Saat Orang Muda Tapobali Menjaga Mata Air

Perjumpaan itu membuatnya ‘tersentak’ lalu mengajak kawan-kawan mudanya di desa untuk mengubah mindset orang-orang di pulau Lembata yang kadang memandang desa mereka sebagai kampung yang tak punya apa-apa selain batu.

Lewoleba, Ekorantt.com – Gebetan, demikian orang muda di Desa Tapobali, Kecamatan Wulandoni Kabupaten Lembata, NTT memberi nama komunitasnya. Gebetan merupakan akronim dari bahasa daerah setempat, gerep blamu Tapobali wolewutun. Secara harfiah dalam bahasa Indonesia berarti muda-mudi ujung kampung.

Hendrikus Bua Kilok, 27 tahun, salah satu inisiator Gebetan menceritakan, komunitas itu terbentuk berkat pengalaman perjumpaan dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) dan mitranya dalam Koalisi Pangan Baik.

Perjumpaan itu membuatnya ‘tersentak’ lalu mengajak kawan-kawan mudanya di desa untuk mengubah mindset orang-orang di pulau Lembata yang kadang memandang desa mereka sebagai kampung yang tak punya apa-apa selain batu.

“Tanah di kampung kami ini disebut tanah batu cadas. Tapi bukan berarti tidak ada kehidupan di sini,” ucap Andika sapaan dari Hendrikus Bua Kilok.

Desa Tapobali berada di wilayah pantai selatan pulau Lembata. Kondisi iklimnya kering seperti kebanyakan topografi di NTT. Jumlah hari hujannya pun hanya sekitar 118 hari dalam setahun dan bahkan kadang kurang, membuat warga sangat hemat menggunakan air.

“Air di sini susah. Apa lagi musim kemarau, warga harus tunggu giliran jatah air minum sampai lima hari. Kalau untuk cuci kami tunggu pasang surut baru gunakan air payau di pantai,” cerita dia.

Kondisi kekurangan air memantapkan tekad orang muda Gebetan untuk peduli pada tiga titik mata air yang menjadi harapan warga. Tiga titik mata air antara lain Buka Barek, Hora Ladun, dan Kmelawai.

Andika menyebutkan untuk saat ini warga di desanya mengakses air dari Buka Barek dan Hora Ladun. Dua titik mata air ini pun sesungguhnya belum terlalu menjanjikan dan pemilik ulayat mata air itu berada di desa tetangga yakni Desa Lelata.

Andika dan teman-temannya di Gebetan lalu merancang program “bergerak bersama untuk Tapobali yang asri dan nyaman”. Aktivitas mereka berfokus pada konservasi mata air dengan menanam bambu di titik mata air Kmalawai yang berlokasi di desanya.

Jarak tempuh dari kampung Tapobali ke lokasi titik mata air Kmalawai tiga kilometer lebih. Andika dan teman-temannya memang harus berjalan kaki ke sana dengan hati-hati.

“Posisinya di bawah tebing sehingga kami harus naik turun kali dulu baru sampai titik mata air,” tuturnya.

Tanam Anakan Bambu

Mereka yakin menanam bambu di sekitar titik lokasi mata air membuat debit air semakin berlimpah karena kemampuan akar bambu menyimpan air.

Kelompok Gebetan memulai persemaian anakan bambu secara swadaya. Dari usaha swadaya ini terkumpul 1.455 anakan bambu dalam polybag. Jumlah yang telah ditanam ke lokasi mata air ada 1.200 anakan.

“Kurang lebih 75 persen yang tumbuh dan kami tetap bikin persemaian lagi. Masih ada yang sisa jadi kami akan tanam sulam kembali untuk mengisi tanaman yang mati itu,” jelas Andika.

Pilihan pada bambu jadi tanaman konservasi di sekitar lokasi mata air, kata dia, adalah karena kemampuan akarnya yang mengikat air. Bambu yang ditanam ada dua jenis berupa bambu petung (dendrocalamus asper) dan bambu aur/ampel (bambusa vulgaris).

“Kami percaya hal-hal baik yang kami kerjakan untuk alam dan terlebih untuk kebutuhan kami pasti alam merestui. Prinsipnya buat bae dapa bae (baca: buat baik dapat baik),” tegas Andika.

Upaya swadaya dari Andika dan kawan-kawannya mendapatkan perhatian dari Program VCA (Voice for just Climate Action). Melalui mitra Yayasan KEHATI, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Yayasan Pembangunan Sosial Ekonomi (YASPENSEL) Keuskupan Larantuka, Yayasan Ayu Tani Mandiri dan Yayasan Ayo Indonesia, Andika dan kawan-kawan mudanya dari Flores dan Lembata dihimpun sebagai kelompok penggerak lokal (local champion).

Kerja-kerja baik mereka mulai dari pembudidayaan sorgum, olahan pangan lokal, hingga dilanjutkan dengan upaya konservasi mata air.

Yang membuat bangga Andika dan timnya di Gebetan adalah adanya perhatian dan dukungan dari Astra Indonesia pada tahun 2022. Sekalipun hanya masuk Kampung Astra kategori provinsi NTT, Andika dan kelompoknya mendapatkan dukungan sebesar Rp5 juta.

“Kami bangga kerja kecil kami jauh di pelosok timur, di Lembata ini dilihat dan didukung. Apalagi oleh lembaga yang bergabung dalam Koalisi Pangan Baik itu. Bahwa kemudian kami mendapatkan pengakuan lanjutan dari Astra itu karena kerja kolaborasi bersama komunitas Pangan Baik,” tutur Andika.

Perhatian dari Astra Indonesia menurut Andika adalah bentuk apresiasi yang mesti terus membuat ia dan teman-teman mudanya menjaga asa agar kelak tanah yang dijuluki batu cadas itu akan terus mengalir air dari Kmelawai.

Saat Orang Muda Tapobali Menjaga Mata Air1
Orang-orang muda di Desa Tapobali, Pulau Lembata, NTT membersihkan area sekitar mata air di desa mereka (Foto: Dok. Gebetan crew)

Target Desa Mandiri Air

Kepala Desa Tapobali, Agustinus Bala Ledun mengungkapkan kondisi cuaca ekstrem yang ada di Kabupaten Lembata memang jadi persoalan yang cukup akut. Apalagi dari total jumlah kepala keluarga (KK) 118, ada 107 KK yang berprofesi sebagai petani dan hanya menggantungkan harapan hidup dari bertani di lahan kering. Dia senantiasa meminta warga desanya agar memanfaatkan air dengan hemat dan tepat guna.

“Curah hujan sedikit di sini. Sedangkan untuk kebutuhan saat ini kami perlu air. Ada inisiatif dari adik-adik local champion Gebetan-Pangan Baik yang sudah bergerak untuk menjaga dan merawat mata air,” jelas Agustinus.

Atas inisiatif yang telah dikerjakan, Agusntinus menjelaskan pihaknya telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Desa Tapobali periode 2021-2027 dan akan dilaksanakan dalam RDPDesa dan APBDesa tahun anggaran berjalan untuk kembali memberi perhatian pada potensi air bersih yang ada.

“Kita punya potensi air bersih sehingga melalui upaya yang telah dilakukan adik-adik local champion kita dukung dan kelak ada pemanfaatan besar untuk kebutuhan warga untuk mandi, makan dan urusan lainnya,” kata dia.

Ia mengapresiasi langkah orang muda Gebetan sebagai local champion yang telah memulai inisiatif baik menjaga dan merawat mata air Kmalawai. Targetnya ke depan adalah upaya-upaya kecil ini bakal menjadikan desa Tapobali akan berdaulat jadi desa yang mandiri air.

Investasi untuk Merawat Bumi

Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan Kehati, Puji Sumedi Hanggarawati menyebutkan upaya orang muda dari Komunitas Pangan Baik, Gebetan dalam merawat mata air Kmalawai dengan menanam bambu sudah tepat karena salah satu manfaat tanaman bambu adalah untuk mengikat air.

“Jenis bambu yang ditanam itu memang bambu lokal yang hidup di sana dan bambu itu memang dianjurkan untuk konservasi mata air,” kata Puji.

Sebagai anggota Dewan Bambu Nusantara, Puji mengemukakan kerja orang muda Gebetan sangat bagus karena konservasi yang dilakukan tidak sekadar hanya menanam, tetapi juga mereka paham alasan menanam serta dampak positif jangka panjangnya.

Puji menyebutkan konservasi oleh orang muda Gebetan adalah investasi untuk menyediakan sumber daya alam.

“Itu bagian dari investasi untuk merawat bumi menyediakan sumber daya alam dan memberikan hak yang adil bagi pewaris negeri,” pungkasnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA