Larantuka, Ekorantt.com – J.B Banawiratma dan J.Muller dalam Berteologi Sosial Lintas Ilmu (1993; 25) mengatakan teologi harus mempunyai ciri sosial atau kontekstual agar dapat dimengerti secara lebih jelas karena hal itulah lebih berfungsi bagi Gereja. Hal itu, mengingat teologi selalu bersentuhan dengan masyarakat.
Gereja Keuskupan Larantuka (GKL) pun tidak tinggal diam menyikapi kehidupan sosial masyarakat. GKL peduli dan merangkul yang lemah.
Melalui Caritas Keuskupan Larantuka, gereja tergerak untuk membantu Lusia Letek Sukun, wanita tuna netra dan Dominikus Dote Ruron berusia 117 tahun asal Welo, Desa Painapang, Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur pada Minggu, (3/10/2021).
Aksi solidaritas kemanusiaan ini tersalur setelah pihak Caritas Keuskupan Larantuka membaca berita terkait kisah hidup mama Letek Sukun dan Bapak Dote Ruron yang diturunkan media Ekora NTT beberapa pekan lalu.
Setelah mencari tahu lebih jauh kehidupan keduanya, Romo Moses Watan Boro bersama tim Caritas dan media Ekora NTT bertandang ke rumahnya mama Letek Sukun dan Bapak Domi Ruron. Kehadiran siang itu disambut hangat keduanya.
Perwakilan keluarga Wilhelmina Sabu Koten pun terlihat gembira atas kehadiran pastor muda Keuskupan Larantuka itu.
“Mama, bapa, apa kabar? Ini ada sedikit pakaian untuk kalian berdua. Tidak banyak tapi semoga membantu,” ujar Romo Moses saat bincang santai di rumah.
Romo Moses tampak humanis. Situasi panas siang bolong itu pun tampak cair seketika saat canda tawa melesat keluar dari bibir pastor muda itu.
Tampak dalam ruangan rumah itu, ada periuk nasi yang sebagainya sudah hitam tergantung di ruangan tengah. Sementara sebuah ember air minum terletak di atas meja.
“Bapak masih ingat peristiwa perang jaman Belanda itu ya,” tanya Romo Moses.
“Ada bom di sebelah situ, di sana,” tukas Domi Ruron sambil menunjuk beberapa tempat jatuhnya bom yang sempat terekam di memorinya. Maklum umurnya sudah 117 tahun. Ya, bisa jadi ada banyak pengalaman yang ia peroleh waktu itu.
Ada pun bantuan yang diberikan berupa pakaian tiga karung, selimut, dan makanan.
Wilhelmina Sabu Koten, orang yang selalu sabar merawat keduanya pun mengucapkan terima kasih kepada Caritas Keuskupan Larantuka sudah berkenan datang dan membantu.
“Saya mengucapkan syukur dan terima kasih banyak kepada romo dan bapak mereka sudah hadir membantu kami,” ujar Wilhelmina.
Romo Moses Watan Boro mengatakan spirit Caritas itu Bela Rasa; Bela Rasa dengan mereka yang menderita, yang susah, yang berkekurangan. Kegiatan berdonasi yang caritas lalukan hari ini sebagai bagian dari memaknai spirit itu.
“Di sini Caritas hadir mencontohi teladan Yesus Kristus yang telah lebih dahulu berbela rasa dengan mereka yang menderita,” paparnya.
Pastor Moses Watan Boro berharap semoga karya cinta kasih yang Caritas lakukan ini mendorong semua untuk mau berbagi kasih dengan sesama yang lain.
“Masih banyak orang yang susah dan menderita di sekitar kita yang membutuhkan bantuan dari kita. Bukan soal berapa banyak yang kita berikan tetapi ketulusan hati kita untuk berbagi,” tandasnya.
Yurgo Purab