Hebatnya Kecerdasan Buatan, Guru Kalah?

Oleh: Romylindo Hilfison*

Inovasi teknologi tidak pernah ada matinya. Beberapa tahun terakhir,  Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) kian hangat diperbincangkan.

Bagi para penggemar film Iron Man pasti tahu pemilik asisten virtual milik Toni Stark. Kehadiran Iron Man dengan Jarvisnya membuka mata publik akan kehadiran artificial intelligence atau biasa dikenal dengan AI.

Artificial Intelligence (AI) adalah sebuah sistem kecerdasan manusia yang memungkinkan seperangkat sistem komputer atau mesin lainnya dapat berpikir dan bekerja layaknya manusia. AI hadir untuk meniru aktivitas normal yang dilakukan manusia, seperti mulai dari belajar (learning), bernalar (reasoning), pengambilan keputusan (decision making), dan bahkan pengoreksian diri (self-correction).

Lebih dari itu, perangkat kecerdasan buatan diharapkan dapat bertindak layaknya manusia (Acting Humanly), berpikir layaknya manusia (Thinking Humanly), berpikir rasional (Thinking Rationally), dan bertindak rasional (Acting Rationally).

Dalam konteks dunia pendidikan, penerapan sistem teknologi AI telah menjamur di kalangan peserta didik. Beragam aplikasi pembelajaran yang menggunakan sistem AI telah mereka kuasai. Rupanya peran  google search perlahan mulai ditinggalkan.

Namun, yang menjadi keresahan dan kekhawatiran penulis adalah penggunaan terhadap sistem canggih ini. Hal ini sangat beralasan karena berdasarkan pengalaman kecil penulis beberapa waktu lalu pada saat pembelajaran di kelas.

Saat itu peserta didik diminta untuk berdiskusi tentang jumlah provinsi di Indonesia saat ini. Ternyata, ada sebuah kelompok menemukan ada 17 provinsi di Pulau Maluku dengan menggunakan aplikasi AI, ChatGPT.

Ini jawaban yang fatal. Kemungkinan besar salah perintah maka hasil yang disajikan pun melenceng. Dan bahayanya jika guru tidak segera membetulkan jawaban itu maka peserta didik akan merasa bahwa itu adalah jawabannya.

Masih ada beberapa peristiwa lain yang mendorong penulis untuk menyandingkan peran guru dan kecanggihan sistem AI dalam pembelajaran.

Sosok Unik dalam Pembelajaran

Salah alasan kenapa guru tidak dapat digantikan oleh robot pembelajaran adalah karena guru memiliki kemampuan unik yang tidak dapat direplikasi oleh teknologi. Guru memiliki kemampuan untuk memahami dan merespons kebutuhan individual setiap siswa, serta memberikan bimbingan dan dukungan emosional yang tidak dapat diberikan oleh robot pembelajaran.

Setiap siswa memiliki latar belakang, kemampuan, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Guru yang berpengalaman dapat mengidentifikasi kebutuhan individual setiap siswa dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran yang sesuai.

Guru dapat memberikan perhatian, empati, dan dukungan emosional yang dibutuhkan oleh siswa, terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan belajar atau masalah pribadi.

Selain itu, guru memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan mengubah strategi pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Guru dapat menggunakan berbagai metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, seperti diskusi, presentasi, praktikum, atau permainan edukatif. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh robot pembelajaran yang hanya dapat mengikuti program yang telah ditentukan sebelumnya.

Guru berperan sebagai teladan bagi para siswa. Guru dapat memberikan contoh perilaku yang baik, seperti kedisiplinan, tanggung jawab, dan integritas. Hal ini dapat mempengaruhi pembentukan karakter dan nilai-nilai pada diri siswa. Robot pembelajaran tidak dapat memberikan teladan yang sama seperti yang dapat diberikan oleh guru.

Pembelajaran yang Efektif

Selain kemampuan unik yang dimiliki oleh guru, peran guru sangat penting dalam menciptakan pembelajaran yang efektif. Guru dapat memfasilitasi proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning), di mana siswa terlibat dalam kegiatan belajar dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan keterampilan pemecahan masalah.

Guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang menarik, interaktif, dan relevan dengan kehidupan siswa. Misalnya, guru dapat menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi, seperti video, animasi, atau simulasi, untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.

Guru dapat melibatkan siswa dalam kegiatan proyek atau pembelajaran berbasis masalah, yang dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Selain itu, guru berperan penting dalam memberikan umpan balik dan penilaian yang konstruktif kepada siswa. Guru dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa, serta memberikan bimbingan dan dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan prestasi belajar.

Hal ini tidak dapat dilakukan sepenuhnya oleh robot pembelajaran, yang hanya dapat memberikan penilaian berdasarkan program yang telah dipatenkan.

Guru juga berperan dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung. Guru dapat membangun hubungan yang positif dengan siswa, serta memfasilitasi interaksi dan kolaborasi di antara siswa. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Guru sebagai Agen Perubahan dalam Pembelajaran

Dalam era digital ini, guru tidak hanya berperan sebagai penyampai materi pelajaran, tetapi juga sebagai agen perubahan dalam proses pembelajaran. Guru harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan mengintegrasikannya dengan strategi pembelajaran yang efektif.

Guru harus terus mengembangkan kompetensi dan keterampilan mereka, baik dalam penguasaan materi pelajaran maupun dalam penggunaan teknologi pembelajaran. Guru harus mampu berinovasi dan menciptakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa di era digital.

Selain itu, guru juga harus berperan sebagai model bagi siswa dalam penggunaan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab. Guru dapat memberikan contoh dan bimbingan kepada siswa tentang cara menggunakan teknologi secara efektif dan etis untuk mendukung proses pembelajaran.

Dengan demikian, guru tidak hanya berperan sebagai penyampai materi pelajaran, tetapi juga sebagai agen perubahan yang dapat mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di masa depan. Guru harus mampu beradaptasi dan berinovasi, serta memanfaatkan teknologi secara optimal untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi siswa.

Akhirnya, berdasarkan  pengalaman dan realitas di dunia pendidikan di era digital saat ini, peran guru tetap tidak dapat digantikan oleh apapun, termasuk sistem AI. Beragam aplikasi pembelajaran adalah robot.

Guru tetap memiliki kemampuan unik yang tidak dapat direplikasi oleh robot, seperti pemahaman terhadap kebutuhan individual siswa, pemberian bimbingan dan dukungan emosional, serta kemampuan beradaptasi dan mengubah strategi pembelajaran. Namun sebagai guru yang cerdas harus mempersiapkan diri agar tidak terlihat ‘kalah’ di hadapan kaum milenial.


*Penulis adalah Pendidik di SMA Katolik Frateran Maumere

spot_img
TERKINI
BACA JUGA