Golden Fish Pertahankan Menu ‘Life Seafood’

Maumere, Ekorantt.com – Golden Fish hadir di Maumere untuk pertama kalinya pada 26 tahun lalu. Kala itu dibuka dengan tempat seadanya.

Pasca Tsunami yang memorakporandakan kota Maumere, restoran yang berlokasi di jalan pertokoan, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka ini ditutup.

Barulah pada awal tahun 2003 Golden Fish kembali dibuka. Usaha ini memberikan prospek yang cerah.

September 2018 lalu, Bupati Sikka, Fransiskus R. Diogo meresmikan gedung baru rumah makan Golden Fish 29. Ada pengakuan bahwa kehadirannya memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah.

Pengakuan ini cukup beralasan. Pemiliknya, Tedi menyisihkan pendapatannya untuk bayar pajak. Dari penghasilannya ia sisihkan 10% untuk disetor ke kas daerah.

iklan

“Semuanya saya berikan kepada Bappeda dengan sistem nota tiga rangkap. Saya perlu sampaikan bahwa PPN 10% murni milik pemerintah,” ungkap Tedi.

Toh, semua pada akhirnya diperuntukkan untuk masyarakat. Jadi, saya ingin mengubah cara pandang orang tentang Golden Fish,” tambahnya.

Terlepas dari urusan di atas, Golden Fish berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengunjungnya dengan menu-menu spesial yang menggugah selera.

“Golden Fish mempertahankan menu life seafood. Awalnya sudah dikonsepkan seperti itu hingga saat ini. Kita juga menyediakan hidangan seperti nasi goreng, nasi kotak, nasi bungkus,” demikian penuturan Tedi.

Tidak heran kalau restaurannya sudah booming di Maumere. Tidak hanya masyarakat lokal, restoran milik Tedi ini dikunjungi tamu-tamu dan pelanggan dari luar kota Maumere.

Hanya masih beredar di masyarakat, pandangan bahwa Golden Fish menyediakan menu yang sangat mahal.

Keengganan masyarakat untuk mencicipi hindangan dan berwisata kuliner di Golden Fish terhalang pandangan seperti ini.

Bagi Tedi hal ini wajar-wajar saja. Cara pandang ini tidak lepas dari kurang pahamnya masyarakat tentang konsep restoran.

Terhadap keluhan-keluhan itu, Tedi berusaha memberikan perspektif baru tentang dunia kuliner. Ada dua hal yang ia tekankan.

Pertama, Golden Fish menyediakan life seafood atau hidangan laut asli yang berasal dari laut perairan Maumere. Golden Fish murni tidak menyediakan hasil ikan budidaya.

“Saya tidak mau berbisnis ikan budidaya, karena saya tahu prosesnya, karena itu, ikan yang saya peroleh benar-benar dari hasil tangkapan nelayan di laut,” imbuh Tedi.

Yang dijual pun di Golden Fish masih hidup dan segar sedianya seperti di laut. Ikan yang disediakan dihitung per 100/gram,” tambah Tedi.

Kedua,  konsep masyarakat yang mengatakan harus membawa banyak uang jika ingin makan di Golden Fish, menurut Tedi, merupakan konsep lama yang harus dipatahkan.

Tedi menganalogikan bahwa jika tujuannya ingin makan lopster, maka harus membawa uang sesuai harga menu yang dbutuhkan.

Sebab, tidak mungkin untuk membayar harga lobster yang dibawa adalah uang untuk makan nasi goreng, misalnya.

“Mungkin karena yang pertama di Maumere, makanya orang berpandangan Golden Fish sangat mahal. Padahal harga seafood tidak beda jauh dengan harga di tempat-tempat lain yang juga menyediakan menu seafood,” tukas Tedi.

TERKINI
BACA JUGA