Kisah Anggota Kopdit Pintu Air Pontianus Piatu: Dari Buruh Harian hingga Sukses Punya Mobil Pribadi

Makassar, Ekorantt.com — “Jodoh, maut, dan rezeki memang tak ada yang tahu.” Kalimat tersebut seakan cocok menggambarkan perjalanan hidup Pontianus Piatu, seorang pria kelahiran Watudenak, Desa Kajo Wair, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pada tahun 1999, pria yang akrab disapa Patris itu membuat keputusan besar yang mengubah arah hidupnya.

Berbekal pendidikan formal hingga kelas empat SD, ia memilih untuk merantau ke Makassar, kota yang dikenal sebagai Bumi Angin Mamiri, demi mencari penghidupan yang lebih baik.

Keputusan tersebut terbilang nekat, mengingat ia harus meninggalkan keluarga kecilnya di kampung halaman.

“Harapan untuk masa depan yang lebih baik yang mendorong saya untuk merantau. Waktu itu saya merasa tidak ada pilihan lain,” ujar Patris pada Minggu, 6 Juli 2025, mengenang masa-masa sulitnya.

Sesampainya di Makassar, Patris memulai hidup barunya dengan bekerja sebagai buruh harian di sebuah toko bangunan di Jalan Syeyusuf, Kota Makassar.

Tugas pertama yang ia lakukan adalah angkat semen, pekerjaan fisik yang menguras tenaga namun tak menyurutkan semangatnya.

Keberuntungan mulai berpihak setelah bos toko bangunan tersebut melihat ketekunannya.

Patris diberi kesempatan untuk belajar mengemudi mobil pengangkut bahan bangunan. Tak disia-siakan, ia mengasah kemampuan mengemudinya hingga lincah dan mahir.

Meraih Peluang Baru

Pada titik ini, Patris merasa bahwa ia perlu mencari tantangan lebih besar. Dengan bekal ilmu mengemudi yang dimilikinya, ia pun mencoba peruntungan baru.

Keberuntungan kembali hadir ketika Patris diterima bekerja sebagai tukang siram tanaman dan pembantu kebersihan rumah Wali Kota Makassar, Malik M. Basri. Tidak lama kemudian, ia dipercaya menjadi sopir pribadi Walikota.

“Berkat kerja keras dan ketekunan, saya akhirnya dipercaya menjadi sopir pribadi Pak Malik. Ini adalah titik balik dalam hidup saya,” kata Patris.

Seiring berjalannya waktu, pergaulan Patris pun semakin luas. Dari yang sebelumnya hanya bergaul dengan sesama diaspora NTT, ia mulai berkenalan dengan orang-orang penting di Makassar.

Pada 2004, Patris pindah bekerja menjadi sopir pribadi untuk Ibu Gubernur Amin Syam, jabatan yang ia emban hingga 2008.

Meski pekerjaannya cukup bergengsi, Patris merasa bahwa ia membutuhkan lebih banyak kebebasan dan tantangan baru. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk terjun ke bisnis rental mobil.

Tahun 2008 menjadi titik balik penting dalam hidup Patris. Melihat peluang yang menguntungkan di bisnis rental mobil, ia memutuskan untuk membeli mobil bekas dengan uang muka 35 juta, hasil tabungan dari kerja kerasnya selama bertahun-tahun.

“Orang pintar bisa kalah dengan orang bodoh yang berani,” tutur Patris, yang merasa bahwa keberaniannya untuk memulai bisnis rental mobil adalah keputusan yang tepat.

Dengan memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dan menjaga etika kerja, mobil-mobil rental Patris semakin banyak disewa. Usaha yang semula tampak kecil, kini berkembang pesat, dan rejeki pun terus mengalir.

Dukungan KSP Kopdit Pintu Air

Perjuangan Patris tak lepas dari peran koperasi. Tujuh tahun lalu, ia bertemu dengan Ketua Komite KSP Kopdit Pintu Air Cabang Akkareso Makassar, Petrus Simon, yang memberikan penjelasan mengenai manfaat hidup berkoperasi.

Setelah itu, Patris bergabung dengan koperasi dan mulai menabung hasil pendapatan dari bisnis rental mobil.

Berkat dukungan dari KSP Kopdit Pintu Air, Patris mampu mengganti mobil operasionalnya dari tipe Innova bekas menjadi kendaraan terbaru, Toyota Senix Type V Hybrid berwarna putih.

Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa dengan kerja keras, keberanian, dan dukungan yang tepat, impian bisa terwujud.

“Semua yang saya raih hari ini berkat doa, semangat juang, dan bantuan dana dari KSP Kopdit Pintu Air Cabang Akkareso Makassar. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ketua Pengurus Kantor Pusat beserta tim kerja di cabang Akkareso Makassar,” ujarnya.

Ketua Komite KSP Kopdit Pintu Air Cabang Akkareso Makassar, Petrus Simon, mengakui bahwa Patris merupakan sosok anggota yang aktif dalam usaha simpan pinjam koperasi.

“Dalam catatan kita, dia sudah beberapa kali akses dana untuk keperluan usahanya. Angsurannya lancar,” kata Petrus.

Petrus menambahkan, pihaknya akan terus mendampingi anggota yang punya usaha produktif. Dengan begitu, anggota bisa hidup sejahtera.

Berita Foto: Kepanikan Warga Saat Dilanda Hujan Pasir Erupsi Lewotobi

0

Maumere, Ekorantt.com – Mia Margaretha Holo, salah satu rekan jurnalis dan warga Boganatar, Desa Kringa, Kecamatan Boganatar bercerita dengan nada panik saat Ekora NTT menghubunginya pada Senin, 07 Juli 2025 siang, sekitar sejam pasca erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

“Kami menangis tadi. Bingung. Baru dengar dentuman tiga kali, di luar hujan kerikil sudah turun. Warga berlarian ke sana kemari cari keluarga masing-masing untuk menyelamatkan diri,” kata Mia.

Boganatar berdekatan dengan gunung Lewotobi Laki-laki. Jaraknya sekitar 15 kilometer saja. Dengan erupsi setinggi 18 kilometer, sangat mungkin Boganatar menjadi salah satu daerah di Kabupaten Sikka yang lebih dahulu terkena dampaknya.

Cerita Mia, bukan hanya warga Boganatar saja yang panik. Banyak warga Boru, kecamatan Wulanggitang yang sangat dekat dengan gunung tersebut menyelamatkan diri ke Kabupaten Sikka.

“Saya hanya bisa foto sedikit saja. Ada warga kami, juga ada yang lari dari Boru. Tadi di sana sementara pasar juga. Orang-orang lari semua karena panik,” pungkasnya.

Berikut ini foto-foto karya Mia, menampilkan potret warga yang panik di tengah situasi hujan pasir di Boganatar.

Kolom abu erupsi Gunung Lewotobi terlihat jelas dari Boganatar
Anak-anak menyaksikan pergerakan abu erupsi gunung Lewotobi Laki-laki dari pagar tembok Gereja Boganatar, sebelum terjadinya hujan abu
Warga berlarian menggunakan sepeda motor saat hujan abu mengguyur Boganatar
Warga panik di tengah guyuran hujan pasir
Warga yang pulang dari Pasar Boru bermandikan abu vulkanik

Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Erupsi Dahsyat, Tinggi Kolom Abu 18 Kilometer

0

Maumere, Ekotantt.com – Gunung Lewotobi Laki-laki kembali erupsi pada Senin, 7 Juli 2025 pukul 11.05 WITA. Tinggi kolom abu mencapai 18 kilometer. Erupsi kali ini paling dahsyat dari yang terjadi sebelumnya.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dalam rilisnya mengatakan kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal condong ke arah utara, timur laut, dan barat laut.

“Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 47.3 mm dan durasi sementara ini sekitar 6 menit 26 detik.”

“Erupsi disertai suara dentuman kuat dan awan panas 5 kilometer ke arah utara dan timur laut.”

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengimbau masyarakat di sekitar gunung dan pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 6 kilometer dan Sektoral Barat Daya – Timur laut 7 kilometer dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

Masyarakat diminta agar tenang dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu yang tidak jelas sumbernya.

Masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki mewaspadai potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak G. Lewotobi Laki-laki jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi terutama daerah Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng jaya, Boru, Nawakote.

Masyarakat yang terdampak hujan abu G. Lewotobi Laki-laki, memakai masker/penutup hidung-mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik pada sistem pernafasan.

Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi di Bandung.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan selalu berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Satlak PB setempat dalam memberikan informasi tentang kegiatan.

Umat di Nggalak, Manggarai Rayakan Ekaristi Transformatif saat Ritual Hang Woja

0

Ruteng, Ekorantt.com – Diiringi suara gong yang menggema dan lantunan doa yang khidmat, para tetua adat bersama umat Katolik Stasi Nggalak, Paroki Santa Maria Immaculata Wae Kajong, Keuskupan Ruteng, menyelenggarakan Ekaristi Transformatif yang menyatu dengan adat Manggarai pada Jumat, 4 Juli 2025.

Perayaan ini berpadu harmonis dengan ritual adat Hang Woja, menjadi simbol perjumpaan suci antara iman Katolik dan kearifan tradisional.

Misa yang berlangsung di Gendang Nggalak bukan hanya peristiwa religius, tetapi juga menjadi pernyataan sosial, ekologis, dan budaya.

Dipimpin oleh Pastor Paroki Wae Kajong, RD Bernard Palus, dan disertai rangkaian ritus adat yang dipandu oleh tetua adat Lambertus Mado, perayaan ini mencerminkan kesatuan antara spiritualitas dan identitas lokal.

“Ekaristi ini lebih dari sekadar perayaan liturgi. Ini adalah panggilan untuk menyelamatkan bumi sekaligus mempertahankan akar budaya kita,” ujar Pastor Bernard dalam keterangan yang diterima media pada Minggu, 6 Juli 2025.

Ia menyoroti peran Gereja sebagai ruang yang hidup bersama masyarakat, menyelami tantangan lingkungan dan pergeseran nilai budaya.

Sebagai bagian dari semangat ekologi integral, perayaan tersebut turut diwarnai dengan aksi nyata: penanaman bambu di mata air desa – simbol sumber kehidupan bagi warga sekitar. Penanaman ini menjadi bagian dari gerakan pastoral ekologis, terinspirasi dari ensiklik Laudato Si Paus Fransiskus.

“Ketika kami menanam bambu di sumber mata air, kami sebenarnya sedang menanam harapan bagi anak cucu. Ini bukan semata aksi lingkungan, tapi wujud iman yang membumi,” tutur Pastor Bernard.

Ritus adat barong wae pun turut dilaksanakan, sebuah penghormatan terhadap air sebagai sumber kehidupan.

Dalam tradisi Manggarai, alam bukanlah objek, melainkan makhluk spiritual yang patut dihargai dan dilestarikan.

Gereja yang Merangkul Budaya Lokal

Kehadiran Gereja dalam ritual adat ini memperlihatkan wajah Katolik yang inklusif, tidak menolak, apalagi menggusur tradisi, tetapi justru merangkul dan memuliakannya.

“Barong wae itu bukan tahayul. Itu cara leluhur menjaga alam. Ketika Gereja ikut, artinya Gereja menghormati dan mengangkat nilai-nilai budaya kami,” jelas Lambertus Mado, tetua adat yang memimpin upacara Hang Woja.

Dengan mengintegrasikan budaya ke dalam liturgi, Gereja Sta Maria Immaculata Wae Kajong membuktikan bahwa iman Katolik mampu berdialog dengan budaya lokal, menjadikannya bagian dari kekayaan rohani bersama.

Dalam konteks masyarakat Manggarai yang majemuk secara budaya dan religius, Ekaristi Transformatif membuka ruang perjumpaan dan kerja sama.

Gereja tidak berdiri menjauh dari kehidupan masyarakat, melainkan hadir di tengah-tengah, terlibat dalam setiap napas bumi dan budaya.

“Kalau Gereja hanya jadi tempat ritual tanpa menyentuh kehidupan nyata, ia akan ditinggalkan. Tapi kalau ia merangkul tanah dan budaya, Gereja akan jadi rumah semua orang,” tegas Pastor Bernard.

STIE Karya Ruteng dan Rumah Baca Aksara Belajar Mengolah Sabun Herbal Ramah Lingkungan

0

Ruteng, Ekorantt.com – Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Karya Ruteng bekerja sama dengan Rumah Baca Aksara (RBA), sebuah komunitas literasi dan pemberdayaan di Kabupaten Manggarai, mengadakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat pada 5-6 Juli 2025.

Kegiatan ini bertajuk “Sustainable Eco-Innovation: Optimalisasi Pengelolaan Sabun Herbal sebagai Produk Ramah Lingkungan” dan merupakan bagian dari hibah skema Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2025 yang didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Kegiatan ini dimulai dengan seminar yang menghadirkan tiga pembicara utama: Yohanes Maria Vianney, dosen STIE Karya Ruteng; Arif Harmi Hidayatullah, anggota kolektif RBA; dan Rosalia Heldy Nono, dosen STIE Karya Ruteng. Kemudian dilanjutkan dengan sesi pelatihan yang melibatkan mahasiswa STIE Karya, anggota komunitas Rumah Baca Aksara, kelompok pemuda lokal, serta masyarakat umum.

Selain memberikan pelatihan teknis dalam pembuatan sabun herbal, kegiatan ini juga memfasilitasi diskusi mendalam mengenai pentingnya inovasi berkelanjutan dalam industri rumahan, serta bagaimana ekonomi lokal dapat berkembang tanpa merusak lingkungan.

Ketua Tim Pengabdian dari STIE Karya Ruteng, Rosalia Heldy Nono menjelaskan, kegiatan ini merupakan langkah nyata institusi pendidikan tinggi dalam mendukung agenda pembangunan berkelanjutan.

Menurutnya, kolaborasi ini menunjukkan bahwa transformasi industri kecil dapat dimulai dari komunitas, dengan semangat inovasi dan keberlanjutan.

Sementara itu, Virgilius P. Ngalong, selaku Koordinator Rumah Baca Aksara, menyambut baik kolaborasi ini sebagai momentum penting dalam memperkuat gerakan literasi ekologis yang mereka bangun sejak awal.

“Kami percaya bahwa sabun herbal bukan hanya soal produk, tetapi juga cara hidup yang menghargai alam dan kesehatan manusia,” ungkapnya.

Ramah Lingkungan

Latar belakang dari kegiatan ini didasari oleh meningkatnya kesadaran global akan isu kesehatan dan lingkungan.

Salah satu perhatian utama adalah penggunaan bahan kimia sintetis dalam produk rumah tangga, termasuk sabun, yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan manusia dan ekosistem.

Penelitian menunjukkan bahwa beberapa bahan kimia dalam sabun konvensional, seperti bahan pengganggu endokrin, telah meningkat penggunaannya dalam lima tahun terakhir.

Sebagai respons terhadap isu ini, Rumah Baca Aksara telah memulai produksi sabun herbal organik sejak tahun 2022, dengan pendekatan literasi ekologi dan pemberdayaan komunitas.

Sabun herbal yang dihasilkan menggunakan bahan dasar alami yang dinilai lebih aman dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.

Namun, meskipun produk sabun herbal telah berkembang, RBA menghadapi tantangan seperti keterbatasan alat produksi, manajemen bahan baku, serta pemasaran dan pengemasan yang masih perlu dioptimalkan.

Untuk menjawab tantangan tersebut, kegiatan kolaboratif ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi sabun herbal dengan menambah peralatan dasar, memperkuat jaringan mitra strategis dengan petani minyak kelapa, serta melakukan inovasi pada kemasan produk menggunakan kertas daur ulang minimalis.

Kampanye pemasaran berbasis media sosial dan pembentukan komunitas pengguna produk herbal juga diupayakan untuk memperluas jangkauan pasar.

“Melalui program ini, STIE Karya Ruteng dan Rumah Baca Aksara berharap dapat memberikan dampak berkelanjutan dalam aspek sosial, ekonomi, dan ekologi, serta menginspirasi lebih banyak komunitas untuk berinovasi secara ramah lingkungan,” kata Rosalia.

Arif Harmi Hidayatullah, dalam kesempatan tersebut menambahkan, optimalisasi kerja sama antara STIE Karya dan RBA sangat penting untuk menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara produsen minyak kelapa dan produsen sabun organik.

“Kami juga fokus pada peningkatan kualitas kemasan ramah lingkungan agar produk lebih menarik dan dapat meningkatkan kapasitas produksi,” ujarnya.

Ia menekankan, keberlanjutan yang diupayakan bukan hanya sekadar ekonomi, tetapi juga tentang membangun kesadaran terhadap pentingnya menjaga lingkungan dan kesehatan.

“Optimalisasi ini bertujuan untuk menjaga lingkungan dan meningkatkan kesadaran kolektif agar kita lebih bijaksana dalam memilih produk yang ramah lingkungan,” tambahnya.

Ke depan, Arif berharap mahasiswa Akuntansi dan Manajemen STIE Karya dapat terlibat lebih jauh dalam pengembangan produksi sabun herbal ini.

“Kami berencana untuk mengumpulkan dana bersama untuk membantu modal dan mendampingi mahasiswa dalam menjalankan usaha sabun ini. Kami ingin memastikan bahwa usaha ini tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial, tetapi juga berkontribusi pada kesadaran menjaga lingkungan,” tutupnya.

Walhi NTT Nilai Uji Petik Geotermal Hanya Sandiwara

0

Kupang, Ekorantt.com Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Nusa Tenggara Timur (Walhi NTT) menuding pemerintah provinsi dan tim satuan tugas (Satgas) bentukan Gubernur Melkiades Laka Lena telah melakukan “kejahatan intelektual” dalam proses uji petik proyek panas bumi di Flores dan Lembata.

Walhi menilai uji petik tersebut tidak independen, sarat formalitas, dan hanya menjadi alat legitimasi proyek yang sarat konflik.

“Uji petik ini hanyalah sandiwara. Prosesnya abal-abal dan tidak mencerminkan semangat mendengar seluruh aspirasi masyarakat terdampak,” kata Staf Divisi Advokasi Walhi NTT, Gres Gracelia, dalam keterangan tertulis kepada Ekora NTT, Sabtu, 5 Juli 2025.

Pernyataan itu disampaikan menyusul pelaksanaan Rapat Koordinasi (Rakor) Penyampaian Laporan Tim Satgas Uji Petik yang digelar di Hotel Harper, Kota Kupang, Jumat, 4 Juli.

Dalam rakor tersebut, presentasi temuan lapangan yang seharusnya berdurasi 45 menit, menurut WALHI, hanya dipadatkan menjadi 5 menit oleh moderator, Pri Utami, Kepala Geothermal Research Center FT UGM, yang juga menjadi anggota tim Satgas.

“Bagaimana mungkin persoalan geothermal yang sudah menimbulkan konflik horizontal, semburan lumpur panas, dan kerusakan lingkungan hanya dibahas dalam lima menit? Ini ajaib,” kata Gres.

Temuan Lapangan yang Diabaikan

Gres menilai Satgas tidak bekerja secara obyektif. Dalam uji petik di titik-titik seperti Atadei (Lembata), Mataloko dan Nage (Ngada), Sokoria (Ende), Waesano (Manggarai Barat), dan Poco Leok (Manggarai), tim hanya menemui kelompok yang pro proyek. Masyarakat yang menolak dan terdampak langsung, menurut dia, diabaikan.

“Kami temukan, tim ini turun bersama pihak PLN, padahal seharusnya PLN adalah objek evaluasi. Jadi, independensi tim ini jelas tidak ada,” ujar Gres.

Di Nage dan Mataloko, Walhi mendokumentasikan semburan lumpur panas yang muncul di rumah warga. Beberapa rumah mengalami korosi atap berulang, anak-anak dan perempuan mengalami gangguan pernapasan dan penyakit kulit, dan beberapa keluarga kehilangan sumber ekonomi. Namun, dalam laporan Satgas, semua persoalan tersebut tidak masuk dalam catatan.

“Rekomendasi mereka bahkan membolehkan proyek dilanjutkan. Ini tidak hanya keliru, tapi berbahaya,” kata Gres.

Kritik Terhadap Akademisi

Walhi juga menyorot integritas sejumlah akademisi yang tergabung dalam tim uji petik. Mereka menuding para akademisi tersebut telah “menghianati ilmu pengetahuan” dan menjadi alat pembenaran proyek bermasalah.

“Kami nyatakan mosi tidak percaya kepada para akademisi dalam tim ini. Mereka telah melakukan kejahatan intelektual,” ujar Gres.

Nama-nama akademisi yang dikritik Walhi antara lain: Philiphi de Rozari, I Gusti Made Ngurah Budiana, Chris Oiladang, dan Petrus Kase dari Undana Kupang, Rafael Octavianus Byre dari Unflor Ende, serta Pri Utami dari UGM Yogyakarta.

Gres menyebut beberapa dari mereka sejak awal sudah menyatakan dukungan terhadap proyek geothermal tanpa memperhatikan kondisi sosial-ekologis di lapangan.

Dalam rakor tersebut, kata dia, Gubernur NTT Melkiades Laka Lena mengatakan pembentukan Satgas merupakan bentuk komitmen untuk memastikan aspirasi masyarakat terdengar secara berimbang.

“Kami ingin memastikan seluruh aspirasi menjadi informasi yang seimbang,” kata Melki, sebagaimana diungkapkan Gres.

Namun, ia menilai pernyataan tersebut hanya retorika. “Pernyataan Gubernur tidak tercermin dalam proses di lapangan. Yang terjadi justru sebaliknya. Tim hanya mendengarkan kelompok pro dan menyingkirkan suara-suara kritis,” tegas Gres.

Desakan Penutupan Proyek

Merespons situasi tersebut, Walhi menyatakan sikap tegas: pertama, menolak seluruh hasil uji petik Satgas yang dianggap tidak ilmiah dan penuh konflik kepentingan.

Kedua, mendesak Gubernur NTT untuk menghentikan seluruh proyek geotermal di Pulau Flores dan Lembata.

Ketiga, meminta pertanggungjawaban PLN atas kerusakan lingkungan, gangguan kesehatan, dan konflik sosial di daerah operasi.

Keempat, mengkritisi usulan relokasi warga terdampak sebagai solusi semu yang tidak menyelesaikan persoalan akar.

Kelima, menilai Satgas telah mengabaikan suara kelompok rentan — terutama perempuan, anak-anak, dan komunitas adat.

Keenam, menegaskan bahwa masa depan Flores dan Lembata tidak boleh ditentukan oleh tim yang diragukan integritas dan independensinya.

“Geotermal di Flores dan Lembata bukan solusi transisi energi jika prosesnya cacat, merusak, dan mengorbankan rakyat. Ini bentuk kolonialisme energi yang harus dihentikan,” pungkas Gres.

JHL Gandeng Undana dan Unipa Cetak Seribu Sarjana Pertanian

Kupang, Ekorantt.com – Universitas Nusa Cendana (Undana) dan Universitas Papua (Unipa) resmi menjalin kerja sama dengan Yayasan JHL Merah Putih Kasih dalam program beasiswa “1000 Sarjana JHL Merah Putih”, sebagai bentuk dukungan konkret terhadap pembangunan sektor pertanian dan kemandirian pangan di Indonesia.

Dalam seremoni penandatanganan kerja sama, Rektor Undana, Maxs U. E. Sanam menyampaikan rasa syukurnya atas terwujudnya kolaborasi ini.

“Ini merupakan suatu kehormatan besar bagi Undana. Kami menerima uluran kasih yang luar biasa dari Yayasan JHL Merah Putih Kasih,” ujar Prof. Maxs.

Ia menambahkan, Undana memiliki lebih dari 32 ribu mahasiswa, dengan sekitar 35–38 persen berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang memiliki 20 program studi.

Undana juga tercatat sebagai salah satu dari delapan universitas penerima terbanyak program KIP Kuliah di Indonesia, sehingga kehadiran beasiswa JHL Merah Putih Kasih menjadi tambahan penting untuk mendukung mahasiswa yang kurang mampu.

Senada dengan itu, Rektor Unipa, Jonas Gobang, juga mengapresiasi dukungan Yayasan JHL Merah Putih Kasih.

Ia menilai beasiswa ini tak hanya meringankan beban biaya kuliah, tetapi juga memotivasi mahasiswa untuk terlibat langsung dalam praktik lapangan.

“Beasiswa ini bukan sekadar bantuan dana, tetapi wujud nyata kasih bagi mahasiswa agar mereka bisa berkontribusi di masyarakat,” kata Jonas.

Ia menjelaskan, para penerima beasiswa di Unipa telah sejak awal terlibat dalam praktik pertanian dan program makan bergizi gratis yang memungkinkan mahasiswa belajar sambil bekerja dan memberi manfaat langsung ke masyarakat.

Potensi Pertanian Indonesia Harus Dimaksimalkan

Ketua Dewan Pembina Yayasan JHL Merah Putih Kasih, Jerry Hermawan Lo menyampaikan kebahagiaannya dapat menjalin kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi di wilayah timur Indonesia.

Ia menegaskan, program “1000 Sarjana JHL Merah Putih” merupakan bentuk kontribusi konkret yayasan dalam mencetak generasi unggul di bidang pertanian dan peternakan.

“Saya sangat senang bisa hadir dan mendengar langsung masukan dari para pimpinan kampus. Kami masih akan mengunjungi beberapa kampus lainnya untuk memperluas program ini,” ujarnya.

Jerry menekankan pentingnya memanfaatkan potensi alam dan sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia.

“Negara lain ada yang tidak pernah melihat matahari atau hanya punya musim dingin. Indonesia punya segalanya, tinggal bagaimana kita mengelola dan memanfaatkannya,” tegasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya sistem pertanian yang logis, terukur, dan kompetitif secara global.

Dalam konteks ini, kolaborasi antara sektor swasta dan pendidikan tinggi menjadi sangat penting, mengingat keterbatasan APBD dalam menjawab semua kebutuhan masyarakat.

Menurut Jerry, keunggulan bidang pertanian adalah kemampuannya untuk langsung diterapkan bahkan sebelum mahasiswa lulus kuliah.

“Kenapa saya pilih pertanian, bukan kedokteran? Karena mahasiswa pertanian bisa praktik langsung, bahkan sebelum lulus. Mereka bisa mulai mengelola lahan dan memberikan nilai tambah sejak dini,” jelasnya.

Hingga saat ini, lebih dari 800 mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia telah menerima beasiswa ini, termasuk dari Universitas Lampung (Unila), Universitas Sumatera Utara (USU), IPB University, Universitas Riau, Universitas Jambi, Universitas Tirtayasa, dan Sekolah Tinggi Pertanian dan Kewirausahaan (STPK) Banau.

Dengan penambahan 80 mahasiswa dari Undana dan 20 dari Unipa sebagai penerima beasiswa, Yayasan JHL Merah Putih Kasih semakin mendekati target mencetak 1.000 sarjana pertanian dalam lima tahun.

Direktur Program Beasiswa JHL Foundation Merah Putih Kasih, Johan Sembiring menyampaikan gagasan Jerry Hermawan Lo untuk mencetak 1.000 sarjana pertanian hampir rampung.

“Saat ini sudah lebih dari 800 beasiswa diberikan. Tinggal dua atau tiga kampus lagi, program ini akan selesai sesuai target,” ujarnya.

Johan menambahkan, beasiswa ini meliputi pembiayaan penuh Uang Kuliah Tunggal (UKT) hingga biaya hidup mahasiswa sampai lulus, sebagai bentuk nyata komitmen yayasan untuk membangun kualitas sumber daya manusia Indonesia, khususnya di sektor pertanian.

Jerry menutup dengan menyampaikan visinya bahwa Indonesia memiliki lima faktor kunci untuk kemajuan pertanian: sumber daya alam yang melimpah, infrastruktur memadai, kepastian hukum, kualitas SDM, dan keberadaan investor.

“Tujuan saya hanya satu, membangun negeri ini dengan menyiapkan generasi muda yang bisa membawa pertanian Indonesia lebih maju,” pungkasnya.

Pemkab Ende Alokasikan Rp1 Miliar untuk Bangun Jembatan Aeteka Nangapanda

0

Ende, Ekorantt.com – Pemerintah Kabupaten Ende mengalokasikan anggaran sebesar Rp1 miliar untuk pembangunan jembatan Aeteka di Desa Ondorea, Kecamatan Nangapanda, yang jebol akibat diterjang banjir pada tahun 2024 lalu.

“Sudah kita anggarkan sebesar Rp1 miliar. Segera mungkin akan kita bangun Agustus ini,” kata Bupati Ende, Yosef Benediktus Badeoda saat acara serah terima barang milik negara (BMN) ruas jalan Puukungu-Maukaro dari Satker PJN Wilayah IV NTT kepada Pemkab Ende di Desa Tiwerea pada Jumat, 4 Juli 2025.

Selain pembangunan jembatan, anggaran tersebut juga akan dialokasikan untuk perbaikan ruas jalan Puukungu-Orakose-Maukaro yang sudah mengalami kerusakan parah.

“Kita anggarkan untuk pembuatan deker di bawah dan juga perbaikan lubang-lubang yang ada di situ,” kata dia.

Yosef menuturkan bahwa pemerintah berkomitmen untuk memperbaiki ruas jalan itu mengingat perannya yang sangat vital bagi akses transportasi masyarakat.

“Apabila mereka mau ke Maukaro bisa lewat sini kalau jalannya bagus bisa cepat sampai,” ungkapnya.

Ia meminta dukungan dari pemerintah desa dan juga masyarakat untuk menjaga dan merawat ruas jalan tersebut.

“Bapak camat, bapak desa tolong ingatkan warga supaya bisa bagaimana untuk menjaga dan merawat ruas jalan dengan baik,” kata Yosef.

“Kalau kita mau agar jalan kita bisa terawat dengan baik dan bisa bertahan lama jadi kita semua bertanggung jawab untuk pemeliharaan,” tambahnya.

Kepala Desa Tiwerea, Vinsensius Sambi, mengatakan pembangunan jembatan Aeteka sangat dirindukan masyarakat, terutama warga di wilayah Tanarea.

“Terima kasih banyak Bupati Ende Bapak Yosef Benediktus Badeoda bersama wakil bupati Ende yang sudah menganggarkan biaya untuk pembangunan jembatan Aeteka,” kata Vinsensius.

Jembatan tersebut menghubungkan tujuh wilayah desa yakni Desa Ondorea, Tiwerea, Timbazia, Tendarea, Mbobhenga, Tendambepa, dan Desa Malawaru menuju Kecamatan Maukaro.

Vinsensius mengaku beberapa kali akses masyarakat terganggu pasca ambruknya jembatan Aeteka.

Warga Maukaro terpaksa mengalihkan perjalanan melewati Kabupaten Nagekeo saat hendak bepergian ke kota Ende. Pembangunan jembatan akan membuat aktivitas masyarakat kembali normal, kata Vinsensius.

Kopdit Pintu Air Lakukan Promosi dan Mutasi Staf Dukung Pencapaian Target

Makassar, Ekorantt.com – Kopdit Pintu Air baru saja melaksanakan promosi dan mutasi sejumlah staf manajemen di luar wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan kepada para anggota, serta mendukung pencapaian target yang telah ditetapkan oleh kantor pusat.

Keputusan mutasi dan promosi ini tercantum dalam Keputusan Nomor: 17-KSP, KPA/MNJ/OPS/SDM-PERS/VI/2025, yang ditandatangani oleh General Manager KSP Kopdit Pintu Air, Gabriel Pito Sorowutun.

Lima cabang yang mengalami mutasi dan promosi staf yakni Cabang Akareso Makassar, Cabang Sidoarjo, Cabang Sangata, Kantor Cabang Pembantu Manado, dan Kantor Cabang Pembantu Jogja.

