8 Desa dari Manggarai dan Matim Studi Ekowisata di Detusoko-Ende

Ende, Ekorantt.com – Setahun terakhir, berbagai inovasi telah dikembangkan oleh Pemerintah Desa Detusoko Barat, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, NTT. Nama desa itu pun melambung dalam bidang pariwisata.

Hal ini tidak lepas dari usaha aktivis pariwisata setempat yang mengembangkan potensi desa menjadi embrio baru indutri pariwisata berbasis potensi lokal.

Memanfaatkan posisinya sebagai desa penyangga Taman Nasional Kelimutu, sejumlah anak muda dibawah pimpinan Kepala Desa Ferdinandus Watu, mengembangkan produk lokal untuk dijual ke wisatawan.

Tahun 2020, Badan Usaha Milik Desa (BumDes) Au Wula menjadi nominasi terbaik dari ribuan BumDes yang ada di Indonesia. Torehan prestasi tersebut membuat pemerintah desanya mendapat penghargaan dari Presiden RI Ir. Joko Widodo sebagai pengelola Bumdes terbaik tingkat Nasional.

Pilihan “Pulang Kampung” bagi Nando Watu, demikian sapaan Kepala Desa jebolan Magister di Miami-Amerika Serikat tersebut memberi spirit baru pengembangan agro wisata dengan konsep Eko Wisata.

Atas beberapa penghargaan yang telah dicapai, kali ini Desa Detusoko Barat dikunjungi oleh 5 desa dari Kabupaten Manggarai dan 3 desa dari Kabupaten Manggarai Timur. Kehadiran mereka untuk melakukan studi tiru pengembangan eko-wisata dalam konsep pengelolahan Badan Usaha Milik Desa.

Kehadiran sepuluh utusan pemerintah desa yang difasilitasi Kopsen Karya Mandiri dan Yayasan KEHATI mendapat apresiasi dari Kepala Desa Detusoko Barat Nando Watu. Menurutnya, kunjungan tersebut sebagai wahana diskusi dan membangun jejaring juga membagi strategi dan manajemen pengelolahan potensi desa dalam bidang pariwisata disinergikan dengan pengembangan ekonomi desa.

Kedelapan desa yang melakukan studi tiru antara lain Desa Pong Ndun, Desa Meler, Desa Pong Lale, Desa Bangka Lelak dan Desa Pong Leko di Kabupaten Manggarai dan Desa Watu Lanur, Desa Colo dan Desa Compang Loni di Kabupaten Manggarai Timur.

“Pengembangan eko-wisata harus memiliki kemampuan membangun jejaring dan akses. Tentu diawali dengan mengangkat potensi yang ada di desa. Ekowisata atau eko-tourism merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan,”kata Nando Watu di Kantor Desa Detusoko Barat, belum lama ini.

Menurut Nando, manfaat ekowisata berdampak dalam berbagai aspek. Manfaat tersebut meliputi aspek konservasi, pemberdayaan dan pendidikan lingkungan. Konservasi dimana keterkaitan eko-tourism dan satwa terancam punah sangat erat, bahkan harus bersifat positif, sebagaimana studi yang dilakukan oleh peneliti Universitas Griffith.

Wisata berkorelasi positif dengan konservasi berarti memberikan insentif ekonomi yang efektif untuk melestarikan, meningkatkan keanekaragaman hayati budaya, melindungi warisan alam serta budaya setempat.

Pemberdayaan ekonomi erat kaitan dengan eko-tourism yang melibatkan masyarakat lokal berarti meningkatkan kapasitas, kesempatan kerja masyarakat lokal. Konsep eko-wisata adalah sebuah metode yang efektif untuk memberdayakan masyarakat lokal di daerah guna melawan kemiskinan, mencapai pembangunan berkelanjutan.

“Selanjutnya konsep pendidikan, sebagaimana melibatkan pendidikan lingkungan berarti kegiatan wisata yang dilakukan harus memperkaya pengalaman, juga kesadaran lingkungan melalui interpretasi. Kegiatan harus mempromosikan pemahaman, penghargaan yang utuh terhadap alam, masyarakat, budaya setempat,”kata Nando.

Manager Kopsen Karya Mandiri, Selfitus Parman mengatakan pihaknya melakukan studi tiru di Desa Detusoko Barat, Kabupaten Ende karena konsep dan gagasan ekowisata di desa tersebut telah dikenal luas dan mampu membangkitkan gairah ekonomi bagi warga lokal.

“Tentu kita bangga. Disini kita menikmati panorama alam desa yang sejuk, harmonis. Kita tidur di rumah penduduk dan menikmati pangan lokal. Sebuah rutinitas yang dijalankan juga oleh para wisatawan jika datang ke Detusoko Barat,”tutur Parman.

Sementara itu utusan dari Desa Meler, Kabupaten Manggarai, Sundari mengaku bangga dengan kegiatan yang digagas yayasan KEHATI karena telah memberi ruang pembelajaran bagi mereka untuk mengembangkan konsep ekowisata di wilayahnya.

“Detusoko Barat luar biasa. Dan kami bangga bisa belajar disini. Ini bukan membandingkan tapi kami datang, belajar dan meniru apa yang sudah digagas disini,”tutup Sundari.

Ansel Kaise

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA