Mulakoli, Ekorantt.com – Harum tanaman nilam menusuk hidung saat EKORA NTT menginjakkan kaki di sebuah kebun seluas setengah hektar di kaki Gunung Ebulobo di Desa Mulakoli, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo.
Dari kejauhan, tampak senyuman manis sepasang suami istri. Sepasang suami istri itu adalah petani nilam. Sehari-hari, mereka menghabiskan waktu di tempat tersebut untuk membudidayakan tanaman nilam.
Seperti dilaporkan Wikipedia, Nilam (Pogostemon Cablin) adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri. Minyak daun tanaman ini umumnya diekstraksi untuk diolah menjadi parfum, bahan dupa, minyak atsiri, antiserangga dan digunakan pada industri kosmetik.
Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli. Disebut demikian karena minyaknya disuling dari daun. Aroma minyak nilam telah berabad-abad digunakan sebagai wangi-wangian (parfum) dan bahan dupa atau setanggi pada tradisi timur. Harga jual minyak nilam termasuk tinggi apabila dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya.
Tumbuhan nilam berupa semak bisa mencapai satu meter. Tumbuhan ini menyukai suasana teduh, hangat, dan lembap. Mudah layu jika terkena sinar matahari langsung atau kekurangan air. Bunganya menyebarkan bau wangi yang kuat. Bijinya kecil. Budidaya tanaman nilam biasanya dilakukan secara vegetatif.
Petani Nilam Adrianus Meze kepada EKORA NTT, Kamis (17/1/2020) mengatakan, dia dan istri mulai membudidayakan tanaman nilam sejak tahun 2018 di lahan seluas setengah hektar tersebut.
Tanaman aromatik atau dalam bahasa ilmiahnya Pogostemon Cablin tersebut merupakan bahan baku pembuatan berbagai jenis parfum di dalam negeri maupun mancanegara.
Menurut Adrianus, pembudidayaan tanaman nilam punya banyak keuntungan. Keuntungan pertama tentu saja adalah keuntungan financial. Adrianus menjual langsung nilam ke pembeli dengan harga Rp2.500.000,00 per/kilogram.
Tiga bulan lalu, dia sudah menjual sekitar 490 Kilogram. Dia menggunakan penghasilan dari pembudidayaan nilam untuk membiayai hidup sehari-hari dan ongkos anak sekolah.
Selain keuntungan finansial, demikian Adrianus, tanaman nilam juga tidak terlalu sulit dibudidayakan. Pembudidayaan tanaman ini biasanya menggunakan sistem stek.
Dikutip dari disbun.jatimprov.go.id, agar diperoleh stek bibit nilam yang baik, maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
Pertama, tanaman induk harus sehat, bebas dari hama dan penyakit.
Kedua, tanaman induk harus berumur sekitar 6 – 12 bulan dan harus dipilih cabang-cabang yang muda dan sudah berkayu serta mempunyai ruas-ruas pendek.
Ketiga, pisau pemotong harus tajam , bersih dan steril. Waktu pemotongan pada pagi hari dan cara memotong meruncing tepat di bawah atau di atas buku.
Keempat, panjang stek antara 20 – 30 cm dan mempunyai 3 – 4 mata tunas sehingga satu tanaman induk dapat diperoleh sekitar 40 – 60 stek bibit.
Kelima, stek harus segera disemaikan sebelum layu dan mengering.
Keenam, kebutuhan stek untuk bibit sekitar 40.000 – 50.000 stek/ha atau sekitar 1,5 – 2 ton/ha.
Menurut Adrianus, perawatan tanaman nilam juga tidak sulit dilakukan. Petani hanya perlu melakukan penyulaman, penyiraman, penyiangan, dan pemupukan. Penyulaman dilakukan setelah tiga minggu tanam bagi tanaman yang mati, layu, dan kurang segar. Penyiraman penting dilakukan karena tanaman membutuhkan pengairan dan kelembaban tanah yang cukup terutama pada musim kemarau.
Penyiangan, yang dilakukan sebelum pemupukan menjelang umur 1 bulan, 3 bulan, dan 5 bulan, bertujuan untuk membersihkan gulma di sekitar tanaman. Akhirnya, pemupukan penting dilakukan karena tanaman nila membutuhkan unsur hara untuk meningkatkan kesuburan tanah.
“Intinya setelah tanam, kita
rutin melakukan pemupukan dan gembur sehingga batangnya besar,” ujar
Adrianus.
Adrianus mengungkapkan, nilam dapat dipanen pada
bulan keempat atau kelima. Usia panen biasanya ditentukan berdasarkan warna
daun. Kalau daun nilam sudah kemerah-merahan, maka tanaman tersebut sudah bisa
dipanen. Sejak 2018, dia sudah panen tiga kali. Pada tahun 2019, dia alami
kendala panen akibat kemarau panjang.
“Sebagian ada yang mati karena tidak ada air, tetapi tidak menyurutkan semangat saya untuk tanam lagi nilam,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Puge Figo Emanuel Djomba menjelaskan, tanaman nilam digunakan sebagai bahan dasar dalam industri parfum. Nilam juga digunakan untuk aroma terapi, sabun, minyak rambut, dan minyak gosok. Yayasan Puge Figo yang dikelolanya juga menggunakan minyak nilam.
Emanuel mengaku, pihaknya sudah melakukan ekspor minyak nilam ke negara Prancis. Nilam sendiri dikenal sebagai salah satu penyumbang devisa terbesar.
Belmin Radho