Maumere, Ekorantt.com – Merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-67, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Provinsi NTT melakukan pemeriksaan gratis kesehatan pengungsi Lewotobi Laki-laki di posko pengungsian Waigete, Kabupaten Sikka, Minggu, 17 November 2024.
Sejumlah 200-an orang pengungsi mendapat pelayanan kesehatan gratis. Pengungsi yang lain mendapat vitamin, susu, minyak kayu putih, dan masker.
PAPDI Cabang NTT berkolaborasi dengan IDI Cabang Sikka, Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Angkatan 1985, Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Klinik Utama Agradece dan Puskesmas Boganatar.
Kegiatan ini melibatkan 31 tenaga kesehatan dari berbagai profesi yakni dokter spesialis penyakit dalam, dokter umum, apoteker, asisten apoteker, perawat dan analis laboratorium.
Ketua Bidang Humas, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat PAPDI Cabang NTT, dokter Asep Purnama mengatakan pengungsi mendekati 1.000 orang. Mereka berasal dari lima desa yang berada di perbatasan Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur yang terdampak erupsi yaitu Desa Hikong, Kringa, Ojan, Timu Tawa dan Desa Unek Dueng.
Perayaan HUT PAPDI, kata Asep, dilaksanakan secara hybrid dan serentak di 39 cabang seluruh Indonesia dengan host PAPDI Cabang Papua Barat dan Papua Barat Daya.
Ketua PAPDI Cabang NTT, dokter Andreas Nuho Fernandez Lewai, kata Asep, memilih merayakannya dalam bentuk bakti sosial pelayanan kesehatan di lokasi pengungsi korban erupsi Gunung Lewotobi.
Asep kembali mengingatkan potensi masalah kesehatan di pengungsian, ketika IDI Cabang Sikka melakukan bakti sosial di Posko Pengungsi SDK Hikong, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Minggu, 10 November 2024 lalu.
“Potensi penyakit yang muncul akibat iritasi abu vulkanik yakni Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA), Asma Bronchiale, Rhinitis Allergica, juga iritasi mata yang menyebabkan Konjungtivitis,” kata Asep.
Masalah air bersih, Mandi Cuci Kakus (MCK), cuci baju dan cuci alat makan perlu diantisipasi. Jika tidak, kata dia, maka penyakit diare akan muncul dan dengan segera meluas di antara para pengungsi.
Pengalaman traumatis akibat bencana alam seperti kehilangan harta benda maupun nyawa, dikatakannya dapat menyebabkan gangguan kecemasan dan depresi.
“Penyakit Malaria para pengungsi perlu diantisipasi, karena Kecamatan Waigete dan Talibura lokasi pengungsian dan asal para pengungsi merupakan daerah Malaria.”
Ia menyarankan menemukan sedini mungkin kasus malaria dan segera diobati untuk memutus mata rantai penularan diantara para pengungsi yang sangat padat dan berpotensi terjadi penularan dalam waktu singkat dan merata.
Kata Asep, memasuki musim hujan, kasus Demam Berdarah akan meningkat perlahan tapi pasti jika tidak diantisipasi dengan melakukan empat M Plus.
Empat M Plus yang dimaksud yakni menguras tempat penampungan air minimal satu minggu sekali, mengubur barang bekas yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk, menutup tempat penampungan air supaya tidak dijadikan tempat perindukan nyamuk, serta memantau jentik secara rutin.
Kabupaten Sikka, tegas Asep, pernah mengalami beberapa kali Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah.
“Potensi kasus rabies, juga perlu mendapat perhatian khusus karena saat ini Kabupaten Sikka masih berstatus KLB Rabies,” pungkas Asep.
Penulis: Eginius Moa