Rumah Sakit Daerah di Jalan Perjuangan

Bernardus T. Beding*

Tidak dapat dimungkiri bahwa seluruh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sering memenuhi lembaran berita di beberapa media massa, baik cetak, elektronik, maupun online. Selain itu, status-status dan komentar-komentar di media sosial pribadi ditujukan kepada RSUD. Berita-berita mengenai pelayanan pasien, cleaning service, sampai manajemen, bahkan direktur.

Sementara perkembangn teknologi dan informasi di bawah payung globalisasi sedang membingkai kehidupan manusia, kita masih berlari di tempat memikirkan bagaimana menghadapi pemeriksaan Bupati dan Wakil Bupati, Banwas, BPKP, bahkan panggilan polisi.

Energi tersita untuk memikirkan berbagai pemberitaan dan komentar-komentar, serta laporan-laporna ‘miring’. Apakah ada kesempatan untuk memikirkan bagaimna membangun rumah sakit ke depan, bukan hanya sekadar menjalankan manajemen rumah sakit saat ini?

Di jalan perjuangan, rumah sakit daerah sedang dihadapkan pada tantangan globalisasi yang menawarkan persaingan global. Manajemen rumah sakit maupun dokter dari luar negeri atau pun rumah sakit dari luar negeri akan masuk ke Indonesia merebut pasar pelayanan rumah sakit.

iklan

Image dokter maupun rumah sakit luar negeri lebih baik masih melekat di sebagian masyarakat Indonesia. Rumah sakit maupun dokter dari Indonesia harus memiliki daya saing yang tinggi untuk memenangkan persaingan ini. Sementara kondisi perumahsakitan di Indonesia masih sangat jauh dari harapan.

Pelaksanaan manajemen rumah sakit daerah masih sangat dirasakan kuatnya peraturan-peraturan pemerintah dalam pengendalian. Masih ada aturan yang beranjak dari segi fisik saja tanpa memperhatikan fungsinya. Sebagai contoh, suatu institusi pemerintah akan dinilai baik bila seluruh pelaksanaan kegiatannya sesuai petunjuk pelaksana. Tapi sebaliknya, bila menyalahi petunjuk pelaksanaan hanya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih berdaya guna akan mendapat teguran.

Keadaan ini mengakibatkan kelemahan dalam mewujudkan efektivitas dan efisiensi serta mempersulit kecepatan pelayanan karena birokrasi. Strategi inovatif akan terhambat oleh sistem manajemen rumah sakit saat ini. Rumah sakit tidak memiliki wewenang cukup untuk mengantisipasi perkembangan dan tuntutan masyarakat.

Masalah dana juga dipandang sebagai hambatan penerapan manajemen rumah sakit daerah. Peraturan pemerintah tentang penerimaan rumah sakit daerah harus disetor ke kas negara membuat rumah sakit pemerintah susah berkembang, meski dana tersebut dikembalikan ke rumah sakit untuk dikelola. Banyak energi dihabiskan untuk mengurus birokrasi dan administrasi turunnya anggaran

Sebagai lembaga jasa, rumah sakit memerlukan mobilitas keuangan yang cepat. Manajemen rumah sakit tidak dapat disamakan dengan manajemen lembaga pemerintah lainnya. Di kantor pemerintah lain, program dapat direncanakan dengan baik dan hal-hal yang mendesak atau kejadian luar biasa tidak banyak.

Sementara masalah dan kebutuhan yang timbul dalam rumah sakit kadang sulit diprediksi serta membutuhkan kecepatan penanganan. Fleksibilitas sangat diperlukan untuk menangani masalah-masalah yang muncul di rumah sakit.

Sistem dan peraturan rumah sakit pemerintah yang kaku membuat manajer sulit untuk mengantisipasi hal-hal yang kelihatan sepele. Seperti, kerusakan saluran air di ruang perawatan akan menyebabkan tidak terpakainya ruangan. Padahal dengan perbaikan yang biayanya tidak besar, ruangan tersebut sudah dapat digunakan kembali dan menghasilkan uang yang lebih banyak dari biaya perbaikan tersebut.

Kemampuan pemerintah mensubsidi rumah sakit pun semakin tidak sebanding dengan kebutuhan operasional. Rumah sakit pemerintah saat ini membutuhkan biaya yang terus meningkat. Alat-alat rumah sakit umumnya masih harus diimpor.

Perkembangan teknologi alat kedokteran juga semakin bertambah sementara kemampuan sumber dana pemerintah sangat terbatas. Sisi lain, rumah sakit daerah umumnya belum belum memberdayakan kemampuan masyarakat dalam pendanaan. Bahkan ada rumah sakit daerah yang mensubsidi ruang perawatan VIP (Very Importan Person).

Lemahnya pelayanan pada rumah sakit daerah adalah cap yang keburu menempel di sebagian besar rumah sakit. Baik pelayanan untuk pasien rawat jalan, rawat inap, pasien gawat darurat, sampai pasien operasi sudah menjadi keluhan masyarakat.

Sistem pelayanan kepada pasien masih berbelit-belit sehingga pasien harus menunggu lama untuk mendapat pelayanan medis. Tidak jarang terdengar keluh kesah soal kebersihan sampai sikap kurang ramah petugas terhadap pasien.

Padahal, globalisasi semakin menuntut para pelaku pelayanan kesehatan untuk selalu menjaga kualitas pelayanan agar mampu bersaing dengan masyarakat global. Soal pelayanan yang berprinsip pada kualitas dan kepuasan pelanggan adalah jalan yang harus ditempuh.

Kondisi seperti yang telah diuraikan di atas mendesak rumah sakit memerlukan dukungan seperti sumber daya manusia. Sarana prasarana dan sistem manajemen yang tepat.

Era persaingan di masa datang sangat memerlukan kesiapan dan kemampuan manajer untuk menggantinya dan meningkatkan daya saingnya. Dukungan yang jelas dan bersifat mendorong dari pemilik rumah sakit, yaitu pemerintah daerah dan dewan sangat membantu rumah sakit berkembang menjadi institusi pelayanan publik yang bermutu tinggi.

Tanpa dukungan semua ini, siapa pun yang menjadi manajer rumah sakit sangatlah sulit.

Rumah sakit perlu dikelola secara business oriented agar mampu bertahan dan berkembang. Business oriented bukan berarti mencari keuntungan, tetapi mengelola secara efisien dan mengutamakan kualitas untuk mencapai tujuan. Untuk itu, semakin disadari pentingnya manajemen rumah sakit yang baik.

Hemat saya, pengelolaan rumah sakit diberi otonom. Dengan keleluasan itu rumah sakit bisa berkembang dan mampu menangkap pasar potensial dan menyediakan pelayanan yang sesuai tuntutan dan harapan masyarakat.

Tentu, pemberian otonom disertai target yang dievaluasi setiap akhir tahun. Tentu, masalah ini telah dipikirkan oleh pemerintah pusat. Salah satu upaya pemerintah dalam memberikan otonom kepada rumah sakit, yaitu dengan memberikan kebijakan rumah sakit untuk menjadi mandiri.

Institusi pelayanan kesehatan di rumh sakit daerah harus segera menyikapi perubahan eksternal yang terjadi begitu cepat. Rumah sakit wajib memikirkan berbagai cara untuk melakukan  perubahan agar mampu beradaptasi dengan perubahan eksternal. Bila tidak, maka rumah sakit daerah akan kebablasan karena perubahan zaman dan kita akan selalu ketinggalan dengan daerah-daerah maju lainnya.

*Penulis adalah pegiat Literasi dan Dosen Prodi PBSI Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA