KPSE KWI Gelontorkan Dana 1,2 Miliar untuk Pemberdayaan Petani Kakao

Maumere, Ekorantt.com – Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengelontorkan dana sebesar Rp 1, 2 miliar untuk pemberdayaan petani kakao paroki Nebe dan Boganatar Keuskupan Maumere. Sumber dana berasal dari APP Nasional diberikan kepada 5 keuskupan di Indonesia, yakni keuskupan Sibolga dan Medan di Sumatera, keuskupan Ketapang dan Pontianak (Kalimantan),keuskupan Maumere di Nusa Tenggara Timur.

Koordinator Program Pengembangan Kakao Komisi PSE  Caritas keuskupan Maumere, Kanis Kasih, didampingi staf  Mateus Manu mengungkapkan hal itu kepada Ekora NTT di kantor Caritas keuskupan Maumere, awal September 2019 lalu.

Dipilihnya Paroki Nebe dan Boganatar demikian Kanis, atas permintaan Uskup Emeritus Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, SVD. Dana ini bertujuan agar Komisi PSE memperhatikan paroki-paroki di wilayah Tana Ai yang masih belum mendapat perhatian serius untuk pengelolaan tanaman perdaganan milik petani.

“Karena dana terbatas maka dipilih dua paroki ini lebih dahulu. Pencairan dana seauai kebutuhan per triwulan. Program ini dimulai dari bulan Januari 2019 dan berakhir pada bulan Desember 2021,” ujar Kanis

Matheus Manu menjelaskan pemberdayaan petani kakao di kedua paroki ini dilaksanakan melalui pelatihan pembibitan, teknik sambung pucuk dan teknik sambung samping. Berkaitan dengan sambung pucuk Mateus mengatakan untuk entris (batang atas kakao yang disambung) diambil di Hokeng dengan dengan melihat kualitasnya

iklan

Ada tiga cara yang dilakukan untuk rehabilitasi tanaman kakao terang Matheus, pertama, dengan menanam tanaman kakao baru yang berasal dari bibit klon unggul. Kedua, dengan sambung samping tanaman kakao lama dengan bagian dari kakao baru dari klon unggul. Tujuannya agar sebelum tanaman yang disambungkan berproduksi, tanaman lama masih bisa berproduksi.

“Teknik sambung samping lebih dipilih petani daripada mengganti tanamannya dengan bibit baru karena mereka menganggap tanaman kakaonya masih dapat menghasilkan buah walaupun jumlahnya sedikit,” kata Matheus. Ketiga, dengan sambung pucuk dimana salah satu tunas tanaman lama dipelihara untuk kemudian disambungkan dengan bagian tanaman baru yang dijadikan batang atas.

Salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas kakao adalah umur tanaman yang sudah cukup tua sehingga kurang produktif lagi. Hasil penelitian lanjut Matheus menyebutkan tanaman kakao produktivitasnya mulai menurun setelah umur 15-20 tahun. Kondisi ini berarti bahwa tanaman kakao yang sudah tua potensi produktivitasnya rendah sehingga dibutuhkan rehabilitasi.

Yuven Fernandez

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA