ARTIKUJT E FUNDIT

Kasihanilah Abdul Somad!

0

Oleh Dominggus Koro*

Sungguh masyhur Abdul Somad. Ia kerap tampil di televisi dan diwartakan di berbagai media daring. Nama dan wajahnya akrab di ingatan orang ramai. Ia pesohor di panggung agama.

Ustadz Abdul Somad. Pas betul sarjana tamatan Al Azhar, Mesir, berada di panggung ini. Sebutan bahasa Arab di depan namanya menunjukan kapasitas keilmuan dia. Ia kompeten mengajar, fasih melisankan isi teks-teks agama. Pendeknya, ia piawai berdakwah, yakni mengajak orang kepada Islam.

Saya pernah menyaksikan dia pada acara dakwah di sebuah televisi nasional, juga dua tiga kali di Youtube.  Ia punya daya pikat dalam cara menyampaikan cerita, pesan, dan ide. Wajah dan mimiknya yang lucu menambah greget magentik bagi hadirin dan pemirsa. Ia, oleh karena ini, memiliki banyak follower di seantero Indonesia.

Itulah Somad, juruwarta agama yang sangat mumpuni. Ia orang yang asyik untuk didengar, menghibur, dan meneguhkan. Terlepas setuju atau tidak isi omongannya, videonya bagus untuk ditonton. Termasuk yang viral menjelang perayaan 17 Agustus 2019, di mana ia bicara tentang salib.

(Mungkin) ada seorang ibu bertanya dan ia menjawab, “Apa sebabnya ustad, kalau melihat salib, menggigil hati saya? Setan….” Tuan dan puan, saya mengutip video untuk bahasan di forum terbatas ini.

Sedikit kutipan lagi, “Apa sebabnya kata ibu itu, mirip macam gini. Saya terlalu terbayang salib, nampak salib. Jin kafir sedang masuk. Karena di salib itu ada jin kafir. Dari mana masuknya jin kafir? Karena ada patung. Kepalanya ke kiri apa ke kanan? Nah, ada yang ingat, kan? Nah, itu ada jin di dalamnya. Jin kafir. Di dalam patung itu ada jin kafir.”

Apakah Somad salah berkata demikian? Tidak. Tugas dia memang menghibur sekaligus meneguhkan hati para pendengarnya. Memastikan pemahaman dan praktik saudara-saudara kita Muslim selaras dengan Surat Ali Imran [3]:19), “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” Dan, [3]:85), “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”

Sebagai pesohor, ia memikul beban berat, bagaimana supaya pengikutnya tetap terhibur dan tidak berkurang jumlahnya—bertambah boleh. Diksi kafir, patung dan jin berfungsi sebagai sabu-sabu, agar terus tampil prima dan meyakinkan. Ini nasib orang beken; gemerlap dengan segenap simbol yang melekat di diri, tapi hampa jiwa. Ia akan terus begini seumur hayatnya, terlebih karena ada rujukan di teks agama.

Somad menderita. Ia lelah dan sakit. Jangan lagi bully dia. Jiwanya kerontang, tiada lembab kasih yang merangkul dan pengertian yang mengatasi perbedaan “kulit” agama. Punggungnya sarat tumpukan kitab suci, tapi tidak mensucikan dan melembutkan jiwanya. Ia hanya pemikul pustaka belaka. Sapa dia dengan bahasa cinta. Sadari, yang bikin dia bisa melakoni tugasnya adalah Hyang Maha Ada juga—kesadaran ini membersihkan batin dari kotoran benci, amarah, penghakiman dan klaim-klaim murahan.

Ah, tentang kafir dan patung, saya ingat kisah dalam hidup Swami Vivekananda. Spiritualis pengembara dan pejuang India panutan Bung Karno itu pernah menyadarkan seorang penguasa yang menghina cara dan sarana peribadatan Hindu.

Awal 1891, ia menemui Mangal Singh, penguasa Alwar (sekarang Rajasthan). Sang raja mencemoohnya, “Swamiji, saya dengar anda seorang terpelajar. Kenapa anda sia-siakan hidup dengan mengembara dan mengemis?”

“Maharaja, kenapa anda mengabiskan waktu untuk kesenangan berburu dan mengabaikan tugas-tugas sebagai pemimpin?”, jawab sang Swami—artinya ia yang telah menaklukan ego, melampaui pikiran, keinginan dan kesadaran rendah serta seluruh indra. Semua yang hadir di istana terkejut mendengar pertanyaan lugas ini. “Saya suka dan menikmatinya,” jawab Mangal dan, lanjutnya, “Bukankah kalian bermeditasi dan melakukan pemujaan dengan alasan yang sama?”

Dinding istana Alwar dipenuhi hiasan dari binatang buruan. Raja Mangal bangga dengan kemampuannya berburu. Vivekananda mengkritik dia, “Seekor hewan tak membunuh hewan lain bila tidak perlu, kenapa anda membunuh mereka demi kenikmatanmu? Tindakanmu tidak bermakna.”

“Kalian menyembah berhala. Saya tidak percaya pada berhala. Saya tidak menyembah pohon, tanah, batu, atau logam. Semuanya tidak berarti,” lagi raja itu mengolok Vivekananda.

Tersenyum dan tenang Vivekananda minta pelayan mengambil lukisan ayah Mangal yang dipajang di istana. Tanpa ragu ia meminta lukisan itu diludahi. Semua yang hadir diam, memandangi raja mereka dengan takut dan bingung.

Ia mengulangi perkataannya, “Ludahi lukisan ini! Siapa saja boleh.” Kali ini ada yang berteriak, “Apa yang Swami lakukan? Jangan, Swami. Ini lukisan raja kami. Kami tidak boleh melakukan penghinaan.”

Vivekananda menjelaskan, “Ini hanya selembar kertas, benda mati, tidak bernyawa. Tetapi kalian menolak untuk meludahinya. Kalian menghormatinya, seperti yang kalian lakukan terhadap raja, karena lukisan ini merupakan bayangan rajamu.”

Ia berpaling ke Mangal Singh, katanya, “Lihat, Maharaja, ini lukisan Baginda Raja, ayah anda. Lukisan ini simbol, mengingatkan dan membuat anda merasakan kehadirannya. Pun demikian puja yang dilakukan seorang Hindu dengan sarana pratima. Ini menyangkut anubhuti, rasa dan kesadaran akan kehadiran Hyang Suci dan Mulia.

Singkat cerita, Mangal Singh menyadari kesalahapahamannya atas makna pemujaan yang sebenarnya. Ia minta maaf atas penghinaan yang telah diperbuatnya kepada Vivekananda. Juga ia berterima kasih atas pelajaran spiritual yang diperolehnya. Sanyasi itu tinggal beberapa hari di Alwar atas permintaan sang raja.

Persis seperti penjelasan Vivekananda, salib, pratima Yesus dan Bunda Maria pun merupakan perwujudan simbol kesucian dan kemuliaan. Salib mengingatkan orang Kristen akan pengorbanan Yesus, memberi diri kepada sesama demi kasih. Kasih adalah keadaan batin yang nirmala, dan demi ini seorang Kristen mesti menggantung ego dan nafsu serta keinginan rendahan di salib`

Tentang devosi kepada Bunda Maria, saya kutip apresiasi Gandhi. Ia tulis dalam otobiografinya, “Orang akan berubah, bersikap penuh rasa hormat ketika melihat orang lain berlutut di depan pratima Sang Perawan. Rasa ini terpatri dalam diri saya, bahwa berlutut dan berdoa bukan penyembahan berhala. Para pemeluk teguh yang bersimpuh itu tidak sedang memuja marmer atau batu, tapi terbakar oleh semangat devosi kepada kesucian dan keilahian dalam rupa simbol. Saya bisa merasakan pemujaan ini tidak merendahkan, tapi memuliakan Tuhan.”

Ustadz Somad tetap berkukuh ini berhala? Baik, tapi apa salahnya bila cara dan sarana peribadatan begini bikin manusia sadar akan kemahahadiran Hyang Suci dan Lembut di mana-mana? Manusia berwelas asih, merawat kohesi sosial dan harmoni dalam kebhinekaan. Dengan kata lain, manusia jadi pancasilais. Tidak salah, bukan?

Devosi dengan sarana salib, pratima Bunda Maria dan Yesus melembabkan jiwa dengan kasih. Lalu, manusia bisa memberi dari kepunyaannya; yang punya kasih membagikan kasih, yang bergelimang benci menebarkan terik angkara dan penghinaan. Maka, kasihi dan kasihani Somad—penderita kekeringan jiwa.

Referensi:

  1. Swamivivekanandaquotesgarden.blogspot.com
  2. Gandhi, M.K; An Autobiography OR The Story of My Experiment With Truth (1927), hal 71.

*Warga Maumere, Flores

JHL Gandeng Undana dan Unipa Cetak Seribu Sarjana Pertanian

Kupang, Ekorantt.com – Universitas Nusa Cendana (Undana) dan Universitas Papua (Unipa) resmi menjalin kerja sama dengan Yayasan JHL Merah Putih Kasih dalam program beasiswa “1000 Sarjana JHL Merah Putih”, sebagai bentuk dukungan konkret terhadap pembangunan sektor pertanian dan kemandirian pangan di Indonesia.

Dalam seremoni penandatanganan kerja sama, Rektor Undana, Maxs U. E. Sanam menyampaikan rasa syukurnya atas terwujudnya kolaborasi ini.

“Ini merupakan suatu kehormatan besar bagi Undana. Kami menerima uluran kasih yang luar biasa dari Yayasan JHL Merah Putih Kasih,” ujar Prof. Maxs.

Ia menambahkan, Undana memiliki lebih dari 32 ribu mahasiswa, dengan sekitar 35–38 persen berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang memiliki 20 program studi.

Undana juga tercatat sebagai salah satu dari delapan universitas penerima terbanyak program KIP Kuliah di Indonesia, sehingga kehadiran beasiswa JHL Merah Putih Kasih menjadi tambahan penting untuk mendukung mahasiswa yang kurang mampu.

Senada dengan itu, Rektor Unipa, Jonas Gobang, juga mengapresiasi dukungan Yayasan JHL Merah Putih Kasih.

Ia menilai beasiswa ini tak hanya meringankan beban biaya kuliah, tetapi juga memotivasi mahasiswa untuk terlibat langsung dalam praktik lapangan.

“Beasiswa ini bukan sekadar bantuan dana, tetapi wujud nyata kasih bagi mahasiswa agar mereka bisa berkontribusi di masyarakat,” kata Jonas.

