Kisah Theresia: Setia Rawat Suami dan Anak yang Gangguan Jiwa

Borong, Ekorantt.com – Baru sekitar tiga tahun hidup berkeluarga, Theresia Wiwa langsung berhadapan dengan persoalan pelik. Suaminya, Stefanus Jehuman mengalami gangguan jiwa berat.

Awal mengalami sakit, Stefanus sering jalan-jalan di sekitar kampung. Dan, dalam beberapa kesempatan, ia melakukan tindakan kekerasan terhadap warga.

Karena perilakunya yang demikian, keluarga dan masyarakat terpaksa memasung Stefanus.

Kedua kakinya dipasung menggunakan balok kayu. Ia ditempatkan di rumah khusus di belakang rumah keluarga.

Stefanus mulai dipasung pada 1999. Saat itu, anak pertama sekaligus anak satu-satunya, Kleofas, baru berusia dua tahun.

Sejak Stefanus mulai sakit, Theresia berperan ganda dalam keluarga. Ia yang sebelumnya hanya bekerja mengurus rumah tangga, terpaksa harus membanting tulang, demi menafkahi keluarga itu.

“Saya kerja kebun dan sawah sendiri,” cerita Theresia di kediamannya di Rentung, Desa Benteng Riwu, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, pada Rabu pekan kemarin.

Di tengah situasi keluarga yang demikian, Theresia tidak menyerah. Ia terus berjuang membesarkan buah hatinya, sembari mencari pengobatan alternatif untuk menyembuhkan sakit yang diderita suaminya.

“Kami pernah pergi ke beberapa dukun dan pendoa untuk pengobatan Stefanus,” tuturnya.

Namun, upaya mereka gagal. Stefanus tak kunjung pulih.

Pada 2017, kehidupan keluarga Theresia semakin terpuruk. Kleofas yang saat itu tengah bekerja jadi buruh proyek di salah satu kampung di wilayah Kota Komba, mengalami sakit, sama seperti ayahnya.

“Sejak saat itu dia jalan-jalan sembarang dan marah-marah saya kalau pulang rumah. Sampai sekarang dia jalan-jalan sembarang,” kata Theresia.

Padahal, menurutnya, sebelum mengalami gangguan jiwa, anak semata wayangnya itu selalu bantu cari uang untuk menafkahi keluarga. Kleofas kerap jadi buruh proyek di banyak tempat.

“Sejak dia sakit, saya kerja sendiri menafkahi keluarga,” ungkapnya.

Dalam kondisi yang demikian, Theresia tetap tabah. Ia terus berupaya untuk kesembuhan suami dan anaknya.

Berkat informasi dari warga sekitar, Theresia pun membawa Kleofas ke Renceng Mose – panti rehabilitasi jiwa – yang berada di Kabupaten Manggarai.

Di panti itu, Kleofas dirawat selama satu minggu. Ia kemudian pulang karena sudah mulai pulih.

Namun, setelah beberapa lama di kampungnya, Kleofas kambuh lagi. Ia kembali sering jalan tanpa tujuan dan selalu mengancam ibunya saat pulang rumah.

“Dia kambuh karena tidak mau minum obat lagi,” kata Theresia.

Sementara itu, kondisi berbeda dialami Stefanus. Kini ia mulai membaik. Balok pasungnya pun sudah dibuka.

“Dia mulai pulih itu sejak konsumsi obat yang dibeli di Panti Renceng Mose,” tutur Theresia.

Theresia mengatakan, kini setiap bulan ia selalu membeli obat untuk suami dan anaknya itu di Renceng Mose.

“Obatnya mahal dan saya tetap berjuang semampu saya untuk beli obat. Saya juga selalu berdoa agar mereka dua cepat sembuh, sehingga keluarga kami kembali seperti dulu,” tutupnya.

 

spot_img
TERKINI
BACA JUGA