Adven, Permenunngan Diri dan Pertobatan Sosial

Oleh: Rian Agung, S.H*

Umat Kristen (Katolik Roma dan Protestan) sejagat tengah menjalani masa Adven. Masa Adven adalah masa penantian untuk menyambut kedatangan dan kelahiran Yesus Kristus yang dirayakan pada saat Natal nanti. Untuk mengisi masa Adven ini, seluruh umat beriman diajak untuk melakukan permenunngan diri secara radikal sehingga dapat menemukan suasana hati yang sejuk dan damai dalam menyambut kehadiran Kristus ke tengah-tengah dunia.

Permenunngan diri adalah upaya melihat kelemahan-kelemahan diri, menyadari kelemahan-kelemahan itu lalu mengevaluasinya dalam rangka membina hubungan dengan Tuhan, sesama maupun dengan lingkungan. Lewat permenunngan diri yang intens, hubungan vertikal manusia dengan Tuhan harus melampaui hal-hal yang bersifat tendensius dan seremonial. Ia harus dibangun berdasarkan keyakinan penuh akan adanya Penerangan Ilahi (Illuminatio) atau campur  Allah dalam seluruh hidup dan karya-karya manusia.

Illuminatio adalah konsep yang ditawarkan oleh Santo Agustinus yang menjelaskan betapa manusia sangat bergantung dan terarah sepenuhnya kepada Tuhan sebagai sumber segala ciptaan. Adapun pengetahuan manusia, seberapapun besarnya hanya berpartisipasi dalam sumber segala pengetahuan yaitu Tuhan. Rumusan lainya, adanya manusia dengan segala kemampuan yang ia miliki semata-mata karena kebaikan dan kemurahan hati Allah. Di hadapan kuasa Tuhan, manusia adalah makhluk tak berdaya, kecil dan oleh karenanya ia bergantung pada kebaikan hati Allah.

Dengan kesadaran ini, maka relasi manusia dengan Tuhan adalah relasi penuh keheningan, khusuk, intens dan jauh dari kemunafikan. Doa dan ibadah sebagai sarana komunikasi dengan Allah dilakukan dalam kesunyian, menghindari keramaian dan tidak untuk dipertontonkan.

Dalam relasi dengan sesama, permenunngan  diri harus mampu membuat manusia bisa menemukan cara pandang yang khas dalam membangun relasi. Relasi yang dibangun harus ditopang oleh semangat kekristenan, yakin cinta kasih, kepedulian dan tanpa pandang bulu. Relasi yang dibangun juga harus melampaui sekat-sekat budaya, suku, agama dan ras.

Intinya dalam membangun relasi, manusia harus keluar dari cara pandangnya yang sempit, yang membatasi relasi dirinya hanya pada hal-hal yang menguntungkan dan terbatas hanya pada orang-orang yang secara emosional memiliki kedekatan khusus dengan kita.

Demikianpun relasi manusia dengan lingkungan. Manusia harus menghindari diri dari cara pandang yang melihat lingkungan hanya sebagai objek untuk dieksploitasi. Pola produksi dan konsumsi yang selama ini tidak ekologis, hendaknya menyadarkan manusia untuk menata hubungan yang lebih harmonis, yang memandang lingkungan sebagai sesama ciptaan Tuhan yang setara dan bernilai.

Melalui permenunngan diri, manusia harus sampai pada satu kesadaran penuh bahwa, krisis ekologi yang terjadi saat ini bersumber pada perilaku manusia. Dengan kesadaran ini, sekali lagi manusia harus mengubah pola relasinya dengan alam dan lingkungan. Sebab kalau tidak kerusakan alam dan lingkungan sekitar akan kian merebak selaras dengan ambisi manusia mengeksplorasi dan menuruti keinginannya.

Pertobatan Sosial

Permenunngan diri pada masa Adven hanya akan mencapai puncaknya kalau manusia melakukan pertobatan sosial (komunal). Pertobatan sosial adalah  pengendalian diri lewat puasa dengan merefleksikan kembali tindakan-tindakan yang merusak kehidupan bersama.

Pertobatan sosial dengan itu orientasinya lebih kepada pembaharuan sikap hidup dan kebijakan-kebijakan publik yang punya pengaruh langsung bagi orang banyak (masyarakat). Itu sebabnya pemimpin-pemipin politik dan para pemangku kepentingan harus menahan diri untuk tidak melakukan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Sebab, KKN merupakan salah satu bentuk dosa sosial yang tersistematis dan terencana. Fatalitasnya besar karena ia termasuk penyakit sosial yang oleh karena dorongan nafsu orang berlomba-lomba mengakumulasi kekayaan dengan cara merampas hak hidup warga.

KKN bukanlah kejahatan tunggal. Di sana bercokol banyak kejahatan, yakni rakus, tamak dan serakah. Maka dengan melakukan pertobatan, kita ingin memastikan, mau segera melepaskan diri dari kejahatan-kejahatan itu, dan jauh lebih penting kita punya niat dan komitmen kuat untuk mengakhiri segala bentuk penindasan.

Pada level kebijakan, pejabat-pejabat publik harus menunjukkan kerja amal dengan mengubah orientasi pelayanan sesuai dengan semangat Kristus sendiri.

Sebagaimana Kristus, pelayanan kita harus terpusat pada orang-orang kecil, miskin, lemah, tersingkir dan disabilitas (KMLTD). Mereka-mereka ini harus terus didampingi dan diberi pelayanan khusus.

Dengan begitu mereka merasa diri dihargai, tidak diasingkan dan menempati posisi yang setara sebagai sesama ciptaan Tuhan. Yang paling penting, sebagai orang Kristen, kebijakan-kebijakan publik harus dibuat selaras dengan misi pewartaan Yesus ke tengah-tengah dunia dengan terus membela orang-orang kecil dan tertindas.

Pertobatan sosial juga harus tampak dalam kebijakan pelestarian lingkungan hidup. Dalam hal ini, Paus Benediktus menyebut pertobatan sosial dengan lebih spesifik yaitu pertobatan ekologis. Dalam Ensiklik Caritas In Caritate (No.48), diterangkan, “Alam merupakan anugerah Allah yang perlu dikelola secara bertanggung jawab”.

Hal itu mendapat penegasan dalam Ensiklik Laudato Si yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus. Ensiklik ini menegaskan: “Lingkungan dihayati sebagai rumah bersama perlu senantiasa dilindungi dan dijaga secara berkelanjutan”.

Wujud pertobatan ekologis kita dalam hal ini dilakukan dengan terlibat mendampingi masyarakat untuk melindungi sumber daya alam dari penindasan, eksploitasi dan keserakahan. Namun sebelum sampai ke sana pemimpin harus terlebih dahulu memeriksa seluruh kebijakannya, apakah telah sesuai dengan proyek pelestarian lingkungan atau sebaliknya.

Kalau belum, maka harus ada upaya sistematis dan terukur untuk menghasilkan kebijakan-kebijakan yang pro lingkungan. Ini harus benar-benar dilakukan sebagai aksi nyata pertobatan sosial pada masa Adven.

*Penulis adalah Ketua OMK Paroki Hati Suci St. Perawan Maria Tak Bercela Dan St. Stanislaus Orong

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA