Kupang, Ekorantt.com – Yeremias Kase, seorang pria penyandang disabilitas di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai mandiri dari usaha pembuatan alat pembersih debu atau kemoceng.
Yeremias mengalami keterbatasan penglihatan atau tunanetra sejak kecil. Ia terbantu tongkat dalam aktivitasnya hari-hari. Meski demikian, dia masih memiliki semangat bekerja.
Pria berusia 47 tahun ini memiliki seorang istri yang sama-sama mengalami keterbatasan pengelihatan. Keduanya dikarunia dua anak.
Di masa muda, Yeremias bekerja sebagai tukang pijat di kediamannya di Naikoten. Tetangga Yeremia ikut membantu mencari pelanggan.
Namun, semenjak berkeluarga dan anak mereka sudah bertumbuh besar, rupanya pendapatan dari memijat tidak cukup untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya.
Yeremias mulai putar otak. Sebab, ia sadar bahwa sebagai kepala keluarga dia dituntut untuk bertanggung jawab untuk menafkahi istri dan anak-anak.
Suatu waktu pada tahun 2013, ia mulai menyisihkan rezeki untuk menabung. Yeremias bergabung menjadi anggota Kopdit Pintu Air Cabang Kupang.
“Saya tidak mau menjadi beban bagi orang lain meskipun keadaan saya seperti ini saya tetap berjuang. Dan Koperasi Pintu Air telah membantu saya,” tutur Yeremias.
Selama menjadi anggota Kopdit Pintu Air, Yeremias rutin menjalankan kewajibannya sebagai anggota dari hasil tukang pijat. Di sisi lain kebutuhan rumah tangganya semakin besar. Yeremias harus mengembangkan bakat keterampilan di dalam diri.
Ia kemudian mengajukan pinjaman ke Kopdit Pintu Air untuk kepentingan usaha kemoceng. Manajemen Pintu Air memberi pinjaman sambil memberi pendampingan dalam karya usahanya.
Usaha perajin kemoceng pun berjalan lancar. Begitupula pendapatan dari hasil jual alat pembersih debu itu memberi untung. Yeremias senang. Kebutuhan keluarganya perlahan terpenuhi dan cicilan koperasi pun berjalan lancar setiap bulan.
Pria yang kerap mengenakan kacamata gelap ini harus bekerja lebih keras lagi di saat kedua anaknya melanjutkan pendidikan di tingkat menengah pertama dan menengah atas.
Biaya pendidikan anak semakin tinggi dan daya juangnya pun semakin berat di tengah keterbatasan.
Terdorong oleh sang istri, Yeremias kemudian mengajukan pinjaman untuk kali kedua. Pihak koperasi memberi dia pinjaman mengacu riwayat Yeremias sebagai anggota membaik.
Yeremias mengaku, pinjaman tersebut sebagai modal untuk keperluan dalam usaha kemoceng. Dia rela bekerja keras demi memperbaiki ekonomi keluarga serta menyekolahkan anak.
“Saya senang karena koperasi ini peduli terhadap saya dan keluarga. Saya sampai pinjam kali ketiga buat beli motor untuk kedua anak saya ke sekolah,” ucap dia.
Yeremias menambahkan, pelayanan yang diberikan oleh staf sangat baik, ramah, cepat tanggap dan tanpa ada diskriminasi.
Menurutnya, Kopdit Pintu Air cepat memberikan respons terhadap persoalan yang ditanyakannya dan anggota lain saat berada di kantor maupun di lapangan.
Manajer Kopdit Pintu Air Cabang Kupang, Marselus Lado mengatakan, Yeremias merupakan salah satu anggota taat dan tahu tentang kewajiban hidup berkoperasi.
Meski mengalami keterbatasan penglihatan, Yeremias masih datang sendiri ke kantor untuk bertransaksi.
“Dia orang yang sangat bertanggung jawab. Dan juga sebagai anggota yang meminjam dengan tingkat kesadaran untuk mengembalikan sangat baik. Selalu tepat waktu,” tutup Marselus.
