Maumere, Ekorantt.com – Kopdit Pintu Air menyerukan solidaritas bagi korban banjir di Sumatera melalui pesan resmi yang disampaikan di akun Instagram mereka. Ajakan itu disertai doa dan dukungan moral bagi warga yang terdampak, sekaligus mengajak masyarakat untuk terlibat dalam upaya pemulihan wilayah yang terkena bencana.
“Semoga sudara-saudara kita yang terdampak banjir diberi kekuatan dan ketabahan. Mari bersama saling membantu dan pemulihan wilayah yang terdampak,” tulis Kopdit Pintu Air lewat akun Instagram resminya @kspkopditpintuair.
Diketahui, longsor hingga banjir bandang menerjang sejumlah wilayah Sumatera. Wilayah terdampak antara lain Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, dan beberapa lainnya.
Bencana tersebut mengakibatkan banyak korban meninggal dan beberapa masih dinyatakan hilang. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), per 28 November 2025 tercatat lebih dari 100 korban jiwa di wilayah terdampak.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) menjelaskan alasan bencana banjir dan longsor yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatra Barat belum ditetapkan sebagai bencaba nasional, dengan membandingkan skala bencana nasional yang pernah terjadi sebelumnya.
Kepala BNPB RI, Letjen TNI Suharyanto mengatakan, kondisi mencekam memang terlihat di media sosial, tapi tidak demikian dengan kondisi terkini di lapangan.
Ia menjelaskan sejauh ini bencana di Indonesia yang pernah ditetapkan sebagai bencana nasional adalah pandemi Covid-19 dan Tsunami Aceh 2004.
“Kita tidak perlu diskusi panjang lebar ya, yang dimaksud dengan status bencana nasional yang pernah ditetapkan oleh Indonesia itu kan Covid-19 dan Tsunami 2004. Cuma dua itu yang bencana nasional. Sementara setelah itu banyak terjadi bencana gempa Palu, gempa NTB kemudian gempa Cianjur (bukan bencana nasional),” ujar Suharyanto dalam konferensi pers, Jumat, 28 November 2025, dikutip dariCNN Indonesia.
Ia lantas mengajak untuk melakukan perbandingan dengan dua bencana nasional tersebut dengan beberapa bencana lain yang pernah terjadi.
Kemudian, tidak ditetapkannya bencana nasional juga berdasarkan pertimbangan dari skala korban dan akses menuju lokasi bencana.
“Mungkin dari skala korban ya, kemudian juga kesulitan akses, rekan-rekan media bisa bandingkan saja dengan kejadian sekarang ini. Memang kemarin kelihatannya mencekam ya, kan berseliweran di media sosial, gak bisa bertemu segala macam. Tapi begitu sampai ke sini sekarang rekan media tadi hadir di lokasi dan tidak hujan,” kata Suharyanto.
