Sosok Firmus Mega, Difabel Pekerja Keras Kini Hanya Terbaring Sakit

Mbay, Ekorantt.com – Firmus Matheus Mega, penyandang disabilitas asal Desa Raja Timur, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, NTT divonis menderita tumor hidung bagian dalam.

Ia kini hanya terbaring di kediaman orangtuanya di RT 011, Desa Raja.

Firmus dikenal dengan sosok pekerja keras meskipun memiliki keterbatasan. Sejak kecil ia berjalan merangkak akibat kelainan genetik pada kedua kaki.

Meski keterbatasan fisik, pria berusia 45 tahun itu tetap berjuang mencari nafkah demi keluarganya. Ia memiliki seorang istri dan dua anak. Satu diantaranya telah meninggal dunia.

Marselina Wonga (istri Firmus) dan Maria Theresi Dhema (ibunya) terus meneteskan air mata melihat kondisi Firmus saat ini.

Firmus hanya terbaring di tempat tidur selama kurang lebih enam bulan. Tubuhnya yang dulu kekar dan kuat, kini nampak kurus.

“Sudah tidak makan dua hari ini. Air tidak bisa minum, kami sedih pak,” kata Marselina lantas mengusap usap tangan kiri Firmus, lalu menangis.

Marselina hanya berpasrah karena upaya untuk menyembuhkan sang suaminya sudah dilakukan.

Ia bercerita, sejak awal Firmus jatuh sakit, ia dan keluarga membawa suaminya ke RS Aeramo di Mbay. Dari sana, Firmus dirujuk ke RSUD Bajawa kemudian ke Maumere.

“Dokter bilang sakit tumor bagian hidung. Lalu benjolan semacam ada cairan di bagian telinga bawah dan leher,” kata Marselina.

Firmus sedang mengontrol tanaman cabai dengan sistem irigasi tetes saat dia sedang sehat (Foto : Ian Bala/Ekora NTT)

Oleh dokter, ia melanjutkan, Firmus harus dirujuk ke Makassar atau Bali untuk mendapatkan tindakan medis. Namun, karena ketiadaan biaya, keluarganya hanya berpasrah.

“Kami sudah tidak punya uang lagi. Semua usaha kami bangkrut,” kata Marselina.

Pekerja Keras

Nama Firmus atau biasa disapa Mus tidak asing buat para pengusaha di wilayah Nagekeo, Ngada maupun Ende.

Meski keterbatasan fisik dan harus berjalan merangkak, naluri Mus untuk berbisnis melebihi manusia normal.

Ia pernah berusaha ternak babi dan berkembang lebih dari 100 ekor. Namun usaha itu gulung tikar diserang virus ASF.

Pria kelahiran 1977 itu tidak putus asa. Ia kembali bangkit berusaha tanaman cabai di wilayah Funga melalui dana pinjaman KUR.

Usahanya cabai baru berjalan satu musim, Mus akhirnya jatuh sakit sejak Desember 2021. Hasil usahanya itu digunakan biaya pengobatan namun hingga kini belum sembuh.

Keluarga kini berpasrah dengan harapan agar mendapatkan bantuan untuk membiayai pengobatan Mus.

(Bagi pembaca yang ingin membantu meringangkan beban biaya bisa menyalurkan melalui rekening BRI 4619-01-034399-53-7 atas nama Marselina Wonga. Notifikasi pengiriman atau bukti transfer bisa dikirim ke nomor WhatsApp 081238484522 atau 082330021089)

spot_img
TERKINI
BACA JUGA