Pendidikan Inklusif Basmi Diskriminasi

Bajawa, Ekorantt.com – Pemerintah kabupaten Ngada bertekad untuk memperkuat pendidikan inklusif. Untuk itu sejumlah langkah dilakukan untuk menyukseskannya.

Salah satunya adalah kegiatan ‘Sosialisasi dan Workshop Bimbingan Teknis Penguatan Kapasitas Guru Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif’ yang berlangsung selama 3 hari (6-8 Februari 2019) di SDK Naru, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada.

Dalam pemamparan materi tentang ‘Konsep Dasar Pendidikan Inklusif, Kepala Subdit Kurikulum Direktorat PPKLK Kemendikbud RI , Tita Srihayati menjelaskan bahwa pendidikan inklusif identik dengan keterbukaan, persamaan hak dan kebebasan dalam dunia pendidikan.

Tidak boleh ada lembaga yang menghidupi sikap diskriminasi, tidak ramah anak, pendidikan ekstrim berdasar pada identitas atau golongan tertentu.

“Pendidikan inklusif tidak identik dengan murid yang lemah dan cacat tapi lebih kepada pendidikan yang membuka untuk semua anak. Hindari adanya lembaga yang hanya terima murid pintar, kaya atau berdasarkan status, hindari pula menamakan diri sekolah favorit lalu mengabaikan nilai kemanusiaan,” tegas Srihayati.

“Sebab lembaga pendidikan dibangun bukan untuk mengkotak-kotakan. Melainkan untuk menjadi rahim semua anak tanpa ada pengecualian,” tambah Srihayati .

Menurutnya, sekolah-sekolah yang sudah ditentukan menjadi sekolah inklusif, harus membuka diri.

Anak yang lemah sekalipun harus diterima karena ada kemudahan aturan bagi-bagi anak-anak itu.

“Mereka tetap diperlakukan sebagaimana anak yang lainya. Di hadapan pendidikan semua anak itu sama martabatnya,” imbuhnya

Sementara itu, Kadis Pendidikan Kabupaten Ngada, Sensi Milo mengatakan, Ngada sebagai salah satu kabupaten yang sudah menjalankan pendidikan inklusif perlu berbangga karena memiliki para pendidik yang andal dan sabar dalam mendidik anak-anak.

Sebuah peradaban maju bisa terjadi jika pendidikannya berjalan baik. Pendidikan adalah senjata utama menuju peradaban itu sendiri.

Oleh karena itu, guru harus tetap belajar tanpa henti, penuh kreativitas dan inovatif.

“Pendidikan bisa maju dan peradaban bisa digapai jika guru selalu menjadi sutradara dalam kelas. Menciptakan strategi inovatif, membiarkan anak berkreasi dan akhirnya guru harus menyimpulkan hasil kreasi itu,” jelas Kadis Milo.

“Yang selanjutnya memampukan anak untuk menemukan jati dirinya, potensinya dan skillnya. Dan semua anak tanpa pengecualian harus disentuh oleh guru,” tambahnya.

Selaku ketua panitia Bapak Martinus Seo, menyampaikan , pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang diberikan kepada anak yang mempunyai hambatan antara lain: hambatan pendengaran, penglihatan, bicara, ekonomi, topografi, fisik, dan hambatan mental.

Bahwa pendidikan inklusif seyogianya bukan diletakkan pada perbedaan. Lebih daripada itu, sebagai wadah untuk mendidik semua anak bangsa. Dan semua anak bangsa berhak mendapatkan pendidikan itu.

“Jadi bagi guru, harus ada penguatan kapasitasnya. Dan semua anak baik yang memiliki kebutuhan khusus ataupun normal adalah sama-sama memiliki hak untuk dididik dengan penuh cinta dan pendidikan yang layak. Ini adalah sebuah keniscayaan,” kata Martinus.

Untuk diketahui, kegiatan ini dihadiri guru-guru sekolah tingkat SD-SMA se-Kabupaten Ngada yang sudah ditentukan pemerintah dan sudah melaksanakan pendidikan inklusif sejak tahun 2012. Ada 35 peserta yang diutus dari masing-masing sekolah.

Boy Zanda

TERKINI
BACA JUGA