Maumere, Ekorantt.com – Wakil Ketua 2 KSP Kopdit Pintu Air, Robertus Belarminus, menyerukan pentingnya tindakan nyata dalam membantu korban bencana banjir bandang yang terjadi di Wolosambi, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Badung, Bali.
“Yang dituntut dari kita bukan sekedar empati tetapi aksi nyata. Itu yang diperlukan,” kata Robertus kepada segenap pengurus, pengawas, dan manajemen KSP Kopdit Pintu Air saat mengikuti Perayaan Ekaristi Misa Jumat Pertama (Jumper) yang berlangsung di Aula Sumur Yakob lantai 3, gedung pusat KSP Kopdit Pintu Air di Dusun Rotat, Desa Ladogahar, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, NTT, pada Jumat, 12 September 2025.
Robertus mengungkapkan, dalam satu atau dua hari ke depan, tim KSP Kopdit Pintu Air akan membawa bantuan kemanusiaan ke Wolosambi untuk membantu meringankan beban para korban.
Ia juga menyampaikan rasa gembira karena dalam perayaan Jumper kali ini, Pastor Pembina Rohani KSP Kopdit Pintu Air, RD. Moses Kuremas, turut melantunkan doa khusus bagi para korban bencana di Kabupaten Nagekeo dan Badung, Bali.
Menurut Robertus, sekarang adalah waktu yang tepat untuk bersedekah. “Kita jangan berdoa minta Tuhan kabulkan permohonan kita, tetapi harus disertai dengan berpuasa dan bersedekah. Dengan cara itu setiap doa kita akan dikabulkan,” ujar Robertus.
Dalam perayaan ekaristi tersebut, RD. Moses Kuremas memimpin doa bersama untuk para korban bencana.
“Harapannya melalui doa-doa kita jiwa para korban yang meninggal mendapat tempat di surga. Kepada keluarga mendapat kekuatan dan penghiburan,” pinta Romo Moses.
Di hadapan para pengurus, pengawas, manajemen kantor cabang di wilayah Kabupaten Sikka, serta para manajer unit usaha sektor riil Kopdit Pintu Air, Romo Moses menegaskan pentingnya kehidupan doa.
Menurutnya, doa tidak hanya untuk kepentingan pribadi, melainkan juga untuk orang lain, termasuk mereka yang tertimpa bencana dan bahkan orang yang membenci kita. Doa seperti itu, kata Romo Moses, sejalan dengan ajaran Tuhan Yesus sendiri.
Romo Moses juga menceritakan bahwa wilayah Wolosambi memiliki kenangan pribadi baginya, karena 25 tahun lalu ia pernah bertugas sebagai imam muda di Paroki Wolosambi.
“Hatiku terasa tersayat ketika mengetahui daerah yang dahulunya sangat hijau, indah, dan makmur itu kini tercabik-cabik oleh terjangan banjir bandang yang meluluhlantakkan pemukiman warga,” ujarnya.
Menjelang akhir perayaan, Romo Moses menyampaikan bahwa seluruh kolekte dan stipendium yang terkumpul akan disumbangkan untuk para korban bencana.
“Saya sengaja minta tempat kolekte diedar sekali lagi ya? Nanti semua kolekte yang terkumpul dan juga stipendium akan saya kirim melalui Pastor Paroki Wolosambi,” tutup Romo Moses.
