Komitmen Jurnalis Warga Pena Inklusi Perjuangkan Kepentingan Kelompok Rentan

Maumere, Ekorantt.com – Pena Inklusi (Pensil) bekerja sama dengan Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) mengadakan pelatihan bagi jurnalis warga demi mewujudkan Pemilu yang inklusif pada tahun 2024 mendatang.

Pelatihan jurnalis warga ini melewati beberapa tahap. Pertama, tahap orientasi awal, di mana para peserta saling berkenalan dan memahami apa itu jurnalis warga.

Selanjutnya, para peserta mengikuti pelatihan jurnalistik yang dibawakan oleh jurnalis Flores Pos dan Ekora NTT, Wall Abulat dan Ijas Sagur. Para peserta mendapat kesempatan untuk belajar dasar-dasar jurnalistik dan bagaimana cara menulis feature.

Tahap berikutnya, para peserta pelatihan mendapatkan pendampingan langsung (mentoring) dalam melahirkan karya-karya jurnalistik yang bermutu.

Pada mentoring terakhir di Aula Rindu Homestay Lokaria, Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Sabtu, 21 Januari 2023, Walburgus Abulat selaku narasumber menggarisbawahi pentingnya mengembangkan budaya menulis lewat beragam peristiwa yang dihadapi oleh para jurnalis warga dalam kehidupan setiap hari.

iklan

Menurutnya, peristiwa sekecil apa pun dapat menjadi sebuah karya jurnalistik yang menarik, apabila dielaborasi dengan fantasi yang kreatif.

“Salah satu aspek penting dalam penulisan feature adalah kemampuan untuk mengembangkan daya fantasi serta imajinasi lewat peristiwa yang dilihat setiap hari,” terang Wal Abulat, sapaan akrabnya.

Untuk pesta demokrasi yang akan terjadi pada tahun 2024 mendatang, Wall Abulat meminta jurnalis warga untuk terus peka pada semangat inklusivitas, terlebih memperjuangkan kepentingan para kelompok rentan seperti kelompok ragam gender, penyandang disabilitas, perempuan, dan pemilih pemula.

“Saya mengajak rekan-rekan jurnalis warga untuk terus menyuarakan semangat inklusif lewat publikasi karya jurnalistik. Salah satu cara untuk mewujudkan pemilu yang inklusif ialah dengan terus mengampanyekan isu inklusi sosial. Untuk itu jurnalis warga harus lebih responsif terhadap situasi ini,” tandasnya.

Mistika Bemu, salah satu anggota jurnalis warga, menuturkan hal senada terkait fenomena pesta demokrasi yang akan digelar nanti. Menurutnya, salah satu kelompok rentan yang sering terdampak noda politik demokrasi adalah perempuan.

Elen Bemu menerangkan bahwa dalam pemilu, isu perempuan kerap dipolitisasi oleh para elit politik untuk mendulang suara. Sayangnya, setelah aktor politik tersebut terpilih, perjuangan untuk mewujudkan kepentingan gender tidak dilakukan.

Untuk itu, Elen Bemu menghimbau masyarakat agar lebih cerdas dalam memilih pemimpin.

“Isu perempuan menjadi strategi empuk bagi para politisi untuk menggolkan kepentingan mereka. Sebagai perempuan dan juga rakyat, kita perlu waspada dan cerdas dalam memilih pemimpin yang ideal,” jelasnya.

Para jurnalis warga yang lain pun berkomitmen untuk terus mengawal pesta demokrasi yang akan digelar pada tahun 2024 mendatang. Komitmen tersebut dilakukan dengan cara mengedukasi masyarakat lewat publikasi jurnalistik yang inklusif.

Sedari awal, Pena Inklusi mendorong para jurnalis warga untuk mewujudkan pemilihan umum (Pemilu) yang inklusif. Tulisan jurnalis diyakini mampu memengaruhi penyelenggara pemilu untuk melahirkan pemilihan umum yang melibatkan semua warga negara, tanpa kecuali.

“Melalui karya jurnalistik, informasi disebarluaskan kepada masyarakat. Peran jurnalis warga sangat penting di sini. Dan cara ini juga sangat efektif,” kata Koordinator Pena Inklusi, Yulius Regang.

Yulius mengakui, tulisan jurnalistik lebih efektif karena mampu mempengaruhi publik dengan cepat.

“Orang-orang sekarang bisa akses informasi melalui HP android secara tepat, tidak menunggu lama,” kata Yulius.

Pelatihan jurnalistik warga ini, kata Yulius, melibatkan peserta dari komunitas-komunitas rentan seperti penyandang disabilitas, transpuan, dan orang muda.

“Kenapa kita memilih mereka, yang pertama, ini bentuk pemberdayaan untuk mereka. Kedua, yang memahami masalah kelompok rentan adalah mereka sendiri. Hanya mereka yang bisa menulis secara baik dari sisi mereka sendiri,” beber Yulius.

Yulius berharap tulisan-tulisan para jurnalis warga mampu menciptakan ruang demokrasi yang sehat, dengan benar-benar melibatkan semua warga negara.

Kornel Wuli (Anggota Jurnalis Warga Pena Inklusi)

TERKINI
BACA JUGA