Maumere, Ekorantt.com – Sabtu, 23 Maret 2019. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam lebih dari Kota Maumere, kami sampai di depan SMP Negeri 3 Waigete, di Dusun Klahit, Desa Watudiran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka.
Pertama kali melihatnya, hati terenyuh.
Gedung sekolah yang menghadap ke jalan itu mirip gubuk reot.
Bangunannya hampir ambruk. Atap alang-alangnya menganga, menghadap langit.
Beberapa tiang penopang atap sudah patah, dibiarkan begitu saja. Miris memang.
Pertengahan Februari 2019 lalu bangunan ini diterjang angin.
Akibatnya tiga ruangan rusak berat.
Dua ruangan kelas. Dan satunya lagi ruangan untuk para guru.
Kepala Sekolah SMP Negeri 3, Hendrikus Seda mengatakan, pihaknya sudah membuat laporan kerusakan.
Laporan itu dikirim ke Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (PKO) Sikka, BPBD Sikka, DPRD Sikka, serta Dinas Sosial Sikka.
Namun tanggapan tidak muncul.
Bahkan, pemerintah belum melihat kondisi gedungnya.
Selang sebulan, angin kencang sekali kali menghantam bangunan tersebut.
Tiga ruangan tersebut pun nyaris ambruk. Bangunan tersebut tak lagi dipakai.
Akibatnya kegiatan belajar mengajar terhambat.
Untungnya ada satu bangunan di belakangnya. Di situ ada dua ruangan kelas. Suasana akademik sangat terasa.
Guru dan para siswa lagi serius melakukan kegiatan belajar mengajar.
Mereka agak kaget ketika kami datang. “Siapa yang datang?” Enjel, siswi kelas 7 bertanya.
Ketika menengok ke dalam, ruangannya sangat sempit.
Tak ada lorong di bagian tengah. Lantainya masih pakai tanah dan berdinding pelepuh bambu.
Murid-murid berdesak mengisi ruangan sempit tersebut.
Seorang ibu guru nampak antusias memberikan pelajaran pagi itu.
Begitu juga dengan para siswa yang hari itu mengenakan pakaian pramuka serius mendengarkan materi pelajaran dari ibu guru.
“Jika sebelumnya, kelas 7 dan 8 masing-masing memiliki dua ruangan kelas. Tapi setelah tiga ruangan rusak, aktivitas belajar mengajar digabungkan. Ada 36 siswa kelas 7. Sedangkan siswa kelas 8 yang berjumlah 40 orang,” kata Kepsek Hendrikus yang sibuk memantau dari luar kelas.
Di sebelah gedung tersebut, bangunan WC sudah rubuh.
Isi dalam WC berupa kloset pink menampakkan diri. Bangunan ini juga rubuh akibat angin kencang yang menerjang.
Entah kemana mereka harus buang hajat.
Rupanya, mereka meminta izin di rumah warga yang dekat dengan sekolah.
Lebih lanjut, Hendrikus menuturkan, SMP Negeri 3 sudah bediri sejak tahun 2017.
Masyarakat berswadaya membangunnya.
Tiga ruangan yang sudah ambruk dibangun pada tahun awal.
Lanjutnya, gedung dengan dua ruangan di bagian belakang dibangun pada tahun 2018.
Namun belum ada sentuhan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Sikka.
Hendrikus mengungkapkan, sekolah ini didirikan agar anak-anak bisa bersekolah di SMP yang jaraknya lebih dekat.
Memang kondisinya darurat karena hasil swadaya masyarakat.
Pembangunan gedungnya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masyarakat setempat.
“Lihat saja, atapnya masing alang-alang, dindingnya masih dari belahan bambu, dan berlantai tanah. Kalau hujan, air masuk melalui atap dinding. Terpaksa kalau hujan, pelajaran dihentikan dan kami lari ke rumah warga yang terdekat,” ujar Hendrikus.
Kondisi dua gedung ini jauh dari ideal.
Selain bangunan, fasilitas penunjangnya juga belum memadai.
Meja dibuat seadanya, berbentuk persegi panjang, dan ditempati oleh 6 siswa per mejanya.
Kursinya menggunakan kursi plastik.
Papan tulis terbuat dari tripleks bekas.
Tidak ada rak buku dalam ruangan kelas.
“Kami di sini, untuk beli kapur tulis saja orang tua murid yang tanggung. Kami juga biasa minta kapur tulis di sekolah terdekat. Kalau tidak, ya, di dalam kelas tidak tahu mau buat apa. Apalagi mau beli buku pelajaran,” lanjut Hendrikus.
Dalam keadaan seperti itu, Hendrikus mengharapkan bantuan pemerintah untuk membangun kembali ruang kelas SMP Negeri 3 Waigete.
Dengan begitu, kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan aman dan nyaman.
Terlebih sekolah ini berstatus sekolah negeri dan menuntut perhatian pemerintah.
“Menurut informasi, tiga ruangan akan dibangun tahun ini. Selain itu juga, katanya ada dana untuk pengadaan mebel seperti kursi dan meja di setiap ruang kelas tersebut,” ujarnya.
Hal senada diakui ketua komite SMP Negeri 3 Waigete, Barnabas Kornelis.
Maju mundurnya SMP Negeri 3 Waigete selama ini sangat bergantung pada swadaya murni masyarakat.
Pihaknya kewalahan ketika gedung sekolah rusak berat sebab dana sangat terbatas.
Kornelis berharap Pemerintah Kabupaten Sikka tanggap dengan kondisi yang dihadapi oleh pihak SMP Negeri 3 Waigete.
Pemerintah diminta untuk memperbaiki gedung sekolah dan menyiapkan fasilitas yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
“Semoga permintaan kami dipenuhi dan pemerintah bisa memperbaiki sekolah ini secepat mungkin. Dengan itu, kegiatan di sekolah dapat berjalan lancar baik dari sisi siswanya maupun gurunya,” harap Kornelis.
Berdasarkan informasi yang diperoleh itu, Ekora NTT mengecek informasi mengenai proyek pembangunan ruang kelas baru bagi SMP Negeri 3 Waigete.
Ekora NTT membuka website Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Sikka, Senin (1/4) sore.
Namun belum ada item pengadaan untuk proyek ruang kelas bagi SMP Negeri 3 Maumere.
Informasi yang diperoleh Ekora NTT, hingga saat ini Dinas PKO Kabupaten Sikka belum memasukkan dokumen perencanaan untuk segera dilelang secara on line oleh bagian LPSE Kabupaten Sikka.