Jalan Pengabdian Bunda Ester

Kupang, Ekorantt.com – Ester Esih Murwani, perempuan asal Kabupaten Tabanan-Bali tak pernah menyangka akan mengabdikan diri di Pulau Timor, Provinsi NTT. Kini, ia rela menghabiskan waktu untuk mengurus ratusan anak tidak mampu dengan mendirikan panti dan sekolah.

Perempuan kelahiran Blitar 1967 ini adalah seorang pengusaha dan pembisnis sukses yang bergerak di bidang industri rumah tangga. Usaha bersama suaminya, I Gusti Putu Swastika mampu meraup omzet ratusan juta rupiah.

Bunda Ester dan Putu dianugerahi tiga anak. Mereka hidup serba berkecukupan. Namun, kebahagiaan keluarga diselingi kisah pahit di mana tahun 2007, Bunda Ester menderita penyakit lever dan batu empedu. Keadaanya pun kritis, kala itu.

Perjuangan medis sudah pada titik akhir. Seluruh keluarga dekat dan teman-temannya sudah pasrah. Namun, Bunda Ester menyerahkan seluruh pergumulan hidupnya dalam doa.

Hingga suatu waktu, semangat doanya semakin kuat ketika ia bertemu dengan seorang Aci (panggilan ibu-ibu keturunan Tionghoa) asal Surabaya yang menceritakan kesaksian kesembuhannya dari penyakit kanker stadium 4 yang dideritanya. Lantas, mukjizat kesembuhan datang kepadanya.

“Saya rutin ke Gereja Blessing di Bali untuk mendengar Firman Tuhan. Saya pulang dan meminta kepada Tuhan untuk memberikan saya mukjizat kesembuhan bagi saya. Dalam doa, saya berjanji pada Tuhan jika saya sembuh, saya akan memberikan hidup saya seluruhnya kepada orang-orang yang hidupnya susah dan tidak mampu. Dan, akhirnya saya pulih tanpa operasi. Itulah mukjizat yang Tuhan berikan kepada saya,” kisah Ester.

Mukjizat ini memicu semangatnya untuk terus melakukan kebaikan. Hingga, suatu waktu ia membantu seorang warga asal TTS (Soe). Hal ini membawa Bunda Ester ke Pulau Timor.

Di Soe, Ester bertemu dengan penatua, Ibu Fallo (alm) dan mengunjungi anak-anak di Manalepau yang hidupnya sangat memprihatinkan. Ia terpanggil lalu menolong mereka.

Batal ke Israel

Pasca-kesembuhannya, Bunda Ester sempat dihadiahi tiket ke Israel oleh sang suami. Namun, karena terenyuh dengan kesusahan yang dialami anak-anak di Soe, ia memutuskan untuk tidak berlibur ke Israel. Biaya tiket tersebut dipakai untuk membantu warga di Soe.

“Jadi biaya awal saya membantu anak-anak di Soe adalah dengan menggunakan uang tiket saya ke Israel. Saya minta izin di suami agar bisa menggunakan uang tiket untuk membantu anak-anak di sana dan suami saya mengizinkannya. Ada sekitar 30 anak yang saya bantu di Soe,” tutur Ester.

Tahun 2009, Bunda Ester memutuskan pindah ke Kupang dan mendirikan Panti Asuhan Puri Bunda di Kelurahan Manulai II. Anak-anak asuh Panti Asuhan Puri Bunda kini berjumlah 73 orang. Terdiri dari 21 anak yang ada di panti asuhan dan 52 orang di luar panti asuhan.

“Alumni Panti Asuhan Puri Bunda sudah 31 anak. Mereka lulus SMA dan SMK sederajat. Mereka sudah bekerja di sejumlah tempat. Ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi saya, melihat mereka sudah bisa mandiri,” ungkap Bunda Ester.

Bunda Ester berharap anak-anak binaannya itu bisa melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Selanjutnya, mereka bisa merengkuh hidup bahagia.

Hak Pendidikan

Selama di Kupang, Bunda Ester terlibat aktif dalam kegiatan sosial kemanusiaan dengan berkeliling ke desa-desa pelosok di Kupang. Pada tahun 2016, ia berkunjung ke Desa Camplong II. Melihat kehidupan anak-anak di Camplong yang susah dan tak sekolah, Bunda Ester kemudian berinisiatif membuka sekolah di wilayah itu.

“Awal saya datang ke sini hati saya berkata kenapa anak-anak di sini hidupnya susah sekali. Di sini dulu tidak ada sekolah. Mereka lebih memilih tidak sekolah karena sekolah jauh dan akses transportasi ke daerah mereka sangat buruk,” tutur Bunda Ester.

Untuk membangun sekolah, Bunda Ester rela menjual dua bidang tanah miliknya yang berada di Kota Kupang. Ia lalu membangun gedung sekolah.

“Jumlah siswa sekarang sebanyak 37 murid diajar lima orang guru. Mereka sekolah gratis termasuk buku dan peralatan tulis diberi gratis. Sekarang sudah ada yayasan yang bekerja sama dengan pemerintah Australia juga turut memberikan bantuan untuk sekolah ini,” kata Ester.

Usaha Bunda Ester bukan tanpa tantangan. Ia dihadang hambatan, mulai dari ancaman penutupan sekolah, ancaman pembakaran gedung sekolah, hingga diskriminasi siswanya tidak dapat menerima bantuan dana BOS. Namun semuanya ini ia serahkan dalam doa.

“Saya sangat bahagia jika melihat anak-anak mendapatkan hak-haknya dengan baik, bersekolah, bermain, mewujudkan cita-citanya dan terpenting bisa mengandalkan Tuhan Yesus dalam kehidupannya. Bagi saya, setiap anak Indonesia baik di kota maupun di desa memperbaiki hak untuk hidup layak dan memperoleh pendidikan yang sama. Tak boleh ada diskriminasi,” ujarnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA