Kisah Warga ‘Kampung Usir’ di Sikka, Hidup Tanpa Listrik dan Sanitasi yang Layak

Maumere, Ekorantt.com‘Kampung Usir’, begitulah warga Urunpigang, Kelurahan Wailiti, Kecamatan Alok Barat menyebutnya. Tempat ini adalah bekas perkampungan Urunpigang yang ditinggalkan penghuni puluhan tahun silam dan kini memilih tinggal di sisi kiri dan kanan jalan menuju kampung.

Kini disebut ‘Kampung Usir’ dan hanya dihuni enam kepala keluarga. Mereka menggantungkan hidup dengan menjadi kuli dan bekerja di kebun, cungkil batu, memecah batu kelikir dan juga mencari kayu bakar untuk dijual.

Dari enam kepala keluarga yang mendiami kampung tersebut, lima kepala keluarga merupakan pendatang baru. Sementara Petrus Goleng (71) dan istrinya Theresia Leksi menempati pondok reyot di kampung ini sejak tahun 1979.

Pasutri ini memilih tetap tinggal di kampung ini ketika warga lainya memilih beralih ke kampung Urunpigang yang sekarang. Sudah empat puluh satu tahun, keduanya tinggal di rumah yang lebih layak disebut sebagai gubuk tua yang reyot.

Gubuk berukuran 2 x 3 meter, sungguh  tidak layak huni. Beratapkan seng bekas dan tiang pondok dari batang reo yang sudah lapuk. Dindingnya dari pelupuh yang sudah berlubang. Gubuk ini jauh dari kesan sebuah tempat tinggal.

iklan

“Jika musim hujan ada air tiris dari seng bekas yang sudah karat. Kami terima keadaan ini apa adanya hingga usia kami sudah tua ini,” ungkap Theresia Leksi ketika disambangi Ekora NTT pada Senin, 22 Juni 2020 di pondoknya.

Thres juga mengatakan suaminya hari itu sedang berangkat ke Wuring untuk menjual kacang tanah. Hasil jualan digunakan untuk membeli beras.

Pasutri ini memiliki 8 orang anak dan 7 anaknya kini telah merantau ke luar NTT.

Ketika ditanya tentang penerangan malam, Theresia mengatakan, ia dan suaminya sudah terbiasa dengan gelap. Sumber cahaya di malam hari adalah pelita.

Rensiana Bejo, anak kedua yang hari itu berkunjung ke pondok orang tuanya mengungkapkan, sejak dulu orang tuanya belum pernah mendapatkan bantuan.

“Kalau Kartu Sikka Sehat (KSS) barusan dapat beberapa waktu lalu tetapi untuk bantuan lain sejak dulu tidak pernah dapat,” ujar Rensiana.

Rensi menambahkan, warga dari ‘Kampung Usir’ juga belum memiliki saluran pipa air. Kesulitan air ini menyebabkan sanitasi untuk warga di kampung ini masih jauh dari standar kesehatan.

Resni pun mengharapkan, ada program bedah rumah dari Pemkab Sikka untuk orang tuannya yang saat ini bekerja hanya untuk makan saja.

“Bapa dan mama tidak bisa lagi mengharapkan bantuan anak-anaknya yang merantau karena kondisi kakak dan adik-adik yang merantau juga susah sekali Pak. Jadi kalau bisa ada program bedah rumah itu, rumah orang tua saya bisa menjadi perhatian,” ujar Rensi.

Yuven Fernandez

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA