PSSI Angkat Tangan, PSN Ngada: Sepakbola Indonesia Takkan Berprestasi Selagi Sepakbola Timur Indonesia Didiskriminasi

Jakarta, Ekorantt.com – Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Itulah peribahasa yang tepat untuk nasib Laskar Jaramasi dalam laga sepakbola di Liga 3 Nasional musim ini.

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) sudah angkat tangan alias tidak bisa membantu Persekutuan Sepakbola Ngada (PSN) Ngada dalam kisruh dugaan mafia sepakbola di Liga 3 Nasional 2019 di Gresik, Jawa Timur.

Terhadap putusan PSSI, Manager PSN Ngada Ferdy Burah kepada Ekorantt.com, Rabu (18/12/2019) menyampaikan enam (6) poin tanggapan sebagai berikut.

  1. Meskipun KITA INDONESIA, Kita tidak akan pernah berhasil  bila berjuang tanpa uang, uang, dan uang.
  2. Meskipun KITA INDONESIA, Kita tidak akan pernah berhasil membangun sepak bola berprestasi dengan melibatkan orang-orang yang tidak punya hati karena orang yang punya hati yang jujur mengatakan salah untuk yang salah dan benar untuk yang benar.
  3. Meskipun KITA INDONESIA, kita tidak akan pernah berhasil membangun sepakbola berprestasi dengan tidak jujur mengakui  kesalahan.
  4. Meskipun KITA INDONESIA, kita tidak akan pernah berhasil membangun sepakbola berprestasi kalau yang gatal di kaki yang digaruk kepala, masalahnya lain yang diselesaikan lain.
  5. Kita INDONESIA, bisa membangun sepakbola berprestasi hanya dengan jujur bukan pintar
  6. Kita INDONESIA hanya bisa berprestasi di sepakbola apabila klub klub sepakbola dari Timur Indonesia tidak lagi dizolimi dan diperlakukan dengan adil.

Diberitakan sebelumnya, Laskar Jaramasi batal lolos ke Babak 16 Besar Liga 3 Nasional karena terkena sanksi pelanggaran Kode Disiplin dan Regulasi Liga 3 Nasional oleh Panitia Disiplin (Pandis) Asosiasi PSSI Provinsi Jawa Timur, Senin (16/12/2019).

Dalam sebuah surat yang ditandatangani Ketua Panitia Disiplin Hasdiansyah di Gresik, 16 Desember 2019, Pandis Asprov Jawa Timur menyampaikan lima (5) keputusan sebagai berikut.

iklan
  1. Menyatakan Tim PSN Ngada telah melakukan pelanggaran Kode Disiplin dan Regulasi Liga 3 dengan memainkan pemain tidak sah di dalam pertandingan;
  2. Menghukum Tim PSN Ngada dengan kalah 3 – 0 dari Tim Putra Sinar Giri pada pertandingan tersebut dan dikenakan sanksi denda sebesar Rp30.000.000,00 – (tiga puluh juta rupiah);
  3. Menghukum Tim PSN Ngada dengan sanksi pengurangan 3 (tiga) poin (forfeit);
  4. Pengulangan terhadap pelanggaran tersebut di atas akan berakibat terhadap hukuman yang lebih berat;
  5. Memerintahkan Tim PSN Ngada untuk tunduk dan patuh pada keputusan ini.

Pandis juga menyatakan bahwa terhadap putusan ini, PSN Ngada tidak dapat mengajukan banding sesuai dengan Pasal 119 Kode Disiplin PSSI tahun 2018.

Surat Pandis dialamatkan juga kepada PSSI, Asosiasi PSSI Provinsi Jawa Timur, Klub Liga 3 Babak 32 Besar Grup F, dan PSN Ngada sendiri.

Untuk diketahui, PSN Ngada bersama dengan tuan rumah Putra Sinar Giri (PSG) Gresik adalah pemuncak klasemen akhir Gruf F Babak 32 Besar Liga 3 Nasional dengan poin 5 dan jumlah gol yang sama. Akan tetapi, usai di-sanksi Pandis Apsprov Jawa Timur karena dinilai memainkan pemain ilegal Kiken Wea dalam pertandingan versus PSG Gresik, PSN Ngada “dipaksa” menghuni posisi dasar atau paling bawah klasemen akhir dengan poin 1. Selain dibatalkan lolos, tim sepakbola dari Timur Indonesia itu dihukum membayar denda sebesar Rp30 Juta. PSIL Lumajang pun menggantikan posisi PSN Ngada mendampingi PSG Gresik berlaga di babak 16 besar.

Sedu-sedan para pemain PSN Ngada, yang rata-rata berusia awal 20 tahun, di ruang ganti menunjukkan kebenaran peribahasa di awal berita di atas. Air mata mereka adalah perlawanan tanpa kata terhadap para terduga mafia sepakbola di tanah air.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA