Mengenal Tati Nahing, Kelompok Tenun Ikat Asal Desa Lepolima, Sikka

Maumere, Ekorantt.com – Kediaman milik Magdalena Kartini (47) di Desa Lepolima, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, menjadi pusat kegiatan kelompok tenun ikat Tati Nahing. Jarak tempuh ke situ sekitar 10 menit dari pusat kota Maumere.

Kelompok tenun ikat Tati Nahing berdiri pada 12 April 2014. Anggotanya berjumlah 18 orang, yang didominasi oleh ibu-ibu. Dan Magdalena menjadi ketua dalam kelompok tenun ikat itu.

Magdalena menuturkan, kelompok Tati Nahing lahir karena kecintaan pada warisan tenun ikat. Baginya, tradisi menenun harus dirawat sampai kapan pun.

“Pekerjaan menenun adalah pekerjaan utama kami. Pekerjaan ini juga membantu perekonomian keluarga,” kata Magdalena saat ditemui di kediamannya pada Selasa, 30 Agustus 2022.

Tati Nahing, jelas Magdalena, berarti perjuangan untuk hidup yang dikerjakan secara bersama atau kelompok dengan penuh kesabaran.

Setiap anggota kelompok memiliki peran masing-masing, kata Magdalena.

“Di bagian pewarna tiga orang, ikat benang tujuh orang, tenun empat orang, goan (rentang benang) dua orang, dan wolot (gulung kapas) dua orang,” jelasnya.

“Kami bekerja saling bahu-membahu, menolong antara satu dengan yang lainnya,” sambung Magdalena.

Tidak semua anggota bisa menenun. Ada yang bisa ikat benang tapi tidak bisa menggulung kapas. Karena itu, bagi para anggota, kelompok tenun ikat Tati Nahing, bukan saja tempat untuk bekerja, tetapi juga tempat untuk belajar.

Dalam proses menenun, kelompok tenun Tati Nahing tetap setia menggunakan pewarna alami untuk menjaga keaslian tenun ikat.

“Tidak hanya memakainya saja, kami juga menanamnya kembali tanam-tanaman pewarna alami seperti, mengkudu, nila dan kapas,” tutur Magdalena.

Kelompok Tati Nahing juga bekerja sama dengan kelompok tenun di Ende untuk pengadaan pewarna alami. Mengingat daun loba sangat dibutuhkan tapi jarang ditemui di Maumere, maka harus didatangkan dari Ende.

“Apabila stok daun lobanya habis, maka kami langsung hubungi kelompok tenun Ende dan minta mereka kirimkan bahannya tersebut yang sudah dipesan,” tuturnya.

Khusus untuk pemasaran, produk kain tenun ikat yang dihasilkan Tati Nahing menjangkau ke pasar domestik maupun luar negeri.

“Untuk pemasaran kami biasa jual lewat media online. Kami terima pesanan orang dari luar Maumere, ada yang dari Swiss, Jakarta dan Belgia dan sudah berjalan selama tiga tahun ini,” ujar Ekhy Pratama, seorang pemuda yang bergabung dalam kelompok Tati Nahing.

Para pelanggan memilih warna dan desainnya sendiri. Para anggota kelompok tinggal menenun sesuai dengan permintaan pelanggan.

“Kami menenun sesuai permintaan,” katanya.

Magdalena bilang, pengerjaan satu lembar kain tenun bisa memakan waktu 1-3 bulan, mengingat proses kerjanya cukup rumit, ditambah pesanan yang banyak.

Kebanyakan permintaan dari luar dirancang untuk menjadi baju, rok, dan desain pakaian lainnya dengan menggunakan motif naga lalang, motif ai roun, dan motif wenda kapawuan. Ketiga motif tenun tersebut sering dipesan karena motifnya mudah dan sederhana.

“Dari Swiss lebih banyak orderan tenun ikat motif ai roun, karena menurut mereka motifnya bagus dan bentuk motifnya unik.”

Dibilang unik karena motif ai roun menggambarkan lingkungan hidup flora dan fauna yang berarti sumber kehidupan. Sedangkan motif naga lalang berarti tapak naga (jejak kaki naga) yang melambangkan keberuntungan.

“Motif ai roun dan wenda kapawuan itu, alam (tumbuh-tumbuhan), karena namanya budaya pasti kita harus menyatu dengan alam. Setiap motif mempunyai pasangannya masing-masing, seperti mawarani itu ada dala kobar dan dala mawarani yang berarti keutuhan rumah tangga, begitu pun dengan motif tenun lainnya,” kata Magdalena.

Harga satu lembar kain tenun ikat berkisar Rp200 ribu hingga Rp2,5 juta. Hal itu sangat bergantung kerumitan motif yang dikerjakan.

Untuk diketahui, kelompok tenun Tati Nahing telah menjadi kelompok binaan Desa Lepolima sejak tahun 2018. Sebagai kelompok binaan, Tati Nahing mendapatkan bantuan berupa alat-alat produksi.

Magdalena berharap semakin banyak anak muda yang mau bergabung mencintai tenun Maumere. Bahkan, bisa belajar menenun untuk tradisi nenek moyang ini ke depan.

Nofia Rosmalinda Ona

spot_img
TERKINI
BACA JUGA