Mahasiswa Unika St. Paulus Ruteng Pentaskan Teater Randang Mose

Pastor Ino mengatakan, Unika Santu Paulus Ruteng adalah pohon dan sungai kehidupan yang telah berziarah sejak tahun 1959, dari hulu menuju hilir.

Ruteng, Ekorantt.com – Sejumlah mahasiswa Unika Santu Paulus Ruteng mementaskan Teater ‘Randang Mose’ di lapangan sepak bola kampus tersebut pada Sabtu, 18 Mei 2024. Pementasan teater dilakukan dalam rangka dies natalis ke-65 Unika St. Paulus Ruteng.

Koordinator Pelaksana Lomba Bidang Budaya, RD Inosensius Sutam menjelaskan, mose berarti hidup, sedangkan randang diartikan sebagai festival atau pesta. Sehingga, teater Randang Mose bermakna drama atau kisah hidup manusia sejak terbentuk dalam rahim ibu sampai kematiannya.

Dua simbol utama dalam tahap hidup manusia adalah air sungai dan pohon, kata Pastor Ino, demikian sapaan akrabnya.

Pastor Ino mengatakan, Unika Santu Paulus Ruteng adalah pohon dan sungai kehidupan yang telah berziarah sejak tahun 1959, dari hulu menuju hilir. Ia menjadi rumah atau rahim kehidupan atau ‘mbaru ba rangkung, mbaru niang ba di’a, osang ba momang’.

“Hal itu diselebrasikan dalam caci, di mana kita berpijak pada Ibu Bumi, Iné Rinding Wié, sambil menengadah ke Bapa Langit, Amé Rinding Mané,” tuturnya.

Pastor Ino berkata, teater ini mengajarkan generasi muda untuk merawat budaya. Para pementas pun telah diajarkan tentang filosofi pohon, filosofi air, dan filosofi caci.

Ia ingin menghilangkan pandangan orang tentang orang muda yang dinilai “tidak ingat budaya”. Yang terjadi selama ini adalah orang muda tidak dibimbing dan diberikan ruang untuk berkreativitas.

Mahasiswa Unika St Paulus Ruteng Pentaskan Teater Randang Mose1
RD Inosensius Sutam sedang diwawancarai jurnalis pada Sabtu, 18 Mei 2024 (Foto: Adeputra Moses/Ekora NTT)

Di Unika Santu Paulus Ruteng, kata Pastor Ino, telah diajarkan tentang budaya daerah dan menjadi sebuah praktik yang wajib diwujudkan dalam unit kegiatan mahasiswa.

Dalam pewarisan kebudayaan, kata dia,  ada go’et khusus, misalkan serong dise empo, mbate dise ame. Pede dise ende, letang dise ema. Paka na’a ngger way, paka bembang ngger peang.

Lalu, ada rangkaian berikutnya “wakak betong asa, manga wake nipu tae. Muntung gurung pu’u, manga wungkut nipu curup, dan lain sebagainya.”

“Itu semua menunjukkan bahwa budaya mesti diwariskan dari satu generasi ke generasi lain,” terang Pastor Ino.

Rektor Unika Santu Paulus Ruteng, RD Maksimus Regus mengatakan teater Randang Mose merupakan sebuah refleksi dalam terang budaya Manggarai melihat historisitas dan transformasi Unika Santu Paulus hingga sekarang dengan segala proses dan tanggung jawab peradaban.

“Hal lain juga adalah tanggung jawab Unika Santu Paulus Ruteng dalam mempersiapkan generasi muda yang memiliki kecerdasan kultural yang tinggi,” tutupnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA