Maumere, Ekorantt.com – Para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di NTT dan juga di seluruh Indonesia diharapkan dapat mengkases pinjaman jempola (jemput bola) dari KSP Kopdit Pintu Air. Apa lagi untuk para petani yang ingin meningkatkan hasil dan kapasitas produksi.
Menurut Ketua KSP Kopdit Pintu Air, Yakobus Jano, program ini bertujuan untuk memperkuat sektor pertanian dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
“Program pinjaman ini adalah untuk memberdayakan petani dan masyarakat sekitar agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka melalui sektor hortikultura yang menguntungkan,” ucap Jano.
Dengan pinjaman yang disertai dengan bimbingan dan pendampingan, diharapkan para petani dapat mengelola usaha mereka dengan lebih efisien dan produktif.
Hal yang sama dikemukakan juga oleh Manajer KSP Kopdit Pintu Air Cabang Paga, Abdul Rahman Naú. Ia mengaku para petani hortikultura di Desa Tuwa, Kecamatan Tanawawo, Kabupaten Sikka, NTT mendapatkan layanan keuangan dari Kopdit Pintu Air Cabang Paga.
Pelayanan keuangan diberikan setelah mereka mengikuti pendidikan dan bergabung menjadi anggota.
Abdul mengatakan, dia turun sosialisasi dan memberikan pendidikan di Dusun Wolo Oja bersama tim. Ada Ambrosius Leba sebagai relawan komite dan Yohanes Vian Geli serta Aldo A. Lelo Senda sebagai Account Officer (AO).
Dikatakan, pihaknya hadir untuk melayani pinjaman Jempola bagi anggota yang telah diverifikasi. Sebelum pencairan, kata dia, didahului dengan sosialisasi tentang Kopdit Pintu Air.
Setelah mendengarkan materi sosialisasi, sejumlah warga yang bermatapencaharian sebagai petani hortikultura khususnya tanaman buncis langsung menyatakan diri untuk bergabung menjadi anggota Kopdit Pintu Air.
Alasan yang mendorong mereka untuk bergabung, menurut Abdul, karena tertarik dengan pola pinjaman Jempola. Meski mereka tidak memiliki uang tunai untuk membayar kewajiban sebagai anggota baru, namun berkat pinjaman itu warga langsung memperoleh uang.
Abdul bilang, sejumlah uang dari pinjaman itu dipotong guna membayar kewajiban sebagai anggota baru.
”Pada saat kami cairkan uang sebanyak 350 juta bagi petani buncis, karena menurut pengamatan kami wilayah desa itu sangat cocok untuk budi daya pertanian hortikultura karena berada di dataran tinggi yang didukung curah hujan,” katanya.
Abdul menambahkan, warga Kecamatan Tanawawo dominan pekerjaan pokoknya adalah sebagai petani.
“Dan pada musim tanam seperti sekarang ini kebutuhan akan tambahan modal sebagai dukungan untuk mengembangkan usahanya tentu sangat mendesak.”
Modal tersebut, kata dia, untuk membeli benih dan pupuk termasuk membayar upah tenaga kerja bagi yang memiliki lahan yang luas.