Ekora NTT Lolos Hibah Liputan Adat dan Kelompok Minoritas di Asia-Pasifik

Ruteng, Ekorantt.com – Media Ekora NTT terpilih sebagai penerima dana hibah peliputan adat dan kelompok minoritas di Asia-Pasifik.

Dana hibah peliputan ini diberikan Earth Journalism Network (EJN) yang merupakan organisasi pelaksana program pengembangan media yang menjadi bagian dari internews dan jaringan jurnalis lingkungan hidup global.

EJN telah mengumumkan sebanyak tujuh jurnalis Indonesia dari 16 media di Asia-Pasifik yang menerima hibah yang sama pada 30 Agustus 2023. Dua diantaranya media lokal; Ekora NTT dan Floresa berbasis di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini turut berpartisipasi dalam peliputan itu. 

Penerima dana hibah tersebut diwakili Irenius J.A. Sagur, Pemimpin Redaksi Ekora NTT dan Rosis Adir, Pemimpin Redaksi Floresa.

Nantinya, hasil peliputan akan diterbitkan di media Ekora NTT, Floresa, Barta1, Green Press Indonesia, Mongabay Indonesia, dan Mentawai Kita serta sejumlah media luar negeri.

iklan

Penerima hibah lainnya berasal dari berbagai negara di Asia Pasifik, yakni Kepulauan Solomon, Filipina, Vietnam, Fiji, Malaysia, Pakistan, Nepal, Sri Lanka, dan India.

Pemimpin Redaksi Ekora NTT, Irenius J.A. Sagur berbangga karena sejak awal berdirinya Ekora NTT telah berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas karya jurnalistik. 

Salah satu cara untuk mencapai itu, Irenius berkata, adalah mendorong para jurnalis Ekora NTT untuk terlibat dalam banyak fellowship jurnalistik. 

“Dan untuk kali ini beasiswa liputan dari Earth Journalism Network sungguh sebuah capaian untuk terus belajar dan menghasilkan karya jurnalistik yang berkualitas,” ujarnya.

Dalam website EJN disebutkan bahwa para jurnalis ini akan menghasilkan laporan mendalam mengenai ancaman pemanenan berlebihan dan kaitannya dengan perubahan iklim.

Selanjutnya, bagaimana kearifan lokal berkontribusi pada upaya konservasi komodo di Riung, Indonesia dan upaya penyelamatan benih padi yang membantu menjamin ketahanan pangan di Sarawak, Malaysia.

Laporan mendalam penerima hibah juga tentang bagaimana pengungsian akibat kenaikan permukaan laut dan banjir berdampak pada masyarakat adat di Fiji; bagaimana lumut dimakan dan dihargai oleh masyarakat adat di Nepal karena khasiat obatnya.

Manager Program Regional Asia untuk Lingkungan Hidup Internews, Amy Sim, mengatakan kita cenderung hanya mendengar suara masyarakat adat dan etnis minoritas di media ketika mereka memprotes konflik lahan dan pembangunan yang eksploitatif.

“Padahal, masih banyak cerita lain yang dapat dikisahkan,” katanya sebagaimana dilansir pada EJN.

Ia menambahkan kisah-kisah yang tak banyak diketahui masyarakat luas itu, di antaranya adalah pengetahuan lokal tentang hidup berdampingan dengan alam, cara hidup dan budaya yang terancam perubahan iklim dan degradasi lingkungan, serta apa yang mereka lakukan untuk menjaga tanah dan identitas. 

“Kisah-kisah para jurnalis itu akan membantu mengisi kesenjangan tersebut,” kata Amy.

TERKINI
BACA JUGA