Tuba Ile, Ritus Memberi Makan Gunung Lewotobi di Flores Timur

Larantuka, Ekorantt.com – Dalam masyarakat adat di Desa Nawokote, hubungan alam dengan Tuhan selalu dijaga supaya tetap harmonis. Atas dasar itu, masyarakat adat satu desa dengan tiga kampung (Duang, Bawalatang, Kumaebang) itu biasa mengadakan upacara Tuba Ile setiap tahunnya.

Upacara Tuba Ile ini bertujuan untuk memberi makan Gunung Lewotobi. Ritus ini biasa dilakukan oleh para tokoh adat dari Desa Nawokote dan rupanya telah dilaksanakan dari generasi ke generasi ini.

Upacara terakhir dilaksanakan tahun 2021, pada Sabtu (10/4/21) dan digelar menurut adat istiadat yang biasa dilakukan di Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur.

Sebagai informasi, Tuba Ile bertujuan untuk memberi makan kepada ile (Gunung Lewotobi). Adapun sebelumnya, Tuan Raja Tanah, Bapak Dominikus Desa Tobi bermimpi. Dominikus dalam tiga malam berturut-turut mendapat sebuah penglihatan di mana Nenek Moyang dari gunung datang menemuinya.

Mereka datang dan memberikan pesan hingga mengetuk hati Tuan Raja Tanah sehingga beliau memutuskan untuk melakukan upacara adat Tuba Ile pada April 2022.

Sementara itu, untuk memberi makan Gunung Lewotobi pada tahun ini, Dominikus masih memikirkan waktu yang tepat. Namun, biasanya, sebelum menjalankan ritus itu, Dominikus akan mengutus beberapa orang untuk bertemu dengan pengurus Lembaga Adat Desa Nawokote, Mikhael Dare Wolor, Yosep Tehan Puka, Yohanes Efristo Wolor.

Pihak Tuan Raja Tanah Suku Tobi biasanya akan berkumpul merancang upacara adat tersebut secara bersama-sama di mana mereka menghadirkan Tuan Tanah Suku Puka, Bapak Silvester Suli Puka yang kemudian memandatkan kepada anak kandungnya Yosep Wansi Puka dan dibantu oleh saudara-saudara dalam satu suku untuk melakukan ritus Tuba Ile ini.

Ketika dihubungi Ekora NTT Selasa (1/3/2022), Marianus Rofinus Welu Puka menuturkan bahwa Tuba Ile tahun ini belum direncanakan, tetapi pasti akan dilakukan sambil melihat kesempatan yang tepat.

“Biasanya Tuan Raja Tanah Suku Tobi yang mengajak, sementara yang berhak adalah tuan tanah (Tanah Alake/Pa’u Alake) dari keturunan suku Puka Sulimeheng (Puka Ata Kaka) yang memiliki hak penuh atau Puka Nimun dalam melakukan Ritual Tuba Ile ini,” kata Marianus.

Lebih jauh, Marianus menambahkan bahwa saudara-saudara dari suku Puka Sulimeheng adalah Sariholo, Gutirepang, Toralawe. Suku Puka ini dalam satu kesatuan saling membantu proses ini.

“Tak lupa Ina Ama Opu Pai dari suku Puka yakni suku Tobi (Mame/Ina Ama), Opu Bine Lite Dore (Suku Kwuta dan Tapun) dan tidak lupa Suku Wolor sebagai saudara sejak dari permulaan ada bersama (Bubu Beko Hama-hama),” jelas Marianus.

Sementara itu, Tobias Puka mengatakan bahwa ada syair yang mempersatukan semua suku di Desa Nawokote adalah “Puka Lama Bura dua Lama Mengi. Puka Sulimeheng Sariholo Guti Repe Tora Lawe. Puka Ile Ale Gole Mare Watan Papa Rua”.

Tobias Lewotobi Puka menambahkan, Tuba Ile artinya beri makan gunung sekaligus minta restu pada Wujud Tertinggi, Lera Wulan Tana Ekan dalam kepercayaan Suku Lamaholot.

“Maksud ritus Tuba Ile itu beri makan kepada Ile Woka, dalam hal ini (Ile Lewotobi) sekaligus sujud untuk meminta restu, perlindungan dari Sang Pencipta yang dipandang oleh masyarakat setempat bersinggasana di Ile Lewotobi,” tuturnya.

“Hingga masuk bulan ketiga ini, belum ada rencana untuk melakukan ritus Tuba Ile, tapi sebagai satu kewajiban kita sebagai masyarakat adat, pasti tahun ini akan dilaksanakan,” ungkap Tobias yang biasa disapa Jek Puka.

Jek Puka menambahkan bahwa tahun 2021 lalu juga ada kejadian banjir dan longsor di beberapa titik di Desa Nawokote, jadi saat ini alam memang sudah tidak bersahabat lagi dengan manusia.

Untuk diketahui, tempat pelaksanaan Ritus Tuba Ile berjarak satu jam perjalanan dari kampung Bawalatang melewati pendakian yang panjang untuk sampai di bawah kaki Gunung Lewotobi.

Eto Kwuta

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA