Maumere, Ekorantt.com – Diana Putri Maria (25) salah satu peserta lomba festival Exotic Tenun Fest yang diselenggarakan Bank Indonesia Perwakilan Provinsi NTT, pada 22 Maret 2021 – 24 Maret 2021 lalu. Lomba ini tentang cara anak muda memperkenalkan tenun ikat dalam bentuk foto atau video tik tok.
Dalam lomba itu, Diana mengenakan pakaian adat Sikka, Utan Labu di rumah tenun Lepo Lorun, Desa Nita, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka.
“Saya lihat di Lepo Lorun Nita ini bagus karena banyak orang datang ke sana untuk belajar tenun atau foto. Jadi ini salah satu foto untuk ikut lomba,” ujar Diana kepada Ekora NTT, Rabu (28/4/2021).
Buah kasih Agustinus Marselinus dan Elisabet Srinamiyati ini, mengatakan bahwa mengenakan busana adat daerah bukan untuk gagahan, tebar pesona, tetapi menunjukkan jati diri perempuan Sikka yang berbudaya dan bermartabat.
Ia menjelaskan lomba tersebut digelar secara online dengan memasukan foto atau video ke Instagram. Sayangnya ia tidak mendapat juara. Meski demikian, guru mata pelajaran Geografi, SMA Katolik Frateran Maumere ini tetap bangga.
“Karna banyak peserta lomba yang memiliki foto dan video yang bagus mampu mencuri hati dewan juri sedangkan dewi fortuna belum memihak saya,” katanya.
Ia menilai kain tenun seperti magic dress (gaun ajaib). Sebab, kain tenun bukanlah lembaran kain yang tidak bermakna, tetapi banyak kisah dan ceritra di balik kain itu.
“Cerita itu barangkali sama dengan ceritra kehidupan dan perjuangan. Mahakarya ini diperjuangkan oleh mama-mama di kampung dalam kesederhanaan. Seluruh proses mereka lakukan dalam kesederhanaan dan persahabatan yang karib dengan alam sekitarnya terutama motif dan pewarna alaminya,” ujar Diana.
Bagi Diana, ketika tubuhnya dibaluti dengan Utan Labu dengan motif Naga Lalan, ia merasa elegan dan istimewa.
“Ini adalah pusaka warisan leluhur. Mengenakan busana adat Sikka hasil polesan tangan- tangan terampil dari mama – mama di kampung ini yang sungguh luar biasa,” ujar Diana.
Diana berpesan kaum milenial Sikka tidak mengenakan busana adat untuk gagah-gagahan tetapi menjadikannya sebagai jati diri perempuan.
“Dengan mengenakan busana adat ini pula secara tidak langsung membantu perekonomian di Nian Sikka untuk kembali bergairah,” pungkasnya.
Yuven Fernandez