan keberanian untuk menetapkan siapa diri mereka. Oleh karena itu, dalam situasi ini guru tidak cukup hanya hadir sebagai pengajar konten, tetapi harus berdiri sebagai penuntun moral dan kultural—baik di ruang kelas maupun di layar ponsel peserta didiknya.

Tentu, sekali lagi, ini tidak berarti bahwa guru harus membungkam seluruh sisi personalnya. Kita semua butuh ruang untuk menjadi diri sendiri. Namun, di zaman ketika batas antara ruang privat dan publik makin kabur, kepekaan terhadap konteks sosial—terutama dalam wilayah-wilayah di mana guru masih menjadi tumpuan harapan kolektif—adalah sesuatu yang perlu dirawat.

Pendidikan calon guru, dengan demikian, tidak cukup hanya mengajarkan kurikulum dan strategi pembelajaran. Ia juga harus membentuk kesadaran etis dan kepekaan digital—karena itulah modal utama untuk membangun wibawa yang tidak rapuh oleh komentar, likes, atau algoritma.

Kita hidup di era ketika citra dan esensi harus berjalan beriringan. Guru masa kini dituntut untuk relevan dengan zaman, tetapi juga berakar pada nilai-nilai yang membentuk kepercayaan publik terhadap profesinya. Media sosial bisa menjadi alat yang sangat bermanfaat jika digunakan dengan kesadaran akan posisi dan pengaruh sosial yang dimiliki seorang guru.

Maka, ajakan untuk berhati-hati dalam mengekspresikan diri di dunia digital bukanlah bentuk pembatasan, tetapi justru latihan awal menjadi guru yang bijak, yang tak hanya menguasai materi, tetapi juga memahami bagaimana kehadirannya, baik di dunia nyata maupun maya, menjadi sarana pendidikan itu sendiri.


*Erlyn Lasar, Mahasiswa di Melbourne

Bupati Ngada Janji Liburan Bagi ASN yang Tidak Gelar Pesta Pernikahan

0

Bajawa, Ekorantt.com – Bupati Ngada Raymundus Bena menjanjikan insentif berupa liburan ke Bali dan Labuan Bajo bagi para ASN yang tidak merayakan pesta pernikahan.

“Kami ingin mendorong efisiensi. Jika tidak melakukan pesta, maka akan diberikan reward. Ini bentuk perhatian bupati dan wakil bupati kepada para ASN,” ujarnya saat menyerahkan SK kepada 294 CPNS di halaman kantor bupati, Senin, 30 Juni 2025.

Bupati Raymundus juga menekankan tentang pentingnya etika kepada CPNS dan ASN di lingkungan Pemkab Ngada.

“Untuk CPNS yang baru menerima surat keputusan, masa orientasi enam bulan harus dijadikan momentum untuk memperkuat semangat pelayanan kepada masyarakat,” ujarnya.

Menurut dia, SK bukan hanya simbol administratif, namun amanah untuk bisa mengabdi dengan hati. Ia juga menekankan agar CPNS menjadikan tugas sebagai semangat panggilan.

Untuk itu, ia mengarahkan agar CPNS bisa memanfaatkan SK untuk kepentingan yang bijak melalui perhitungan yang matang.

Tokoh muda Ngada, Goris Lako, meminta bupati untuk mempertimbangkan secara baik setiap pernyataan yang keluar ke masyarakat.

“Bagaimana hubungan antara efisiensi karena pesta yang merupakan urusan pribadi ASN atau CPNS,” ujarnya.

Menurutnya, dalam menyampaikan pernyataan ke publik yang sifatnya secara langsung, sebagai kepala daerah seharusnya mempertimbangkan secara baik dari sisi regulasi.

Goris menyarankan, uang yang direncanakan untuk liburan ASN atau CPNS sebaiknya digunakan untuk kepentingan masyarakat seperti beasiswa, irigasi atau perbaikan jalan.

“Sebaiknya uang itu, fokus untuk kebutuhan dasar masyarakat,” tutupnya.

Pelni Maumere Minta Masyarakat Waspada Penipuan Tiket Online

0

Maumere, Ekorantt.com- PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Cabang Maumere meminta masyarakat untuk waspada terhadap penipuan berkedok penjualan tiket online melalui media sosial.

Kepala Pelni Maumere, Daulat Apul Gervasius Naibaho mengatakan, calon tiket juga mesti diwaspadai. Para calo dan penyedia tiket palsu sering menawarkan tiket lewat media sosial.

“Kita ajak masyarakat agar selalu waspada dengan para calo dan penjual tiket palsu,” kata Apul kepada wartawan, Senin, 30 Juni 2025.


Para calon penumpang, kata dia, hendaknya mengecek langsung informasi tiket di aplikasi Pelni serta di website resmi Pelni.

Menurutnya, banyak orang selama ini tertipu oleh calo dan para pelaku penjual tiket palsu di media sosial. Beberapa waktu lalu pihaknya menemukan enam penumpang yang membeli tiket palsu melalui media sosial.

“Masyarakat bisa datang cek langsung di kantor Pelni, atau bisa melalui agen-agen resmi yang bekerja sama dengan Pelni untuk mengetahui ketersediaan tiket serta harganya,” jelas dia.

“Kita tidak pernah menjual tiket lewat media sosial seperti Facebook.”

Apul juga meminta masyarakat yang telah paham dengan mekanisme tersebut untuk turut membantu mengedukasi sesama agar tidak tertipu calo dan penipuan online.

Bagi masyarakat yang belum paham, diminta untuk menghubungi pihak Pelni atau menanyakan ke keluarga dan kerabat yang sudah memahaminya.

“Harapannya masyarakat dapat teredukasi dengan baik sehingga tidak ada lagi korban calo dan penipuan lewat media sosial,” pungkasnya.

Kisah Anggota Kopdit Pintu Air, Banting Setir dari Tukang Ojek Jadi Pengusaha Warung

Jayapura, Ekorantt.com – Adalah Sam Kllas, 58 tahun, warga asal Pulau Rote, Provinsi NTT yang kini mengadu nasib di Jayapura, Papua.

Meski berbekal pendidikan di tingkat SMA, Sam bertekad ingin memperbaiki nasib keluarga agar hidup lebih layak.

Berawal dari tukang ojek di tanah kelahirannya di Rote, ia kemudian pindah ke Kupang dan tinggal di kawasan sekitar Pelabuhan Tenau. Pekerjaan sebagai tukang ojek masih ia tekuni saat tinggal di sana.

Tekanan hidup semakin berat saat anak semata wayangnya tamat SMA. Sam mulai putar otak. Hasil dari ojek dibagi dua yakni untuk asap dapur dan ditabung untuk biaya pendidikan anak.

Pada 2015, Sam mulai berkenalan dengan Manajemen Kopdit Pintu Air Cabang Kupang dan mempelajari manfaat hidup berkoperasi.

Singkat cerita, ia dan keluarga merasa tertarik dan memutuskan untuk bergabung menjadi anggota Kopdit Pintu Air. Setelah bergabung, Sam menjalankan kewajiban sebagai anggota dengan cara membayar kewajiban simpanan pokok serta menabung dari pendapatan yang telah disisihkan secara khusus.

Saat anaknya mau kuliah, Sam mengajukan pinjaman perdana di Kopdit Pintu Air. Tidak disebutkan berapa besarnya, yang pasti uang dari pinjaman tersebut digunakan untuk biaya pendidikan dan sebagiannya lagi untuk keperluan rumah tangga.

Pinjaman perdananya dikembalikan dengan baik. Angsuran pinjaman pokok dan bunga dibayar Sam secara teratur, dalam artinya tepat waktu dan tepat jumlah.

Suami dari Antonia Soluk, 60 tahun, ini kemudian mengajukan pinjaman kedua. Pinjaman kedua pun berjalan dengan baik sampai akhirnya berlanjut hingga pinjaman ketiga.

Saat angsurannya belum selesai pada 2020, Sam dan keluarganya merantau ke Jayapura, Papua.

Di sana, ia ingin menemani anaknya yang telah menjadi pengajar di salah satu sekolah di Kecamatan Sentani. Ia hilang kontak dengan Kopdit Pintu Air.

Di tempat baru, Sam masih tetap menekuni profesi sebagai tukang ojek. Dalam perjalanan waktu, di tengah persaingan sesama ojek, Sam memutuskan untuk beralih mata pencaharian.

Ia membuka warung di kawasan dekat dengan andar Udara Internasional Sentani dan pasar lama Sentani. Dua menu favorit di warungnya yakni nasi ikan bakar dan nasi ayam panggang.

Dari usaha itu, dia telah mampu membuka lapangan kerja bagi dua tenaga kerja yang membantu istrinya di warung.

Di depan warung dipajang pula bensin eceran dan minyak tanah.

“Dari usaha menjual BBM dalam seminggu saya bisa dapat keuntungan 600 ribu sampai 800 ribu rupiah,” ujar Sam melalui sambungan teleponnya dari Jayapura, Kamis, 26 Juni 2025.

Kepindahannya ke Jayapura membuat dirinya putus kontak dengan manajemen Kopdit Pintu Air yang berujung pada tunggakan pembayaran pinjaman.

Namun, saat bertemu dengan Pengurus Kopdit Pintu Air Pusat Vinsensius Deo dan Divisi Simpanan Abdul Rahman Na’u, Sam berjanji untuk kembali menjalankan kewajibannya hingga selesai.

“Saya sudah pinjam sampai tiga kali karena itu saya sampaikan terima kasih kepada Kopdit Pintu Air yang telah memberikan kepercayaan kepada saya,” kata Sam.

Kini Sam mulai kembali sebagai anggota aktif Kopdit Pintu Air. Ia berjanji akan membesarkan koperasi itu di Jayapura.

Pemilik Kos Dilibatkan Cegah Perkawinan Anak di Ruteng

0

Ruteng, Ekorantt.com – Sebanyak 20 perwakilan pemilik dan pengelola rumah kos dari berbagai kelurahan di Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, menghadiri rapat koordinasi pengendalian pergaulan bebas remaja, Rabu, 25 Juni 2025.

Kegiatan yang berlangsung di Aula PKK Ruteng ini merupakan bagian dari upaya mendukung program Quick Wins Bidang Sosial Bupati dan Wakil Bupati Manggarai, khususnya dalam pencegahan perkawinan anak.

Koordinator Quick Wins Bidang Sosial, Fransiskus Gero menyampaikan, pengendalian pergaulan bebas remaja merupakan tanggung jawab kolektif.



Ia menekankan pentingnya kolaborasi berbagai pihak untuk membatasi serta mengarahkan interaksi sosial remaja agar tidak mengarah pada perilaku berisiko, seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba, atau kenakalan remaja.

“Rumah kos memiliki peran penting dalam pengasuhan alternatif, terutama karena banyak remaja migran, pelajar, dan mahasiswa tinggal di sana,” ujar Fransiskus.

Senada dengan itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Manggarai, Maria Yasinta Aso menyoroti fenomena migrasi pelajar ke Ruteng sebagai salah satu faktor meningkatnya pergaulan bebas. Dari total 9.530 siswa SMA di kota itu, tercatat 2.468 tinggal di rumah kos.

“Sebagian besar rumah kos berada di kawasan padat pendidikan. Di 10 kelurahan terdapat 3.807 kamar kos, dengan Kelurahan Tenda mencatat jumlah terbanyak, yakni 2.360 kamar,” jelas Yasinta.

Ia menjelaskan, keterbatasan daya tampung asrama yang hanya mencakup sekitar 10 persen dari jumlah remaja migran, menjadikan rumah kos sebagai pilihan utama tempat tinggal.

Oleh karena itu, pengawasan dan pelibatan pemilik kos dinilai penting dalam upaya perlindungan anak dan pencegahan perkawinan usia dini.

Dalam rapat tersebut juga dibahas Rancangan Peraturan Bupati (Ranperbup) tentang Penyelenggaraan Rumah Kos, sebagai tindak lanjut rapat koordinasi sebelumnya yang melibatkan seluruh camat dan lurah se-Kabupaten Manggarai.

“Program ini menjadi salah satu fokus utama Quick Wins karena masa remaja adalah fase krusial pembentukan karakter. Tanpa arahan yang tepat, remaja berisiko terjerumus dalam perilaku menyimpang yang berdampak jangka panjang,” tambah Yasinta.

Ia menegaskan, pengendalian pergaulan bebas bukan hanya soal menghindari perilaku negatif, tetapi juga strategi perlindungan anak melalui penguatan karakter dan potensi diri.

“Dengan pendampingan yang tepat, remaja bisa fokus pada pendidikan dan masa depan mereka. Ini bentuk nyata mencetak ‘berlian-berlian Manggarai’,” tegasnya.

Sementara itu, Yohanes Ermus Jem, pemilik Kos Wali Di’a di Kelurahan Poco Mal, menyambut baik inisiatif ini.

Ia menyatakan, kehadiran regulasi menjadi payung hukum yang memberikan arah jelas bagi pemilik kos dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi para penghuni.

Ia juga mengusulkan adanya sosialisasi berkelanjutan dan pengembangan proyek percontohan di salah satu kelurahan sebagai model pelaksanaan aturan.

Otomotif Sikka Kembali Bergairah Lewat Kejurda Grass Track 2025

0

Maumere, Ekorantt.com – Kejuaraan Daerah (Kejurda) Grass Track kembali digelar di Kabupaten Sikka setelah vakum selama dua tahun. Hal ini tentu saja menghidupkan kembali gairah otomotif lokal.

Kejurda yang digelar oleh Sikka Racing Team ini dijadwalkan berlangsung pada 10-13 Juli 2025. Para pencinta otomotif dari seluruh penjuru Nusa Tenggara Timur (NTT) bakal dimanjakan oleh crosser muda yang kembali unjuk gigi.

Ketua Panitia Kejurda, Amandus Ratason, mengatakan bahwa persiapan lintasan sudah mencapai 80 persen dengan sedikit pembenahan sebelum rampung.

Beberapa perbaikan masih dikebut dalam waktu tujuh hari sebelum perlombaan setelah adanya hasil inspeksi dari Ikatan Motor Indonesia (IMI) NTT pada 18 Juni lalu.

“Izin-izin penting mulai dari tingkat desa, rekomendasi dari IMI, hingga dukungan dari instansi seperti Dinas Kesehatan dan Dispenda sudah kami kantongi. Asuransi untuk penonton dan panitia pun sudah tuntas, sementara untuk pembalap dan tim masih dalam proses,” jelas Amandus kepada awak media di Maumere, Sabtu, 28 Juni 2025.

Sekretaris Panitia, Opin Toha, menambahkan bahwa pendaftaran peserta akan dibuka beberapa hari sebelum perlombaan. Tim-tim dari berbagai kabupaten di NTT telah diajak berkoordinasi dan menyatakan persiapan mereka untuk ambil bagian dalam perlombaan.

“Total ada 18 kelas yang dilombakan, terbagi dalam tiga kategori besar: Lokal Sikka tiga kelas, Lokal Flores Pemula empat kelas, gabungan Pemula dan Pro lima kelas, Lokal NTT lima kelas, serta satu kelas Terabas yang menjadi daya tarik tersendiri,” ujar Opin.

Ajang ini diprediksi akan diikuti oleh sekitar 60 hingga 80 crosser dari berbagai daerah. Lebih dari sekadar hiburan dan kompetisi, Kejurda ini juga menjadi ajang pencarian bibit unggul untuk menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) 2028, yang akan diselenggarakan di NTT. Provinsi ini mendapatkan jatah empat pembalap untuk cabang grass track tanpa kualifikasi nasional.

“Kami ingin memanfaatkan momentum ini untuk melahirkan talenta-talenta muda yang bisa mengharumkan nama NTT di PON 2028,” imbuh Opin.

Selain piala, panitia juga menyiapkan uang pembinaan dengan total puluhan juta rupiah.

Amandus bilang pihaknya telah berkoordinasi sekaligus mengantongi rekomendasi dari Polres Sikka. Hal ini mau menepis isu sengketa lahan yang sempat mencuat di pemberitaan.

“Kami sudah berkoordinasi secara intens dengan Polres Sikka, dan mereka mendukung penuh jalannya kejuaraan ini. Semua prosedur berjalan sesuai jalur, dan dalam waktu dekat, izin resmi dari Polda NTT akan segera kami terima,” kata Amandus.

Ia juga menepis kekhawatiran soal potensi gangguan. “Keamanan kami prioritaskan. Tidak ada halangan yang bisa menghambat laju motor para crosser di lintasan nanti,” tambahnya.

Amandus mengajak seluruh masyarakat Sikka dan pencinta otomotif untuk meramaikan ajang ini.

“Kami siap suguhkan pertarungan seru di lintasan. Mari datang dan jadi bagian dari event otomotif paling heboh tahun ini!” serunya penuh optimis.

Jaga Keberlanjutan Kopdit Pintu Air, Camat Paga Imbau Anggota Tertib Berkoperasi

Maumere, Ekorantt.com – Camat Paga, Yohanes Emanuel Penga, mengimbau masyarakat di wilayahnya agar setia menjalankan hak dan kewajiban sebagai anggota koperasi, khususnya di Kopdit Pintu Air.

Hal ini disampaikan dalam kegiatan sosialisasi kerja sama antara Kopdit Pintu Air dan BPJS Ketenagakerjaan Kabupaten Sikka di Aula Kantor Desa Paga, Kecamatan Paga, Kamis, 12 Juni 2025.

Yohanes menegaskan pentingnya kedisiplinan anggota koperasi untuk menjaga keberlanjutan koperasi.

“Anggota saya ingatkan supaya tertib dalam melaksanakan kewajiban. Ini penting karena koperasi memiliki prinsip dari, oleh, dan untuk anggota,” ujar Yohanes.

Lebih lanjut, ia juga mengingatkan manajemen Kopdit Pintu Air agar bekerja secara profesional dan transparan.

Menurutnya, pencatatan administrasi yang akurat adalah kunci untuk mempertahankan kepercayaan anggota.

“Administrasi yang tidak tertib akan berdampak pada menurunnya kepercayaan. Tapi sejauh ini belum pernah terjadi hal-hal yang merugikan anggota di wilayah Kecamatan Paga,” tambahnya.

Kopdit Pintu Air, yang berkantor pusat di Maumere, telah lama menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat Kecamatan Paga.

Kali ini, kemitraan diperluas melalui kerja sama strategis dengan BPJS Ketenagakerjaan, memberikan manfaat perlindungan sosial bagi anggota koperasi.

Wakil Ketua III Pengurus Kopdit Pintu Air, Vinsensius Deo, menjelaskan bahwa setiap anggota kini juga didaftarkan sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.

“Ini adalah bentuk perlindungan bagi anggota. Tidak hanya memperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU), tapi juga jaminan kecelakaan kerja hingga santunan kematian,” jelasnya.

Dengan iuran hanya sebesar Rp16.800 per bulan, anggota dapat mendaftar langsung di kantor cabang, dan pembayaran akan dikumpulkan serta disetorkan secara kolektif oleh manajemen.

“Ini kolaborasi yang baik dan harus dipertahankan,” tambah Vinsensius.