Waingapu, Ekorantt.com – Sebanyak 108 anak muda dari 11 kabupaten dan satu kota di NTT mengampanyekan isu perubahan iklim dan ketahanan pangan di Pantai Londa Lima-Kuta, Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur.
Kegiatan digelar selama satu pekan sejak Rabu-Senin, 1-6 Mei 2024 ini dikemas melalui Jambore Gotong Royong untuk Flobamoratas (GRUF) 2024.
Ketua Panitia Jambore GRUF Gilbert Sandy mengatakan peserta yang ikut adalah mereka yang telah lolos seleksi.
“Ini merupakan kali keempat Jambore GRUF dilaksanakan,” ujar Sandy.
Jambore dimaksud untuk mendorong kaum muda dalam penguatan jejaring komunitas di NTT. Selain itu, melakukan kampanye dan edukasi publik lewat pentas seni dan merancang aksi kolaboratif antarkomunitas.
“Semuanya terbungkus dalam upaya membawa pesan positif dan kreatif kepada publik tentang perlindungan bumi sebagai aksi iklim nyata, serta mengenal pangan dan budaya lokal sebagai bentuk ketahanan pangan dan merespons perubahan iklim,” jelas Sandy.
Sementara, Melan Wungubelen, seorang panitia kegiatan menuturkan terdapat sebanyak 300 peserta yang mendaftar dan yang lolos untuk mengikuti kegiatan ini sebanyak 108 orang.
Ia menerangkan bahwa kegiatan GRUF kali ini dikemas dalam beberapa acara yang sedikit berbeda dari sebelumnya.
Acara yang disebut Melan antara lain, kemah ramah lingkungan sebagai ruang belajar interaktif untuk mendalami isu perubahan iklim dan merancang aksi bersama.
“Selanjutnya ada sharing atau bertukar pikiran, berbagi pengalaman, inspirasi karya, memperluas jejaring hingga mengenal budaya dan pangan lokal untuk ketahanan pangan,” kata Melan.
Nia Oi, salah satu anggota panitia lokal dari Sumba ikut bangga ketika Jambore GRUF diselenggarakan di Sumba.
Menurutnya, kegiatan itu tentu saja dapat memberikan banyak energi positif terhadap komunitas-komunitas yang ada di Sumba dan seluruh masyarakat Sumba pada umumnya.
“Kami dapat menampilkan budaya dan pangan lokal kami dari berbagai komunitas. Kami juga tentunya dapat mengenal budaya dan pangan lokal dari berbagai daerah untuk dapat menemukan ide-ide baru dalam memperkuat dan mengembangkan komunitas kami,” kata Nia.
Hal serupa disampaikan Yovita Meno (31), peserta jambore yang dari Koalisi Kopi Ende mengaku senang karena lolos mengikuti kegiatan Jambore GRUF.
“Saya sangat senang karena bisa mengenal banyak teman dari berbagai daerah dengan latar belakang budaya dan pangan lokal yang sangat beragam. Kami bisa saling berbagi informasi dan dapat berkolaborasi,” tutur dia.
Dari kegiatan itu, Yovita baru mengetahui kampanye perubahan iklim dapat disampaikan melalui seni, khususnya seni visual art dengan metode transfer printing menggunakan dedaunan dari alam yang dikenal dengan istilah eco print.
Jurnalis Warga: Maria Mone Soge, Local Champion Pangan Baik