Gabriel menjelaskan, promosi dan mutasi bertujuan untuk memberikan penyegaran bagi para staf sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kepada anggota. Melalui langkah ini, diharapkan dapat mempercepat pencapaian kinerja yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh kantor pusat.

Dalam acara serah terima jabatan Manajer Cabang Akareso Makassar, yang berlangsung di Aula Kantor Cabang Makassar pada hari Jumat, 4 Juli 2024, Gabriel menyampaikan harapannya agar seluruh staf manajemen terus memberikan pelayanan terbaik.

Ia meminta para staf untuk terus belajar dan beradaptasi guna mencapai prestasi terbaik dalam setiap penugasan yang diberikan.

“Saya berharap semua staf di masing-masing cabang untuk terus belajar dan memperbaiki diri dalam menemukan cara-cara terbaik untuk perbaikan prestasi. Jadilah pelayan yang loyal terhadap setiap penugasan yang dipercayakan. Hanya melalui cara itu lembaga akan memperoleh dampak positif yang maksimal,” ujar Gabriel.

Dalam serah terima jabatan tersebut, Yohanes Viktor Edison dilantik sebagai Manajer Cabang Akkareso menggantikan Ruchaya A. Roja, yang kini mengemban tugas baru sebagai Manajer Cabang Kopdit Pintu Air Aimere, Kabupaten Ngada.

Acara tersebut turut dihadiri oleh Kepala Bidang Humas dan Legal, Vikrimus S.M Balpar, Pelaksana Tugas (Plt) Internal Audit, Pascalia Du’a Wejor, serta Yulianto Valentino Moan Dereng sebagai Paralegal KSP Kopdit Pintu Air Rotat.

Kopdit Pintu Air Bakal Dampingi Tiga Koperasi Merah Putih di Sikka

Maumere, Ekorantt.com – KSP Kopdit Pintu Air bakal mendampingi tiga Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) di Kabupaten Sikka, Provinsi NTT.

Ketua Pengurus KSP Kopdit Pintu Air, Yakobus Jano, menyebutkan ketiga KDMP tersebut berada di Desa Ladogahar, Desa Wuliwutik, dan Desa Nitakloang di Kecamatan Nita.

Jano menyampaikan hal ini di ruang kerjanya seusai misa Jumat pertama di Kantor Pusat Kopdit Pintu Air, Dusun Rotat, Desa Ladogahar, Nita, Jumat, 4 Juli 2025.

“Kami belum tahu persis bagaimana skema kerja sama akan dilakukan. Namun, sebagai sebuah lembaga yang telah berkembang begini besar tentu mempunyai SDM yang siap untuk bagikan,” kata Jano.

Ia menjelaskan, Kopdit Pintu Air diminta untuk mendukung program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto melalui Kementerian Koperasi dan UKM.

Dalam pertemuan bersama Kementerian Koperasi dan UKM di Jakarta pada Senin, 30 Juni 2025 lalu, pemerintah meminta keterlibatan koperasi besar se-Indonesia dalam hal pendampingan dan pembiayaan.

Kopdit Pintu Air mengutus Ketua Komite Kantor Cabang Persiapan Kampung Sawah, Jakarta, Emanuel Migo ikut dalam pertemuan itu.

Yakobus berharap ada pertemuan lanjutan pra pelaksana agar diseminasi informasi serta mekanisme penerapannya dapat dilaksanakan tanpa ada hambatan yang berarti.

Sebab, bila terjadi masalah, tentu akan berakibat buruk bukan hanya bagi koperasi desa tetapi juga berimbas pada Kopdit Pintu Air, kata Jano.

Emanuel Migo ketika dihubungi melalui sambungan telepon mengatakan rapat bersama Kementerian Koperasi dan UKM membahas tentang metode pembiayaan KDMP dengan dukungan dari KSP.

Emanuel menyebutkan ada empat lembaga keuangan yang direkomendasikan untuk membantu pembiayaan dan pendampingan yakni KSP, Bank Himbara, Bank Pembangunan Daerah, dan LPDP.

“Kita dari koperasi diminta untuk memilih tiga sampai lima desa sebagai desa dampingan. Kita juga sudah tentukan Desa Ladogahar, Desa Wuliwutik, dan Desa Nitakloang sebagai desa dampingan dan dibiayai,” tutur Emanuel.

Mekanisme pemberian dana dari KSP bermula dari proposal yang diajukan oleh pengurus KDMP. Selanjutnya, manajemen KSP memverifikasi isi dan nilai pagu dana yang diajukan.

Atas pertimbangan tertentu, KSP baru dapat mengucurkan sejumlah dana kepada koperasi merah putih. Tentunya didahului melalui mekanisme penandatanganan perjanjian, kata Emanuel.