Maumere, Ekorantt.com – Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero melepas 413 wisudawan dari program strata I Filsafat dan Magister Teologi. Acara ini berlangsung di Aula Santu Aquinas Ledalero, Sabtu (24/4/2021).
“Saya menyampaikan proficiat. Selamat hari ini telah diwisuda dan terima kasih telah mempercayakan lembaga ini telah mendidik dan membentuk anda secara intelektual,” ujar Ketua STFK Ledalero, Pater Otto Gusti Madung, SVD dalam sambutannya.
“Dalam sebuah refleksi pertanyaan, apakah teologi dan filsafat dapat membantu anda dalam dunia kerja nanti?” ujarnya lagi.
Untuk menjawab pertanyaan itu, Pater Otto berkisah tentang alegori gua Plato dan peran filsafat/teologi.
Plato, ungkap Pater Otto, berkisah tentang alegoria gua. Diceritakan bahwa sejumlah tahanan diikat dengan rantai pada dinding gua. Wajah mereka mengarah ke dinding tanpa bisa menoleh ke kanan dan ke kiri.
“Sehingga bayangan-bayangan yang tampak di dinding orang hilir mudik kesana kemari mereka anggap realita hidup sesungguhnya,” ujar Pater Otto.
Pada suatu hari, lanjut Pater Otto, seorang tahanan dibebaskan dan dibimbing keluar dari gua. Ia melihat banyak hal untuk pertama kalinya. Melihat benda-benda asing dan cahaya matahari, hingga akhirnya dia terbiasa dengan terang.
“Dalam pemikiran Plato, matahari adalah sumber segala kehidupan dan pertumbuhan, syarat pengetahuan dan simbol kebaikan,” sebutnya.
Tidak berakhir di situ, bekas tahanan itu lalu kembali ke dalam gua. Ia memberitau bahwa apa yang ada di dinding gua hanyalah bayang-bayang dari fakta yang sesungguhnya.
“Karena sudah menjadi pakar bayang-bayang pada titik epistimologi palsu, para tahanan tersebut tidak percaya pada cerita sesungguhnya yang dibawa oleh rekan mereka,” tuturunya lanjut.
Bagi Pater Otto, alegori gua Plato menampilkan sifat manusia yang lebih suka pada kegelapan daripada terang. Lebih aman dengan kesadaran palsu ketimbang mencari kebenaran. Terobsesi dengan fake news ketimbang menghadapi fakta yang telanjang.
Menurutnya, para wisudawan akan menceburkan diri pada berbagai macam profesi seperti pemimpin agama, biarawan misionaris, guru, dosen, peneliti, ASN, jurnalis, politisi, pegiat NGO, pelaku bisnis, dan mungkin juga sopir taksi.
“Kendatipun demikian komitmen pada kebenaran dan keadilan, keberpihakan pada kaum marginal, empati serta solidaritas hendaknya menjadi spiritualitas atau semangat dasar dalam berkarya di tengah masyarakat,” pungkasnya.
Cucun Suryana