Ritual Pasola Garo Didorong Tingkatkan Pariwisata Lokal

Tambolaka, Ekorantt.com – Bupati Sumba Barat Yohanis Dade mendorong ritual Pasola Garo agar mampu meningkatkan pariwisata lokal.

Menurut dia, ritual Pasola Garo tidak hanya mempertahankan nilai-nilai budaya, tetapi juga mampu meningkatkan pariwisata lokal Sumba Barat.

“Kita menginginkan agar Pasola Garo tetap menjadi perwujudan dari kearifan lokal yang telah diwariskan oleh leluhur kita,” kata Bupati Yohanis saat menghadiri pelaksanaan ritual Pasola Garo di Desa Wetana, Kecamatan Laboya Barat, Kabupaten Sumba Barat pada Selasa, 5 Maret 2024.

Ia pun meminta para Rato atau pemimpin adat agar terus menjaga keaslian dan integritas budaya dalam pelaksanaan Pasola.

iklan

Bupati Yohanis mengaku bangga dengan keberadaan Pasola Garo yang ia sebut sebagai aset budaya dan pariwisata yang penting bagi Sumba Barat.

Sebagai wujud kepedulian terhadap pelestarian budaya tersebut, ia berjanji untuk memberikan dukungan berupa bantuan 14 ekor kuda Pasola, aksesoris untuk para Rato, serta pembangunan tribun lapangan Pasola untuk meningkatkan kenyamanan penonton pada acara Pasola tahun depan.

“Makanya perlu menjaga dengan baik semua fasilitas yang disediakan oleh pemerintah daerah,” katanya.

Diketahui, ritual Pasola Garo di Desa Wetana berlangsung dengan aman dan damai atas arahan dari Bupati Yohanis dan pemangku kepentingan lokal.

Acara itu pun diakhiri dengan saling memberikan ketupat sebagai tanda perdamaian.

Seputar Pasola

Pasola berasal dari kata Sola atau Hola yang berarti kayu lembing. Pasola merupakan tradisi perang adat, di mana dua kelompok penunggang kuda saling berhadapan, kejar-mengejar seraya melempar lembing kayu ke arah lawan.

Biasanya, Pasola diselenggarakan sekali dalam setahun yaitu pada permulaan musim tanam, tepatnya di bulan Februari dan Maret.

Tanggal pasti perayaan Pasola ditentukan oleh para Rato berdasarkan perhitungan bulan gelap dan bulan terang serta dengan melihat tanda-tanda alam.

Satu bulan sebelum Pasola, seluruh warga harus mematuhi sejumlah pantangan antara lain tidak boleh mengadakan pesta, membangun rumah dan lain sebagainya.

Upacara Pasola terkait dengan persiapan pengerjaan lahan serta adanya anggapan tentang percikan darah yang mempunyai kekuatan magis menyuburkan dan menghidupkan.

Anggapan tersebut, ada hubungannya dengan konsep kehidupan janin dalam kandungan yang mendapatkan daya hidup dari darah ibu yang dialirkan melalui tali pusat.

Diyakini, darah atau sesuatu yang menyerupai darah dianggap mempunyai kekuatan sakti menyuburkan dan menghidupkan.

TERKINI
BACA JUGA