Ia menjelaskan, para penerima beasiswa di Unipa telah sejak awal terlibat dalam praktik pertanian dan program makan bergizi gratis yang memungkinkan mahasiswa belajar sambil bekerja dan memberi manfaat langsung ke masyarakat.

Potensi Pertanian Indonesia Harus Dimaksimalkan

Ketua Dewan Pembina Yayasan JHL Merah Putih Kasih, Jerry Hermawan Lo menyampaikan kebahagiaannya dapat menjalin kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi di wilayah timur Indonesia.

Ia menegaskan, program “1000 Sarjana JHL Merah Putih” merupakan bentuk kontribusi konkret yayasan dalam mencetak generasi unggul di bidang pertanian dan peternakan.

“Saya sangat senang bisa hadir dan mendengar langsung masukan dari para pimpinan kampus. Kami masih akan mengunjungi beberapa kampus lainnya untuk memperluas program ini,” ujarnya.

Jerry menekankan pentingnya memanfaatkan potensi alam dan sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia.

“Negara lain ada yang tidak pernah melihat matahari atau hanya punya musim dingin. Indonesia punya segalanya, tinggal bagaimana kita mengelola dan memanfaatkannya,” tegasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya sistem pertanian yang logis, terukur, dan kompetitif secara global.

Dalam konteks ini, kolaborasi antara sektor swasta dan pendidikan tinggi menjadi sangat penting, mengingat keterbatasan APBD dalam menjawab semua kebutuhan masyarakat.

Menurut Jerry, keunggulan bidang pertanian adalah kemampuannya untuk langsung diterapkan bahkan sebelum mahasiswa lulus kuliah.

“Kenapa saya pilih pertanian, bukan kedokteran? Karena mahasiswa pertanian bisa praktik langsung, bahkan sebelum lulus. Mereka bisa mulai mengelola lahan dan memberikan nilai tambah sejak dini,” jelasnya.

Hingga saat ini, lebih dari 800 mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia telah menerima beasiswa ini, termasuk dari Universitas Lampung (Unila), Universitas Sumatera Utara (USU), IPB University, Universitas Riau, Universitas Jambi, Universitas Tirtayasa, dan Sekolah Tinggi Pertanian dan Kewirausahaan (STPK) Banau.

Dengan penambahan 80 mahasiswa dari Undana dan 20 dari Unipa sebagai penerima beasiswa, Yayasan JHL Merah Putih Kasih semakin mendekati target mencetak 1.000 sarjana pertanian dalam lima tahun.

Direktur Program Beasiswa JHL Foundation Merah Putih Kasih, Johan Sembiring menyampaikan gagasan Jerry Hermawan Lo untuk mencetak 1.000 sarjana pertanian hampir rampung.

“Saat ini sudah lebih dari 800 beasiswa diberikan. Tinggal dua atau tiga kampus lagi, program ini akan selesai sesuai target,” ujarnya.

Johan menambahkan, beasiswa ini meliputi pembiayaan penuh Uang Kuliah Tunggal (UKT) hingga biaya hidup mahasiswa sampai lulus, sebagai bentuk nyata komitmen yayasan untuk membangun kualitas sumber daya manusia Indonesia, khususnya di sektor pertanian.

Jerry menutup dengan menyampaikan visinya bahwa Indonesia memiliki lima faktor kunci untuk kemajuan pertanian: sumber daya alam yang melimpah, infrastruktur memadai, kepastian hukum, kualitas SDM, dan keberadaan investor.

“Tujuan saya hanya satu, membangun negeri ini dengan menyiapkan generasi muda yang bisa membawa pertanian Indonesia lebih maju,” pungkasnya.

Pemkab Ende Alokasikan Rp1 Miliar untuk Bangun Jembatan Aeteka Nangapanda

0

Ende, Ekorantt.com – Pemerintah Kabupaten Ende mengalokasikan anggaran sebesar Rp1 miliar untuk pembangunan jembatan Aeteka di Desa Ondorea, Kecamatan Nangapanda, yang jebol akibat diterjang banjir pada tahun 2024 lalu.

“Sudah kita anggarkan sebesar Rp1 miliar. Segera mungkin akan kita bangun Agustus ini,” kata Bupati Ende, Yosef Benediktus Badeoda saat acara serah terima barang milik negara (BMN) ruas jalan Puukungu-Maukaro dari Satker PJN Wilayah IV NTT kepada Pemkab Ende di Desa Tiwerea pada Jumat, 4 Juli 2025.

Selain pembangunan jembatan, anggaran tersebut juga akan dialokasikan untuk perbaikan ruas jalan Puukungu-Orakose-Maukaro yang sudah mengalami kerusakan parah.

“Kita anggarkan untuk pembuatan deker di bawah dan juga perbaikan lubang-lubang yang ada di situ,” kata dia.

Yosef menuturkan bahwa pemerintah berkomitmen untuk memperbaiki ruas jalan itu mengingat perannya yang sangat vital bagi akses transportasi masyarakat.

“Apabila mereka mau ke Maukaro bisa lewat sini kalau jalannya bagus bisa cepat sampai,” ungkapnya.

Ia meminta dukungan dari pemerintah desa dan juga masyarakat untuk menjaga dan merawat ruas jalan tersebut.

“Bapak camat, bapak desa tolong ingatkan warga supaya bisa bagaimana untuk menjaga dan merawat ruas jalan dengan baik,” kata Yosef.

“Kalau kita mau agar jalan kita bisa terawat dengan baik dan bisa bertahan lama jadi kita semua bertanggung jawab untuk pemeliharaan,” tambahnya.

Kepala Desa Tiwerea, Vinsensius Sambi, mengatakan pembangunan jembatan Aeteka sangat dirindukan masyarakat, terutama warga di wilayah Tanarea.

“Terima kasih banyak Bupati Ende Bapak Yosef Benediktus Badeoda bersama wakil bupati Ende yang sudah menganggarkan biaya untuk pembangunan jembatan Aeteka,” kata Vinsensius.

Jembatan tersebut menghubungkan tujuh wilayah desa yakni Desa Ondorea, Tiwerea, Timbazia, Tendarea, Mbobhenga, Tendambepa, dan Desa Malawaru menuju Kecamatan Maukaro.

Vinsensius mengaku beberapa kali akses masyarakat terganggu pasca ambruknya jembatan Aeteka.

Warga Maukaro terpaksa mengalihkan perjalanan melewati Kabupaten Nagekeo saat hendak bepergian ke kota Ende. Pembangunan jembatan akan membuat aktivitas masyarakat kembali normal, kata Vinsensius.

Kopdit Pintu Air Lakukan Promosi dan Mutasi Staf Dukung Pencapaian Target

Makassar, Ekorantt.com – Kopdit Pintu Air baru saja melaksanakan promosi dan mutasi sejumlah staf manajemen di luar wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan kepada para anggota, serta mendukung pencapaian target yang telah ditetapkan oleh kantor pusat.

Keputusan mutasi dan promosi ini tercantum dalam Keputusan Nomor: 17-KSP, KPA/MNJ/OPS/SDM-PERS/VI/2025, yang ditandatangani oleh General Manager KSP Kopdit Pintu Air, Gabriel Pito Sorowutun.

Lima cabang yang mengalami mutasi dan promosi staf yakni Cabang Akareso Makassar, Cabang Sidoarjo, Cabang Sangata, Kantor Cabang Pembantu Manado, dan Kantor Cabang Pembantu Jogja.

Gabriel menjelaskan, promosi dan mutasi bertujuan untuk memberikan penyegaran bagi para staf sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kepada anggota. Melalui langkah ini, diharapkan dapat mempercepat pencapaian kinerja yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh kantor pusat.

Dalam acara serah terima jabatan Manajer Cabang Akareso Makassar, yang berlangsung di Aula Kantor Cabang Makassar pada hari Jumat, 4 Juli 2024, Gabriel menyampaikan harapannya agar seluruh staf manajemen terus memberikan pelayanan terbaik.

Ia meminta para staf untuk terus belajar dan beradaptasi guna mencapai prestasi terbaik dalam setiap penugasan yang diberikan.

“Saya berharap semua staf di masing-masing cabang untuk terus belajar dan memperbaiki diri dalam menemukan cara-cara terbaik untuk perbaikan prestasi. Jadilah pelayan yang loyal terhadap setiap penugasan yang dipercayakan. Hanya melalui cara itu lembaga akan memperoleh dampak positif yang maksimal,” ujar Gabriel.

Dalam serah terima jabatan tersebut, Yohanes Viktor Edison dilantik sebagai Manajer Cabang Akkareso menggantikan Ruchaya A. Roja, yang kini mengemban tugas baru sebagai Manajer Cabang Kopdit Pintu Air Aimere, Kabupaten Ngada.

Acara tersebut turut dihadiri oleh Kepala Bidang Humas dan Legal, Vikrimus S.M Balpar, Pelaksana Tugas (Plt) Internal Audit, Pascalia Du’a Wejor, serta Yulianto Valentino Moan Dereng sebagai Paralegal KSP Kopdit Pintu Air Rotat.

Kopdit Pintu Air Bakal Dampingi Tiga Koperasi Merah Putih di Sikka

Maumere, Ekorantt.com – KSP Kopdit Pintu Air bakal mendampingi tiga Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) di Kabupaten Sikka, Provinsi NTT.

Ketua Pengurus KSP Kopdit Pintu Air, Yakobus Jano, menyebutkan ketiga KDMP tersebut berada di Desa Ladogahar, Desa Wuliwutik, dan Desa Nitakloang di Kecamatan Nita.

Jano menyampaikan hal ini di ruang kerjanya seusai misa Jumat pertama di Kantor Pusat Kopdit Pintu Air, Dusun Rotat, Desa Ladogahar, Nita, Jumat, 4 Juli 2025.

“Kami belum tahu persis bagaimana skema kerja sama akan dilakukan. Namun, sebagai sebuah lembaga yang telah berkembang begini besar tentu mempunyai SDM yang siap untuk bagikan,” kata Jano.

Ia menjelaskan, Kopdit Pintu Air diminta untuk mendukung program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto melalui Kementerian Koperasi dan UKM.

Dalam pertemuan bersama Kementerian Koperasi dan UKM di Jakarta pada Senin, 30 Juni 2025 lalu, pemerintah meminta keterlibatan koperasi besar se-Indonesia dalam hal pendampingan dan pembiayaan.

Kopdit Pintu Air mengutus Ketua Komite Kantor Cabang Persiapan Kampung Sawah, Jakarta, Emanuel Migo ikut dalam pertemuan itu.

Yakobus berharap ada pertemuan lanjutan pra pelaksana agar diseminasi informasi serta mekanisme penerapannya dapat dilaksanakan tanpa ada hambatan yang berarti.

Sebab, bila terjadi masalah, tentu akan berakibat buruk bukan hanya bagi koperasi desa tetapi juga berimbas pada Kopdit Pintu Air, kata Jano.

Emanuel Migo ketika dihubungi melalui sambungan telepon mengatakan rapat bersama Kementerian Koperasi dan UKM membahas tentang metode pembiayaan KDMP dengan dukungan dari KSP.

Emanuel menyebutkan ada empat lembaga keuangan yang direkomendasikan untuk membantu pembiayaan dan pendampingan yakni KSP, Bank Himbara, Bank Pembangunan Daerah, dan LPDP.

“Kita dari koperasi diminta untuk memilih tiga sampai lima desa sebagai desa dampingan. Kita juga sudah tentukan Desa Ladogahar, Desa Wuliwutik, dan Desa Nitakloang sebagai desa dampingan dan dibiayai,” tutur Emanuel.

Mekanisme pemberian dana dari KSP bermula dari proposal yang diajukan oleh pengurus KDMP. Selanjutnya, manajemen KSP memverifikasi isi dan nilai pagu dana yang diajukan.

Atas pertimbangan tertentu, KSP baru dapat mengucurkan sejumlah dana kepada koperasi merah putih. Tentunya didahului melalui mekanisme penandatanganan perjanjian, kata Emanuel.

Pemkab Ngada dan PT Agraria Indonesia Berdaya Teken Kerja Sama Pemasaran Kemiri

0

Bajawa, Ekorantt.com – Pemerintah Kabupaten Ngada dan PT Agraria Indonesia Berdaya menyepakati kerja sama pengembangan, pengolahan, dan pemasaran komoditi kemiri.

Kesepakatan ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh Bupati Ngada Raymundus Bena dan Direktur PT Agraria Indonesia Berdaya Andhika Mahardika di ruang pertemuan Kantor Bupati Ngada pada Kamis, 4 Juni 2025.

Bupati Raymundus yang didampingi Wakil Bupati Ngada Bernadinus Dhey Ngebu, berharap kerja sama ini saling menguntungkan.

“Kita harapkan petani kemiri di Ngada memiliki kepastian baik perusahaan maupun mitra bisnis,” kata Raymundus.

Pemerintah, kata dia, berkomitmen melindungi petani kemiri. Petani tidak boleh dirugikan.

Petani pun diharapkan untuk tetap menjaga keberlanjutan tanaman kemiri sehingga produktivitas tidak menurun.

Sementara itu, Wakil Bupati Ngada Bernadinus Dhey Ngebu meminta Dinas Perindustrian untuk melakukan survei, pendampingan, dan pelatihan bagi petani kemiri.

“Orang kita biasanya cepat puas karena pujian, harus ada komitmen untuk berkelanjutan dan fokus untuk pemenuhan kuota permintaan perusahaan,” ujar Bernadinus.

Sementara itu dari segi pendanaan, pemerintah tengah berkomunikasi dengan pihak perbankan untuk bisa memberikan pinjaman kepada petani kemiri sebagai modal usaha untuk pengembangan usaha kemiri.

Direktur PT Agraria Indonesia Berdaya, Andika Mardika, mengatakan bahwa pihaknya memiliki mitra pertama di Kabupaten Ngada yakni di Desa Inegena, Kecamatan Bajawa Utara.

“Tahun ini kita masuk lagi di Sarasedu Raya, Kecamatan Golewa dengan produksi yang lebih besar lagi,” ujarnya.

Menurutnya, komoditi kemiri mempunyai potensi besar di pasar global. Kerja sama dirasa penting dalam pengembangan komoditi kemiri di tengah permintaan pasar yang semakin tinggi.

Warga Poco Leok Ajukan Keberatan Administratif terhadap Bupati Manggarai atas Dugaan Intimidasi

0

Ruteng, Ekorantt.com – Koalisi Advokasi Poco Leok resmi mengajukan surat keberatan administratif kepada Bupati Manggarai, Herybertus G.L. Nabit, terkait dugaan pelanggaran asas-asas umum pemerintahan yang baik dalam penanganan aksi demonstrasi warga yang menolak proyek pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu Unit 5 dan 6.

Surat keberatan tersebut diserahkan langsung ke Bagian Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Manggarai pada Kamis, 3 Juli 2025.

Agustinus Tuju, 53 tahun, warga Poco Leok, menjadi pihak pemohon dalam pengajuan tersebut, didampingi oleh tim kuasa hukum dari Koalisi Advokasi Poco Leok.

Menurut kuasa hukum warga, Jimmy Z. Ginting, keberatan administratif merupakan bentuk respons atas tindakan Bupati Hery Nabit yang diduga bersikap emosional dan mengintimidasi warga saat aksi damai di Kantor Bupati Manggarai pada 5 Juni 2025.

“Surat ini ditujukan agar Pak Bupati menyadari betul tugas dan kewajibannya sebagai kepala daerah, utamanya melindungi dan mensejahterakan seluruh warga, termasuk masyarakat adat Poco Leok,” ujarnya.

Pada 5 Juni 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, warga Poco Leok menggelar demonstrasi di Ruteng.

Mereka menyuarakan penolakan terhadap Surat Keputusan Bupati Manggarai Nomor HK/417/2022 tentang penetapan lokasi proyek PLTP Ulumbu 5-6.

Warga menilai keputusan itu dibuat secara sepihak tanpa proses konsultasi publik yang adil dan partisipatif.

Namun, aksi damai tersebut berubah tegang saat Bupati Nabit keluar dari kantornya dan terlihat memarahi warga.

Ia bahkan disebut memimpin massa tandingan yang sempat melakukan tindakan represif, menyebabkan tiga kendaraan pengangkut massa aksi diamankan ke Polres Manggarai untuk menghindari eskalasi konflik.

“Klien kami merasa trauma. Pada saat kejadian, beliau (bupati) adalah pejabat publik, bukan pribadi biasa. Tindakan tersebut menimbulkan rasa takut yang dalam bagi warga,” kata Jimmy.

Langkah keberatan administratif yang diajukan warga mengacu pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, serta Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019 mengenai penyelesaian sengketa tindakan pemerintahan.

“Ini adalah prosedur awal menuju proses peradilan di PTUN. Jika surat kami diabaikan, kami akan mengajukan banding administrasi kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri, dan bahkan dapat menggugat ke pengadilan,” ujar Yulianto B. Ngali Mara, kuasa hukum lainnya.

Yulianto juga menekankan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Bupati Nabit tidak hanya melanggar norma administrasi, tetapi berpotensi melanggar hukum pidana.

Hal ini disampaikan juga oleh kuasa hukum lain, Judianto Simanjutak, yang merujuk pada Pasal 18 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.

“Dalam kacamata hukum pidana, tindakan kekerasan terhadap demonstran bisa dianggap sebagai pelanggaran pidana dengan ancaman hukuman satu tahun penjara,” kata Judianto.

Warga Tuntut Peninjauan Proyek PLTP Ulumbu

Penolakan masyarakat adat Poco Leok terhadap proyek PLTP Ulumbu Unit 5-6 bukan tanpa alasan.

Mereka menganggap proyek ini mengancam ruang hidup dan hak-hak adat mereka.

Selain itu, penetapan Pulau Flores sebagai wilayah pengembangan panas bumi oleh pemerintah pusat melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 2268 K/30/MEM/2017 juga dianggap tidak partisipatif.

Proyek pengembangan PLTP Ulumbu Unit 5 dan 6 merupakan bagian dari investasi energi bersih senilai sekitar 150 juta euro yang didanai oleh bank pembangunan Jerman, KfW, dan dilaksanakan oleh PT PLN Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara.

Proyek ini menargetkan tambahan daya sebesar 2×20 megawatt, jauh di atas kapasitas awal yang telah beroperasi sejak 2012 sebesar 10 MW.

Namun, warga Poco Leok meminta seluruh proses proyek, mulai dari sosialisasi hingga pengadaan lahan, dihentikan hingga ada jaminan penghormatan terhadap hak masyarakat adat.

“Demonstrasi adalah hak konstitusional. Jika disikapi dengan kekerasan, maka ini preseden buruk bagi demokrasi lokal. Kami harap ini jadi pelajaran penting bagi kepala daerah,” pungkas Jimmy.

DPRD Ngada Minta Pemerintah Fokus Bangun Wilayah Utara

0

Bajawa, Ekorantt.com – Fraksi Gerindra dan Fraksi Amanah Demokrat DPRD Ngada mendorong pemerintah setempat mengedepankan pemerataan pembangunan dalam lima tahun ke depan, terutama di wilayah utara.

“Demi asas pemerataan, kita berharap pembangunan infrastruktur harus difokuskan pada wilayah utara dan wilayah terpencil,” kata Karel Maku, juru bicara Fraksi Gerindra Ngada pada Rabu, 2 Juli 2025.

Ia mengatakan, dokumen rancangan peraturan daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2025-2029 harus berfokus pada kesejahteraan masyarakat.

Dokumen tersebut, kata dia, mesti menjadi pedoman terukur dalam pembangunan daerah selama lima tahun mendatang.

“RPJMD harus mampu menerjemahkan visi, misi, dan agenda kepala daerah terpilih ke dalam tujuan, sasaran, strategi, dan kebijakan pembangunan yang relevan,” ujar Karel.

Dia berharap pemerintah daerah perlu memfokuskan pada pembangunan infrastruktur, pertanian, peternakan, perikanan, pariwisata, dan ekonomi kerakyatan.

Sementara pada bidang kesehatan, pihaknya mengingatkan pemerintah untuk melakukan penanganan berkala terhadap ketersediaan obat di rumah sakit maupun puskesmas, tenaga medis, pemanfaatan Rumah Sakit Late, dan memastikan seluruh masyarakat terdaftar sebagai peserta BPJS.

“Kami juga menyoroti salah satu tantangan dalam pembangunan manusia yakni persoalan stunting yang masih di tinggi. Apalagi persoalan ini berdampak pada kualitas hidup manusia khususnya generasi muda,” jelasnya.

Sementara itu, juru bicara Fraksi Amanah Demokrat, Benediktus Lagho, mengapresiasi komitmen pemerintah dalam mewujudkan Ngada yang mandiri secara ekonomi.

Ia berharap komitmen itu dapat terwujud sehingga mengurangi ketergantungan daerah terhadap transfer pusat.

Pihaknya berharap agar penggunaan anggaran daerah harus berfokus pada usaha inovatif dan produktif.

“Kita juga minta penjelasan pemerintah sehubungan dengan penggunaan APBD dalam hajatan budaya yang bersifat konsumtif di tengah kebijakan efisiensi anggaran,” kata Benediktus.

Pemerintah harus berfokus pada urusan wajib seperti jalan, jembatan, dan listrik. Termasuk memperhatikan pembangunan infrastruktur di wilayah utara seperti Kecamatan Riung, Riung Barat, So’a, dan Wolomeze.

Gubernur Melki Laka Lena Beberkan Strategi Atasi PMI Non-Prosedural di NTT

0

Larantuka, Ekorantt.com – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Emanuel Melkiades Laka Lena, menyampaikan sejumlah strategi konkret yang tengah ditempuh Pemerintah Provinsi NTT untuk menekan praktik Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) serta memberantas migrasi pekerja migran Indonesia (PMI) secara non-prosedural.

Salah satu langkah utama yang ditekankan adalah penerapan moratorium pengiriman tenaga kerja untuk sektor-sektor rentan, seperti Pekerja Rumah Tangga (PRT), hingga para calon PMI benar-benar dibekali pelatihan serta peningkatan kompetensi yang memadai.

“Kami tetap berkomitmen menekan angka PMI non-prosedural, terutama di sektor rawan eksploitasi. Fokus kami adalah meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan agar mereka siap menghadapi dunia kerja secara legal dan bermartabat,” ujar Melki saat memberikan sambutan pada Pertemuan Pastoral XII Regio Gerejawi Nusa Tenggara (Nusra) di Gedung OMK Keuskupan Larantuka, Rabu, 2 Juli 2025.

Selain pelatihan, Melki juga menyoroti pentingnya mengaktifkan kembali Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) di kabupaten/kota se-NTT. Dari empat LTSA yang pernah dibentuk, yakni di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Sikka, dan Sumba Barat Daya—hanya satu yang masih berfungsi, yakni di Kota Kupang.

“Reaktivasi LTSA ini mendesak. Kami ingin memastikan masyarakat pencari kerja mendapat akses informasi yang jelas dan layanan migrasi yang mudah dijangkau,” tegasnya.

Guna memperkuat fondasi migrasi legal, Pemprov NTT juga menggandeng Kementerian Ketenagakerjaan serta berbagai mitra pelatihan, seperti Balai Latihan Kerja (BLK), BLK Komunitas (BLKK), dan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) swasta, baik dalam maupun luar negeri. Sinergi ini dimaksudkan untuk memperluas kesempatan pelatihan bagi masyarakat NTT yang bercita-cita bekerja di luar negeri.

Untuk aspek pengawasan dan pencegahan, Melki menjelaskan bahwa Gugus Tugas TPPO kini telah dibentuk hingga ke tingkat desa, khususnya di wilayah-wilayah yang dikenal sebagai kantong PMI. Gugus tugas ini melibatkan tokoh masyarakat, aparat desa, tokoh adat, dan kelompok perempuan dalam rangka memperkuat kesadaran warga serta mencegah eksploitasi.

“Kami juga telah meluncurkan Sistem Saling Jaga (SI-SAGA), yang memfasilitasi pelaporan dugaan TPPO atau migrasi ilegal. Laporan bisa disampaikan melalui hotline 08113910910. Identitas pelapor dijamin aman, dan baik pelapor maupun korban akan mendapatkan perlindungan penuh,” tambahnya.

Lebih jauh, Pemprov NTT membangun kerja sama antardaerah dengan provinsi-provinsi yang menjadi jalur migrasi seperti Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Utara. Tujuannya adalah menciptakan ekosistem migrasi tenaga kerja yang sah, terpantau, dan berkelanjutan.

“Strategi kami dibagi dalam kerangka jangka pendek, menengah, dan panjang. Semua proses ini akan kami pantau melalui forum akuntabilitas publik lintas instansi,” jelas Melki.

Ia pun mengajak semua elemen masyarakat, termasuk para Uskup se-Regio Nusra, untuk turut serta dalam upaya bersama membenahi sistem migrasi tenaga kerja dari NTT.

“Kita harus hentikan stigma bahwa NTT adalah daerah darurat perdagangan orang. Saatnya NTT dikenal sebagai lumbung tenaga kerja unggulan legal, kompeten, dan dihormati di mana pun mereka berada,” pungkasnya.

Anggota DPRD Sikka Karmianto Eri Komit Dukung Kreativitas Aura Music Course

0

Maumere, Ekorantt.com – Kerja-kerja positif dalam bidang musik yang digalakkan oleh Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Aura Music Course mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. 

Yoseph Karmianto Eri, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sikka ikut mengapresiasi kehadirannya sebagai lembaga kursus musik yang dirintis pada 2018 silam itu.

Bagi Karmianto Eri, Aura Music Course telah berperan strategis dalam pengembangan seni dan budaya di Kabupaten Sikka. Karena itu, sangat layak untuk diberikan dukungan yang berarti.

“Sebagai sebuah lembaga pelatihan kerja, Aura Music Course telah memberikan kontribusi yang berarti bagi upaya pengembangan minat dan bakat anak-anak di sini,” kata politisi PKB ini.

Aura Music Course, kata dia, berperan penting dalam membentuk kreativitas dan karakter generasi muda lewat kursus musik yang berkualitas.

“Aura Music Course bukan hanya sebagai tempat belajar musik, tapi juga sebagai wadah pembentukan karakter serta media pengembangan seni yang positif bagi anak-anak dan remaja di Kabupaten Sikka,” ujarnya.

Karmianto Eri mendukung tidak sebatas apresiasi, tetapi juga komitmen untuk membantu memfasilitasi program-program Aura Music Course lewat dana Pokir.

“Beberapa tahun terakhir, saya berjuang sebagai wakil rakyat untuk memperjuangkan aspirasi sehingga membantu dengan dana Pokir,” kata Karmianto Eri yang juga pembina Aura Music Course.  

Ia berharap Aura Music Course terus berinovasi dan memperluas jangkauan pelayanannya agar semakin banyak orang yang memperoleh manfaat.

Pimpinan LPK Aura Music Course Heribertus Putra Ama Doni mengapresiasi dukungan dari anggota DPRD Sikka, Yosep Karmianto Eri. Dukungan tersebut sangat berarti bagi pengembangan potensi anak-anak yang belajar di Aura Music Course.

“Kami dari LPK Aura Music Course sangat berterima kasih atas dukungan anggota DPRD, Bapak Manto Eri. Bagi kami, dukungan tersebut juga menjadi dukungan bagi anak-anak untuk terus mengembangkan potensi yang mereka milik,” kata Erik, sapaannya, kepada Ekora NTT.

Menurut Erik, salah satu sprit dasar kehadiran Aura Music Course adalah transformasi generasi, di mana generasi muda untuk selalu mengembangkan potensi bakat dan kemampuan yang dimiliki.

“Anak-anak muda kita perlu dibentuk dari dini untuk mengenal dan mengembangkan potensi diri sehingga bisa berdampak positif untuk diri sendiri, keluarga, dan orang banyak,” kata Erik.

LPK Aura Music Course merupakan tempat kursus musik liturgi yang terbuka baik bagi anak-anak maupun orang dewasa.

“Saat ini kita ada empat cabang yakni Cabang Utama di Maumere, Cabang Kewapante, Cabang Waigete, dan Cabang Nita. Dalam waktu dekat kita kembangkan di kabupaten tetangga yakni Ende dan Flores Timur,” ujar Erik.

Erik merintis LPK Aura Music Course pada 2018. Sekarang lembaga itu berkembang pesat dan memberikan pendidikan bagi 450-an calon organis handal.

Kata dia, LPK Aura Music Course terbuka bagi siapa saja yang ingin kursus musik liturgi, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Budi Daya Ikan Dalam Ember, Inovasi dari Dosen ITB untuk Tekan Angka Stunting di Ngada

0

Bajawa, Ekorantt.com – Institut Teknologi Bandung (ITB) membawa inovasi Budi daya Ikan Dalam Ember (Budikdamber) ke Kabupaten Ngada demi menekan angka stunting di sana.

“Budikdamber sebagai salah satu teknologi skala rumah tangga untuk mengatasi stunting,” kata Ketua Pengabdian Masyarakat ITB, Ivonne Radjawane saat memberikan pelatihan kepada puluhan anggota PKK di rumah jabatan bupati Ngada, Selasa, 1 Juni 2025.

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) NTT 2024, kata Ivonne, angka stunting di Ngada mencapai 997 kasus dan menjadi salah satu daerah dengan angka stunting cukup tinggi.

Menurutnya, program Budikdamber menjadi salah satu solusi untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani dalam rumah tangga demi menekan angka stunting.

Ia menjelaskan, inovasi Budikdamber mengintegrasikan sumber daya hayati ikan air tawar seperti ikan lele atau nila dengan sayuran seperti bayam atau kangkung dalam satu wadah efisien.

“Pelatihan ini merupakan awal kolaborasi yang baik antara pemerintah daerah bersama perguruan tinggi untuk menyelesaikan masalah aktual di tengah masyarakat,” kata Ivonne.

Di Kabupaten Ngada, Budikdamber merupakan metode baru, kata dia. Dan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi hewani dan nabati dari lingkungan rumah tangga.

Ivonne mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perguruan dalam menjalankan konsep tri darma perguruan tinggi.

“Yang salah satunya adalah melakukan pengabdian kepada masyarakat, untuk mentransferkan ilmu pengetahuan dan teknologi ke seluruh Indonesia,” jelasnya

Ia berharap teknologi Budikdamber dapat diterima, diimplementasikan, dan dimanfaatkan secara luas di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Ngada, khususnya untuk mengatasi kasus stunting.

Ketua PKK Kabupaten Ngada, Blandina Mamo, menyambut baik inovasi Budikdamber yang sejalan dengan program PKK dalam menekan angka stunting di Ngada.

“Ini sangat bermanfaat, apalagi kasus stunting di Ngada. Sesuai data dari dinas kesehatan paling banyak ada di wilayah pegunungan,” kata Blandina.

Menurutnya, salah satu penyebab angka stunting yang tinggi yakni kurangnya protein hewani. Dengan adanya pelatihan Budikdamber, gizi masyarakat bisa terpenuhi.

Sementara itu, Bupati Ngada Raymundus Bena melalui Plh Asisten 3, Yohanes Ghae, mengatakan stunting masih menjadi tantangan serius bagi pembangunan sumber daya manusia khususnya di desa.

Ia mengatakan Budikdamber menjadi salah satu solusi untuk menekan tingginya angka stunting khususnya di daerah dengan luas lahan terbatas.

“Secara sederhana inovasi ini hemat air dan ramah lingkungan,” katanya.