Simpang Siur Informasi Corona

Telat, tidak terkoordinasi, dan tidak terintegrasinya kebijakan publik mitigasi dan penanggulangan virus corona Pemerintah Indonesia telah melahirkan persoalan-persoalan teknis turunan di daerah. Salah satu persoalan teknis itu adalah kocar-kacirnya komunikasi bencana corona kepada publik. Kesan yang kemudian muncul di Publik adalah Pemerintah seolah tidak profesional menyampaikan informasi dan komunikasi bencana kepada masyarakat.

Pada kasus tertentu, kekeliruan istilah dalam komunikasi bencana dapat mengancam nyawa rakyat. Di Kabupaten Sikka, beberapa penumpang KM Lambelu nekat terjun bebas ke laut lepas karena informasi yang tidak jelas dari Pemda Sikka.

Ketidakprofesionalan pemerintah dalam melakukan komunikasi bencana diperparah dengan kehadiran media kejar tayang, klik, dan share. Di satu sisi, kecepatan informasi menjadi salah satu tuntutan bisnis media daring. Sementara itu, di sisi lain, keakuratan atau ketepatan informasi merupakan salah satu kunci penting pencegahan dan penanganan bencana. Di antara pilihan atau cepat atau tepat, media cenderung memilih kecepatan demi akumulasi kapital.

Buruknya komunikasi bencana pemerintah plus minusnya media penganut ketepatan telah membikin rakyat panik dan bingung. Kondisi ini sangat ironis. Di satu sisi, para bupati di NTT melalui berbagai media selalu mengimbau masyarakat untuk tidak boleh panik. Namun, dalam kebijakan publiknya, Pemerintah malah menciptakan kepanikan dalam diri warga melalui komunikasi bencana yang amburadul.

Dalam situasi pandemic, rakyat membutuhkan informasi yang akurat dari pemerintah. Pada tataran lokal, Pemerintah mesti siapkan seorang juru bicara yang sanggup melakukan komunikasi bencana dengan cara yang mudah dipahami kepada masyarakat. Saluran informasi corona mesti satu pintu agar tidak terjadi simpang siur informasi di tengah masyarakat. Perlu dibangun media center Covid – 19 dengan seorang jubir profesional yang sanggup menyampaikan informasi publik tentang corona secara sederhana dan berkala kepada masyarakat. Jubir yang profesional adalah Jubir yang berbicara tentang bencana berdasarkan Sains.

Sementara itu, pada tataran global, perlu dibangun semacam kerja sama, koordinasi, dan solidaritas global yang melampaui sekat Negara bangsa. Sebab, pandemik dan berbagai persoalan global lainnya tak dapat diselesaikan dengan nasionalisme sempit yang mempersetankan internasionalisme. Sebaliknya, persoalan-persoalan global hanya dapat diatasi dengan kerja sama, koordinasi, dan solidaritas semua umat manusia di muka bumi ini. Sebab, pada dasarnya, kita sedang berada di dalam perahu yang sama. “We are all in the same boat now,” kata Slavoj Zizek.

Dengan demikian, agar bisa selamat, kita perlu “tandakurungkan” egoisme nasionalisme sempit dan mulai membangun kerja sama, koordinasi, dan solidaritas global dengan tuntunan Sains.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA