Mata ROMA vs Mata Rakyat: Evaluasi Setahun Kepemimpinan Robby – Romanus

Maumere, Ekorantt.com – Pada Sabtu (21/9/2019) Bupati Robertus Diogo dan Wakil Bupati Romanus Woga menggelar jumpa pers di Aula kantor Bupati Sikka.

Dengan raut wajah tersenyum, Bupati Roby menyampaikan bahwa jumpa pers ini tidak dimaksudkan untuk membangkitkan pencitraan bagi pemerintah tetapi sebagai usaha membangun spirit bersama demi kemajuan pembangunan nian tana Sikka tercinta.

Dalam jumpa pers tersebut, Bupati Roby menyampaikan pertanggungjawaban dan refleksi mengenai kinerja kepemimpinan keduanya dalam kurun waktu satu tahun.

Efisiensi Anggaran Belanja OPD Mencapai Rp5,7 M

Bupati Robby menjelaskan, pemerintah telah menerbitkan Perda Nomor 3 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dalam Perda RPJMD tersebut dijabarkan secara lebih teknis dan konkret visi misi pasangan ROMA selama masa kampanye

iklan

Bupati Roby mengaku, baru 25% visi dan misi pasangan ROMA yang berhasil diimplementasikan dalam RAPBD 2019.  Menurut Bupati Roby, hal itu disebabkan Musrenbang sebagai dasar penetapan APBD 2019 sudah dibahas sejak bulan Maret 2018 pada masa kepemimpinan Bupati Ansar. Berdasarkan hasil Musrenbang itu, ditetapkan RKPD dan APBD 2019.

Selain itu, menurut Robby penetapan RPJMD juga dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain pendekatan top down, pendekatan partisipatif, pendekatan politik, dan pendekatan bottom up. Dengan demikian penjabaran visi dan misinya selama kampanye perlu mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak yang relevan, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang berlangsung di daerah.

Meskipun baru 25% visi dan misi ROMA yang berhasil dijabarkan dalam RPJMD Kabupaten Sikka 2019, Roby meyakinka bahwa keseluruhan proses pembangunan tetap berpegang pada visi pemenuhan hak-hak dasar masyarakat demi terciptanya masyarakat Sikka bahagia 2023.

Menurutnya, pemerintah akan menerapkan pendekatan kultural-historis dalam penataan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Sikka.

Pada kesempatan jumpa pers tersebut, Bupati Roby juga mengkonfirmasi bahwa selama satu tahun ini, fokus pembangunan di Sikka ditujukan pada pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama melalui intervensi beasiswa di bidang pendidikan dan perhatian pada sektor kesehatan.

Pemerintah berusaha menerapkan pembangunan berbasis data keluarga di Sikka. Seturut Badan Pusat Statistik, total penduduk Sikka berjumlah 317 ribu jiwa. Dari 317 ribu jiwa tersebut terdapat 107 ribu kepala keluarga dan 80 ribu rumah tangga.

Dari penjabaran itu, ada 14, 2% penduduk miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan di Kabupaten Sikka sebesar 245.000 per kapita. Sementara itu, 58% penduduk terkategorikan hampir miskin. Hanya 28% penduduk Sikka yang masuk kategori sejahtera. Menurut Bupati Roby, penduduk sejahtera ini antara lain berasal dari kalangan PNS, TNI, Polri dan Pedagang.

Pemerintah juga menerapkan konsep pembangunan berbasis rumah tangga, yang dioptimalkan bagi 14,2% penduduk miskin di Sikka. Sumber dana pembangunan ini diambil dari dana alokasi umum, dana alokasi khusus penugasan dan dana alokasi khusus afirmasi. Secara khusus untuk dana alokasi khusus afirmasi, pemerintah memfokuskan penggunaannya untuk 29 desa sangat tertinggal.

Menurut Bupati Roby, penduduk miskin kesulitan menikmati hak-hak dasar mereka. Mereka sangat membutuhkan bantuan, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan. Ia berasumsi, orang boleh jadi mampu membeli makanan dan minuman sehari-hari. Namun, orang bisa bangkrut karena menyekolahkan anaknya dan belum tentu mampu membiayai pengobatan ketika sakit. Karena itu, Bupati Roby merasa perlu mengintervensi pemenuhan hak pendidikan dan kesehatan masyarakat, terutama bagi 14,2% rakyat miskin ini.

Bupati Roby mengkonfirmasi, Perda RPJMD yang diterbitkan adalah hasil konsultasi dengan publik. Misalnya soal dana pendidikan, nomenklatur yang tertera di RPJMD tidak menggunakan istilah dana adat pendidikan sebagaimana yang digaungkan selama masa kampanye, tetapi menggunakan nama beasiswa pendidikan.

Beasiswa pendidikan ini dialokasikan untuk tiga kategori penerima yaitu kepada 14.2% atau 15.000 mahasiswa dari keluarga miskin, untuk mahasiswa prestasi dengan IPK di atas 3.00 serta mahasiswa kedokteran dan tenaga ahli.

Bupati Roby juga menerangkan, pada tahun pertama kepemimpinannya, pemerintah berhasil melakukan penghematan anggaran belanja sebesar Rp5.7 miliar di setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Anggaran tersebut dialokasikan bagi program beasiswa pendidikan untuk keluarga miskin dalam APBD Perubahan Tahun 2019 yang diparipurnakan pada Rabu, (23/9/2019). Untuk diketahui, total APBD Perubahan Sikka Tahun 2019 mencapai Rp1,2 triliun rupiah.

Dalam bidang kesehatan, pemerintah tetap berkomitmen menerbitkan kartu Sikka sehat, untuk memenuhi kebutuhan kesehatan warga miskin.

Ia juga meyakinkan  bahwa Pemda Sikka bersama Pemprov NTT dan pemerintah pusat akan mempercepat pembangunan infrastruktur di daerah. Salah satunya adalah infrastruktur air minum.

Seturut Perpres No. 46 tentang Jaminan dan Subsidi Bunga untuk Pinjaman Infrastruktur maka Pemda akan membangun 40.000 meteran air, tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Sikka. Pembangunan infrastruktur air minum ini akan mendapatkan hibah berbasis kinerja dari pemerintah pusat. Pemda akan menerbitkan Perda penyertaan modal untuk pemasangan 3000 meteran air. Selain meteran air, pemerintah akan membangun waduk di Kaliwajo, untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat di wilayah selatan kabupaten Sikka. 

Tidak Ada Kemajuan yang Signifikan di Bidang Pendidikan

Mengenai setahun kepemimpinan ROMA, rakyat tentu punya pandangannya sendiri.

EKORA NTT berkesempatan mewawancarai beberapa warga untuk meminta pendapat mereka mengenai kinerja setahun pemerintahan Bupati Roby Idong dan Wakil Bupati Romanus Woga.

RD. Fidelis Dua, Pr memberikan pendapat mengenai kinerja ROMA di bidang pendidikan. Menurut kepala sekolah SMAS John Paul II ini, pemenuhan hak dasar masyarakat di bidang pendidikan.

Menurut Romo Fidel, pemenuhan hak dasar di bidang pendidikan tidak akan efektif hanya dengan program beasiswa pendidikan tinggi bagi masyarakat miskin, mahasiswa berprestasi, dan mahasiswa calon tenaga ahli.

Menurutnya, dari pada memberikan beasiswa untuk pendidikan tinggi, yang seharusnya lebih diperhatikan dan dikembangkan adalah kualitas pendidikan dasar, mulai dari SD hingga SMA. Beasiswa pendidikan tinggi bagi masyarakat miskin sebaiknya digunakan untuk perbaikan mutu pendidikan dasar.

Ia juga menganjurkan ROMA untuk lebih memperhatikan peningkatan kompetensi guru dan kepala sekolah di tingkat pendidikan dasar. Menurutnya, hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) dan Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKK) untuk Kabupaten Sikka sangat memprihatinkan. Selain beasiswa, ia berharap ROMA memperhatikan tuntutan perbaikan mutu guru dan kepala sekolah di tingkat pendidikan dasar.

Dengan demikian secara umum, RD. Fidel menilai pemenuhan hak dasar di bidang pendidikan tidak memiliki progres yang signifikan.

“Pemenuhan hak dasar di bidang pendidikan bukan hanya soal beri beasiswa tetapi bagaimana meningkatkan layanan pendidikan khususnya pendidikan dasar di desa-desa yang tampaknya sangat memprihatinkan dalam pemenuhan 8 SNP. Hak dasar dalam bidang pendidikan juga menyangkut peningkatan mutu pendidikan dengan program dan kegiatan peningkatan mutu guru PAUD, SD dan SMP. Coba lihat hasil UKG dan UKK. Sangat-sangat memprihatinkan! Karena itu, harus dibuat Centra Belajar Guru dengan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kompetensi guru.”

Rizal Huku Lejap, mengomentari kinerja ROMA dari segi peningkatan ekonomi dan usaha kecil menengah. Menurutnya, keputusan pemerintah daerah membuka kerjasama dengan PT. Windu Karsa memberikan manfaat dan pengaruh yang signifikan bagi

“Kalau dari segi UKM, saya salut atas kebijakan pemerintah membuka kerjasama dengan PT Windu Karsa yang memperlancar jalur transportasi barang dari Surabaya-Maumere dan Maumere-Surabaya. Meski dalam perjalanan ada kendala semisal kapal dan harus dok, atau seputar masalah pasokan BBM untuk kapal, saya pikir kebijakan ini adalah langkah berani pemerintah, terutama untuk kembali meramaikan transportasi barang yang kian melambat pasca karamnya kapal Roro Dharma Kencana”, demikian Rizal.

Penggiat Komunitas Diver Maumere, Bram Conterius menilai ROMA tidak maksimal memenuhi janjinya mengoptimalkan peran kaum muda dalam pembangunan sumber daya potensial di Maumere. Bram mengaku, Bupati Roby sudah berkali-kali berusaha mengumpulkan kaum muda dan berjanji mendukung kegiatan-kegiatan kreatif mereka, tetapi janji itu hanya berujung janji tanpa tindakan nyata.

Ia juga merasa belum ada pergerakan yang menonjol yang dirasakan di beberapa bidang penting seperti pariwisata, ekonomi kerakyatan, dan lingkungan hidup.

“Selama satu tahun ini sepertinya belum ada pergerakan yang bisa dirasakan khususnya di beberapa bidang yang sempat dikatakan akan ditingkatkan, misalnya pariwisata, ekonomi kerakyatan dan kelautan atau lingkungan hidup, khususnya pemanfaatan potensi bahari di berbagai sektor dan kelestariannya. Bupati juga janji akan perhatikan anak muda, tetapi kayaknya dia belum respek dengan kontribusi-kontribusi anak muda nian Sikka hampir di segala bidang. Banyak komunitas kreatif yang tumbuh di Maumere. Kami sudah sering bertemu Bupati, tetapi tidak pernah ada tindak lanjut yang nyata yang bisa dilihat setelah omong-omong itu.”

Herman Yoseph Ferdy, warga RT 020/RW 006 Jl. Adisucipto Kelurahan Waioti menilai banyak program dan ide brilian yang coba dicetuskan oleh ROMA sejak masa kampanye hingga saat ini. Meskipun demikian, Ferdy menilai ide-ide brilian itu tidak progresif lantaran sulit dipahami dan diterapkan secara teknis dalam kerja-kerja di sektor OPD. Satu yang disoroti Ferdy adalah masalah manajemen sampah yang dijanjikan akan diperbaiki tetapi hingga sekarang belum menuai hasil yang maksimal.

“Kalau menurut saya Bupati Roby tidak punya kemampuan untuk membuat turunan atas ide. Jadi selama masa kampanye dan sampai hari ini kita selalu menemukan hal-hal baru. Memang kita akui itu gagasan-gagasan brilian tetapi tidak progresif karena tampaknya tidak mampu dipahami dan diturunkan secara teknis oleh OPD-OPD. Misalnya masalah sampah. Dinas-dinas tidak bikin satu cara baru untuk menyelesaikan masalah sampai. Setelah setahun ini kita harusnya sudah punya grand design menyangkut permasalahan sampah, masalah sampah mau dibawa kemana.”

Hal lain yang disoroti Ferdy adalah program beasiswa yang menurutnya tidak dirancang tidak melalui tahapan manajerial yang baik. Menurut Ferdy, program beasiswa perlu dirancang dalam sistem yang profesional dan transparan, serta sejak awal bisa diakses oleh seluruh masyarakat. Menurutnya Bupati Roma perlu menggunakan media-media penyiaran publik entah milik pemerintah dan swasta, untuk mensosialisasikan program beasiswa tersebut.

“Beasiswa dana adat ini kan hampir tidak beda dengan LPDP atau beasiswa-beasiswa lainnya. Di tahap awal kita harus memastikan rumusannya harus bagaimana. Yang Pa Bupati rencanakan umumnya masih dalam tataran gagasan.  Saya rasa di awal Pa Roby perlu mengundang orang-orang profesional untuk memberikan gambaran dan pelatihan mengenai cara mengelola beasiswa tersebut. Harus jelas, siapa yang akan kelola, mekanisme pendaftaran bagaimana, jurusan-jurusan prioritasnya apa saja. Itu harusnya disiarkan dan diketahui publik.”

Selain itu, Ferdy juga menyoroti visi program beasiswa yang menurutnya tidak dipadukan secara komprehensif dengan arah pembangunan Kabupaten Sikka. Menurut Ferdy, beasiswa pendidikan seharusnya diproyeksikan seturut gagasan pembangunan Kabupaten. Misalnya, jika gagasan pembangunan mencita-citakan transformasi di bidang ekonomi makro, maka profesi dan tenaga ahli yang diprioritaskan harus berkaitan dengan bidang tersebut.

“Harus jelas kita mau bertransformasi ke arah mana. Misalkan kalau mau menjadi pusat perdagangan Flores, jurusan-jurusan yang diprioritaskan adalah orang-orang yang memahami perdagangan, banyak orang yang memahami ekonomi makro. Kalau mau diprioritaskan untuk pertanian fase lanjutan, dua kali panen setahun, pasti yang kita butuh adalah orang-orang yang ahli di bidang pertanian. Di Maumere siapa yang memahami manajemen pertanian? Belum banyak. Kita butuh orang yang mampu buat analisis, tahu teknis. Kita butuh media promosi, mendesain produk-produk dan buat branding untuk produk-produk itu”, ujar sarjana Ilmu Komunikasi itu. (eka/sil) 

TERKINI
BACA JUGA