Makassar, Ekorantt.com — “Jodoh, maut, dan rezeki memang tak ada yang tahu.” Kalimat tersebut seakan cocok menggambarkan perjalanan hidup Pontianus Piatu, seorang pria kelahiran Watudenak, Desa Kajo Wair, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pada tahun 1999, pria yang akrab disapa Patris itu membuat keputusan besar yang mengubah arah hidupnya.
Berbekal pendidikan formal hingga kelas empat SD, ia memilih untuk merantau ke Makassar, kota yang dikenal sebagai Bumi Angin Mamiri, demi mencari penghidupan yang lebih baik.
Keputusan tersebut terbilang nekat, mengingat ia harus meninggalkan keluarga kecilnya di kampung halaman.
“Harapan untuk masa depan yang lebih baik yang mendorong saya untuk merantau. Waktu itu saya merasa tidak ada pilihan lain,” ujar Patris pada Minggu, 6 Juli 2025, mengenang masa-masa sulitnya.
Sesampainya di Makassar, Patris memulai hidup barunya dengan bekerja sebagai buruh harian di sebuah toko bangunan di Jalan Syeyusuf, Kota Makassar.
Tugas pertama yang ia lakukan adalah angkat semen, pekerjaan fisik yang menguras tenaga namun tak menyurutkan semangatnya.
Keberuntungan mulai berpihak setelah bos toko bangunan tersebut melihat ketekunannya.
Patris diberi kesempatan untuk belajar mengemudi mobil pengangkut bahan bangunan. Tak disia-siakan, ia mengasah kemampuan mengemudinya hingga lincah dan mahir.
Meraih Peluang Baru
Pada titik ini, Patris merasa bahwa ia perlu mencari tantangan lebih besar. Dengan bekal ilmu mengemudi yang dimilikinya, ia pun mencoba peruntungan baru.
Keberuntungan kembali hadir ketika Patris diterima bekerja sebagai tukang siram tanaman dan pembantu kebersihan rumah Wali Kota Makassar, Malik M. Basri. Tidak lama kemudian, ia dipercaya menjadi sopir pribadi Walikota.
“Berkat kerja keras dan ketekunan, saya akhirnya dipercaya menjadi sopir pribadi Pak Malik. Ini adalah titik balik dalam hidup saya,” kata Patris.
Seiring berjalannya waktu, pergaulan Patris pun semakin luas. Dari yang sebelumnya hanya bergaul dengan sesama diaspora NTT, ia mulai berkenalan dengan orang-orang penting di Makassar.
Pada 2004, Patris pindah bekerja menjadi sopir pribadi untuk Ibu Gubernur Amin Syam, jabatan yang ia emban hingga 2008.
Meski pekerjaannya cukup bergengsi, Patris merasa bahwa ia membutuhkan lebih banyak kebebasan dan tantangan baru. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk terjun ke bisnis rental mobil.
Tahun 2008 menjadi titik balik penting dalam hidup Patris. Melihat peluang yang menguntungkan di bisnis rental mobil, ia memutuskan untuk membeli mobil bekas dengan uang muka 35 juta, hasil tabungan dari kerja kerasnya selama bertahun-tahun.
“Orang pintar bisa kalah dengan orang bodoh yang berani,” tutur Patris, yang merasa bahwa keberaniannya untuk memulai bisnis rental mobil adalah keputusan yang tepat.
Dengan memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dan menjaga etika kerja, mobil-mobil rental Patris semakin banyak disewa. Usaha yang semula tampak kecil, kini berkembang pesat, dan rejeki pun terus mengalir.
Dukungan KSP Kopdit Pintu Air
Perjuangan Patris tak lepas dari peran koperasi. Tujuh tahun lalu, ia bertemu dengan Ketua Komite KSP Kopdit Pintu Air Cabang Akkareso Makassar, Petrus Simon, yang memberikan penjelasan mengenai manfaat hidup berkoperasi.
Setelah itu, Patris bergabung dengan koperasi dan mulai menabung hasil pendapatan dari bisnis rental mobil.
Berkat dukungan dari KSP Kopdit Pintu Air, Patris mampu mengganti mobil operasionalnya dari tipe Innova bekas menjadi kendaraan terbaru, Toyota Senix Type V Hybrid berwarna putih.
Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa dengan kerja keras, keberanian, dan dukungan yang tepat, impian bisa terwujud.
“Semua yang saya raih hari ini berkat doa, semangat juang, dan bantuan dana dari KSP Kopdit Pintu Air Cabang Akkareso Makassar. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ketua Pengurus Kantor Pusat beserta tim kerja di cabang Akkareso Makassar,” ujarnya.
Ketua Komite KSP Kopdit Pintu Air Cabang Akkareso Makassar, Petrus Simon, mengakui bahwa Patris merupakan sosok anggota yang aktif dalam usaha simpan pinjam koperasi.
“Dalam catatan kita, dia sudah beberapa kali akses dana untuk keperluan usahanya. Angsurannya lancar,” kata Petrus.
Petrus menambahkan, pihaknya akan terus mendampingi anggota yang punya usaha produktif. Dengan begitu, anggota bisa hidup sejahtera.