Bajawa, Ekorantt.com – Pada suatu hari yang cerah di Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, suasana terasa hidup dengan denting ember dan celoteh ayam. Suara-suara itu menjadi irama yang akrab di sebuah kandang sederhana milik Yosep Kelo.
Pria berusia 59 tahun itu tampak sibuk memberi makan ratusan ayam petelur yang kini menjadi sumber kehidupannya.
Dulu, Yosep dikenal sebagai aparatur sipil negara (ASN) yang puluhan tahun mengabdi di lingkungan pemerintah kabupaten. Namun sejak memasuki masa pensiun hampir setahun lalu, ia memilih jalur baru sebagai peternak ayam petelur di Kelurahan Bajawa, Kecamatan Bajawa.
“Waktu itu, setelah pensiun, saya pikir, mau kerja apa? Lalu saya putuskan usaha ayam petelur,” kisah Yosep saat ditemui pada Rabu, 12 Juni 2025.
Dengan bekal keyakinan dan pengetahuan yang ia gali dari berbagai sumber, termasuk YouTube, Yosep memulai usaha dengan 200 ekor ayam petelur.
Dana pensiun yang ia miliki digunakan untuk membangun kandang dan membeli ayam siap bertelur, dengan total investasi awal lebih dari Rp85 juta.
Menurut Yosep, ayam petelur adalah pilihan usaha yang cukup menjanjikan karena perawatannya tidak terlalu rumit dan hasilnya bisa cepat dinikmati. Terlebih, permintaan terhadap telur ayam terus meningkat, seiring kebutuhan masyarakat yang mengandalkannya sebagai lauk sehari-hari.
“Pasti banyak yang membutuhkan, terutama di kota-kota besar yang dihuni banyak ASN. Mereka butuh lauk untuk anak-anak mereka,” jelasnya.
Saat ini, Yosep mampu memanen hingga sembilan papan telur setiap hari, dengan setiap papan berisi 30 butir. Ia menjual per papan seharga Rp60 ribu tanpa eceran, menghasilkan omzet harian lebih dari Rp500 ribu.
Jika dikalkulasikan, pendapatan bulanannya bisa mencapai lebih dari Rp15 juta. Namun Yosep menekankan bahwa itu adalah pendapatan kotor, yang masih harus dipotong biaya operasional seperti pakan dan obat-obatan.
Tak hanya fokus pada usahanya, Yosep kini juga giat menginspirasi warga kampung halamannya di Desa Ngadhamana untuk ikut terjun ke dunia peternakan.
“Puji Tuhan, sudah mulai ada yang bangun kandang dan mulai beternak,” ujarnya dengan bangga.
Yosep juga menaruh harapan besar pada Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah, yang menurutnya bisa memberikan dampak positif bagi peternak lokal seperti dirinya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Ngada, Paskalis Wale Bai, menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk mendukung UMKM.
Tahun ini, pemerintah menyiapkan dana bantuan modal lebih dari Rp2 miliar untuk sekitar 400 pelaku UMKM, masing-masing akan menerima bantuan Rp5 juta.
Namun, Paskalis menjelaskan bahwa penyaluran bantuan masih menunggu rampungnya peraturan bupati yang akan menjadi payung hukum, termasuk menentukan mekanisme penyaluran—baik dalam bentuk hibah atau skema lainnya.
“Salah satu syarat penerima adalah harus warga desa setempat, memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB), dan melengkapi persyaratan administratif lainnya,” ujar Paskalis.
Ia menambahkan, proses seleksi akan dilakukan secara ketat oleh tim verifikasi dari Dinas Koperasi dan UMKM, bekerja sama dengan pemerintah desa, demi memastikan bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran.