BPBD Matim Terkesan Cuek Tangani Bencana Alam

Borong, Ekorantt.com – Sekitar 5 Ha sawah di Bea Kelas, Desa Compang Kantar, Kecamaran Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur, terancam gagal tanam dan gagal panen. Hal itu disebabkan karena saluran irigasi jebol diterjang banjir pada Jumat (8/1/2021). Petani sudah melaporkan bencana itu ke BPBD Matim, namun hingga kini belum ditanggapi.

Menurut salah satu petani, Anselmus Ambu, total ada 14 petani sawah di lokasi itu terancam rugi pada tahun ini.

“Di sini ada yang sudah tanam awal Januari (2021), ada yang sementara mengetam. Jika saluran irigasi ini tidak segera diperbaiki, kami bisa gagal tanam dan gagal panen,” kata Ambu di lokasi persawahan Bea Kelas pada Kamis (21/1).

Banjir yang menyebabkan rusaknya saluran irigasi ke sawah mereka, kata Anselmus, bersumber dari saluran irigasi Wae Dingin yang dikerjakan PT Floresco pada 2018.

Akibat besarnya tekanan air saat hujan, saluran irigasi Wae Dingin itu amblas, sehingga terjadi banjir yang menghantam saluran irigasi persawahan petani di lokasi Bea Kelas yang letaknya lebih rendah.

Selain merusak saluran irigasi, sawah milik Hendrikus Ambar di lokasi itu juga tertimbun batu, pasir dan potongan-potongan kayu yang terbawa banjir.

“Saat banjir itu, padi sudah mau mengetam,” ujar Hendrikus kepada Ekora NTT.

Akibat dari bencana itu, Hendrikus kehilangan 1200 Kg padi. Dari sebelumnya ia biasa memanen 18 karung atau setara dengan 1800 Kg padi, setelah bencana tersebut ia hanya mendapat 600 Kg.

Hendrikus mengaku telah melaporkan bencana itu ke kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Manggarai Timur. Namun, hingga kini, laporan itu belum ditanggapi.

“Untuk datang lihat kondisi sawah kami yang kena bencana ini saja, tidak pak. Padahal saya sudah lapor langsung ke kantor BPBD,” pungkasnya.

Plt Kepala BPBD Manggarai Timur, Mikael Jaur, tidak merespons pertanyaan Ekora NTT terkait kebijakan mitigasi bencana di daerah itu. Pesan WhatsApp telah ia baca, tetapi tidak dibalas.

Lalu, pertanyaan Ekora NTT terkait tindak lanjut BPBD atas laporan bencana banjir yang menghancurkan sawah milik Hendrikus juga tidak ditanggapi.

Tokoh muda Manggarai Timur, Maximilianus Herson Loi mengeritik pemerintah setempat yang terkesan cuek dalam menangani bencana alam.

Menurutnya, jika musim hujan tiba, Matim adalah salah satu daerah di NTT yang rawan terjadi bencana seperti banjir dan tanah longsor. Oleh karena itu, lanjutnya, BPBD sebagai salah satu perangkat daerah yang ditugaskan khusus penanggulangan bencana, harus punya langkah mitigasi dan penanganan pasca bencana.

“Setiap ada laporan dari Masyarakat terkait adanya bencana, BPBD harus proaktif lah. Jangan apatis. Turun ke lokasi, dan kalau ada kerugian yang dialami oleh warga, BPBD harus bisa menjadi jawabannya,” ujar Herson.

Herson mengatakan, “Untuk apa BPBD itu ada, jika tidak bisa mengatasi bencana yang dialami oleh setiap warga di daerah.”

“Pemda jangan hanya fokus penanganan Covid-19, perhatikan juga masyarakat yang terdampak bencana alam,” tutupnya.

Informasi yang dihimpun Ekora NTT, ada beberapa ruas jalan di Matim yang tertimbun longsor, hingga kini belum dibersihkan. Salah satunya yakni di ruas jalan kabupaten, jalur Munda-Mbata, Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba Utara.

Salah satu warga Munda, Vinsensius Joman mengatakan, material longsor di ruas jalan itu tidak bisa dibersihkan oleh warga setempat karena timbunan tanah terlalu tinggi dan lebar.

“Kami tidak bisa bersih itu longsor. Maunya pakai eksavator atau loader,” katanya.

Rosis Adir

spot_img
TERKINI
BACA JUGA