Pada Minggu, 25 November 2017, senyum Bupati Sikka Periode 2013-2018 Yoseph Ansar Rera merekah.
Di bawah sorotan kamera Metro TV, Panitia Anugerah Pesona Indonesia (API) 2017 mengumumkan, Teluk Maumere raih juara I kategori destinasi menyelam terpopuler di Indonesia.
Teluk Maumere gondol piala API 2017 sebagai objek wisata terbaik bersama dengan dua destinasi wisata di NTT lainnya, yaitu Ile Batutara di Lembata dan Pantai Tarimbang di Sumba Timur.
Ini adalah kali kedua NTT raih juara setelah sebelumnya pada ajang API 2016 lalu sumbang 6 destinasi wisata terpopuler, yaitu Pasola, Pantai Nihiwatu, Pantai Nembrala, Situs Bung Karno, Danau Kelimutu, dan Taman Laut di Alor.
Teluk Maumere terpilih jadi juara karena dinilai punya taman bawah laut yang indah. Keindahannya sudah dibuktikan dalam Festival Foto Bawah Laut bertaraf internasional yang digelar beberapa waktu lalu.
Taman bawah laut itu tersembunyi di balik 10 Pulau Harapan atau The Hoping Island di Teluk Maumere, yaitu Pulau Pangabatang, Pulau Babi, Pulau Parumaan, Pulau Dambila, Pulau Kondo, Pulau Kojadoi, Pulau Besar, Pulau Kambing, Pulau Pemana, dan Pulau Sukun.
10 Pulau Harapan itu adalah bonus permainya Teluk Maumere. Sebelum menyelam di bawah taman laut, wisatawan akan terlebih dahulu dimanjakan dengan panorama pulau-pulau yang indah.
Di balik kepopuleran Teluk Maumere, sebenarnya tersimpan cerita kelam masa lalu. Pada 12 Desember 1992, sekitar pukul 13.29 WITA, gempa bumi berkekuatan 7,8 skala Richter mengguncang Maumere. Tsunami hebat tak terelakkan.
Ribuan jiwa melayang. Ribuan lainnya mengungsi. Ratusan orang menghilang. Ratusan lainnya menderita luka-luka.
Kuburan massal korban gempa dan tsunami membujur antara lain di Pulau Babi dan di Pulau Pangabatang.
Gugusan pulau di Teluk Maumere adalah salah satu wilayah yang terkena hantaman tsunami paling parah.
Jadi, pengembangan Teluk Maumere sebagai destinasi wisata unggulan Nian Tana Sikka mesti selalu dibarengi dengan doa yang tak pernah boleh tuntas bagi para korban dan penghormatan yang tak pernah boleh lekang bagi pantai, pulau, dan laut di sana.
Sesudah 27 tahun gempa-tsunami dan 2 tahun penghargaan API, bagaimana wajah Teluk Maumere sekarang? Bagaimana menjaga API tetap menyala di Teluk Maumere?
Inilah pertanyaan yang menggelayut di benak setiap insan yang peduli pada perkembangan pariwisata di Nian Tana Sikka.
Tidak terkecuali Komunitas Megu Moong Nian Tana.
Koordinator Megu Moong Nian Tana Elisia Digma Dari kepada Ekora NTT di Kedai Kopi Kampung Asli Maumere “Mokbelk”, Minggu, 7 Juli 2019 bercerita, awalnya, komunitas ini terbentuk pada sekitar dua tahun lalu.
Saat itu, di bulan Januari 2018, mereka membentuk kelompok arisan.
Jumlah mereka 12 orang dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda, tetapi masih tetap bersentuhan dengan dunia pariwisata.
Kelompok arisan ini menjadi wadah bagi mereka untuk berdiskusi dan menelurkan ide tentang pariwasata.
Salah satu isu yang menjadi keprihatinan komunitas saat itu adalah tercecernya para wisatawan mancanegara dan lokal di setiap sudut Kota Maumere.
Para wisatawan tersebut sama sekali tidak diorganisasi dengan baik.
Para wisatawan lebih banyak menjadikan Maumere sebagai tempat transit sehari sebelum melakukan penerbangan keesokan harinya.
Pariwisata di Nian Tana tak sempat dieksplorasi oleh mereka.
Komunitas kemudian memikirkan cara mengorganisasi para wisatawan ini agar lebih nyaman berwisata di Nian Tana.
Biarlah mereka lebih lama mencumbu alam Nian Tana. Lalu, muncullah ide untuk melakukan trip khusus Maumere dan mengeksplorasi berbagai potensi pariwisata di Kabupaten Sikka.
Ide awal di atas kemudian diejahwantahkan ke dalam tiga program unggulan komunitas, yaitu pertama, jelajah Hoping Island di perairan Teluk Maumere, kedua, Tenun Ikat Exclusion yang dikombinasikan dengan proses penyulingan arak, dan ketiga, mendaki atau tracking Gunung Egon.
Tiga program unggulan di atas dilakukan dengan alokasi waktu minimal satu-satu hari.
“Kebanyakan tamu hanya untuk transit. Tunggu penerbangan besok. Hanya buat khusus bagi tamu yang punya satu dua hari di Maumere. Itu yang kami ambil,” ungkap Elis, demikian wanita paruh baya ini biasa disapa.
Menurut Elis, hanya ada satu mimpi dan tujuan Komunitas Megu Moong Nian Tana yaitu membantu Pemda Sikka mempromosikan dan membawa keluar semua potensi pariwisata di Kabupaten Sikka.
Semua potensi pariwisata tersebut perlu dipromosikan karena pariwisata mampu menyerap tenaga kerja.
Dia membayangkan, seandainya jelajah Hoping Island di Teluk Maumere bisa berjalan secara reguler, maka akan ada banyak guide, pemilik boat, nelayan, dan masyarakat lainnya yang kecipratan rezeki.
Tentu saja semuanya itu bisa digapai kalau pariwisata dikelola secara kreatif dan tetap.
Apa sesungguhnya daya dorong komunitas ini?
Elish mengakui, para anggota Komunitas Megu Moong Nian Tana sesungguhnya merasa terlecut dan tertantang dengan status Teluk Maumere sebagai pejuara I API 2017 kategori destinasi menyelam terpopuler di Indonesia.
Mereka mau, API di Teluk Maumere itu tetap menyala. (Bersambung…)