Semua Stakeholder Mesti Kolaborasi Tangani Bencana Erupsi Lewotobi

Anggota DPRD NTT, kata Ana Kolin, sedang berkomunikasi untuk membantu korban dengan melakukan donasi secara pribadi.

Kupang, Ekorantt.com – Semua pihak mesti berkolaborasi dalam menangani dampak bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur.

Penjabat Gubernur NTT Andriko Noto Susanto mengatakan, Pemkab Flores Timur telah mengeluarkan surat tentang penetapan status tanggap darurat selama 58 hari yang berlaku sejak 4 November-31 Desember 2024.

Dengan status tanggap darurat, penanganan bencana melibatkan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten.

“Nanti kalau misalnya di dalam masa tanggap darurat pertama ini belum cukup  maka dilanjutkan ke tanggap darurat berikutnya,” ujar Andriko kepada wartawan usai rapat paripurna bersama DPRD NTT pada Senin malam, 4 November 2024.

Sejauh ini, pemerintah membangun tenda-tenda pengungsian termasuk menyediakan bahan makanan pokok dan menangani sarana-sarana kesehatan juga air bersih.

“Kita akan mendatangkan beras 5 ton dari provinsi ditambah dengan beras dari kabupaten dengan intervensi lainnya termasuk tenaga kesehatan,” ujar Andriko.

“Kami mengimbau kepada masyarakat dalam radius 7 kilometer harus keluar dari situ karena informasi dari BMKG masih ada getaran-getaran kecil,” tambahnya.

Ia menjelaskan erupsi gunung api Lewotobi Laki-Laki mengakibatkan 10 korban jiwa terdiri dari laki-laki empat orang dan perempuan enam orang.

Sedangkan korban luka-luka sebanyak 53 orang yang berasal dari Desa Dulipali, Desa Lantalu, dan Desa Hokeg Jaya.

“Korban dirawat di Puskesmas Boru dan Puskesmas Lewolaga dan dirujuk ke BLUD RSUD Hendrikus Fernandes Larantuka ada satu orang,” jelasnya.

Erupsi juga mengakibatkan rusaknya 2.834 rumah yang menyebar di delapan desa. Sejumlah fasilitas umum juga ikut terkena dampak.

Saat ini, kata Andriko, sebanyak 1.944 jiwa dari delapan desa ditampung di tiga posko dengan rincian posko Desa Lewolaga sebanyak 647 jiwa, Desa Bokang sebanyak 510 jiwa, dan di Desa Konga sebanyak 787 jiwa.

“Sementara pengungsi mandiri masih ada di Sikka, Pululera dan yang masih bertahan di pemukimannya masing-masing,” jelasnya.

Terpisah, anggota DPRD NTT, Ana Waha Kolin mempertanyakan peringatan dini akan adanya erupsi.

Menurut Ana Kolin, seharusnya pemantau Gunung Lewotobi sudah menyadari akan ada erupsi lewat mesin pemantau, lalu menyampaikannya ke pemerintah setempat untuk selanjutnya disampaikan kepada masyarakat.

“Kan tugas mereka mendeteksi secara dini tentang perkembangan dan ataupun pergerakan erupsi,” jelasnya.

“Untuk saat sekarang kita tidak usah saling menyalahkan. Bagaimana pemerintah menangani dampak bencana di sana,” sambungnya.

Anggota DPRD NTT, kata Ana Kolin, sedang berkomunikasi untuk membantu korban dengan melakukan donasi secara pribadi.

“Internal di DPRD sedang dibahas. Nanti setelah paripurna akan dibahas lagi,” tutupnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA