Ende, Ekorantt.com – Kain tenun merupakan salah satu budaya yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang. Kain tenun tersebar hampir di seluruh pelosok negeri. Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam kain tenun yang cantik dan tentu memiliki ciri khas tersendiri.
Demikian pula “Lawo Lambu’ pakaian adat bagi kaum wanita Suku Ende dan Lio di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Zawo zambu (dalam penyebutan oleh Suku Ende), atau Lawo Lambu (dalam penyebutan Suku Lio), merupakan pakian tradisional atau adat untuk perempuan Kabupaten Ende.
Zawo/lawo berarti sarung tenun ikat sedangkan zambu/lambu berarti baju yang modelnya mirip Baju Bodo.
Tenun ikat Ende berupa Lawo Lambu, sama halnya seperti kain tradisional lain memiliki cerita di balik setiap guratan motifnya. Proses pembuatannya pun bukan dalam sekejap.
Balutan ‘Lawo Lambu’ memberi pesona tersendiri bagi perempuan Ende.
“Lebih anggun kalau pakai ini,”kata Melania Purwanti Mbewu (26), Gadis Rajawawo, Desa Kekandere, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende kepada Ekora NTT, pekan lalu.
“Ini warisan leluhur yang harus kita jaga,”ujar Melan.
Melan berkata, model dan perkembangan industri juga berpengaruh pada generasi muda dalam mencintai pakaian khas daerah Ende-Lio.
Dirinya mengajak generasi muda untuk mencintai produk sendiri apalagi warisan nenek moyang yang harus dijaga generasi penerus.
Di Kabupaten Ende, tidak banyak wilayah yang masih memproduksi tenunan khas Ende-Lio tersebut.
Tenun ikat Ende-Lio sama halnya seperti kain tradisional lain memiliki cerita di balik setiap guratan motifnya.
Kain Tenun Ende-Lio menjadi salah satu produk tenun ikat yang menarik untuk diperhatikan. Ekspresi kehidupan nenek moyang di zaman dahulu tergambar dalam motif kain tenun Ende-Lio.
Uniknya, para pengrajinnya menenun sesuai ingatan. Sehingga tidak memiliki pola tertentu.
Ansel Kaise