Ruteng, Ekorantt.com – Perjalanan menuju pesisir utara Kabupaten Manggarai pada Rabu (11/8/2021) cukup menantang. Tumpukan kerikil di tengah jalan, bahkan jalan berlubang dan sempit harus dilewati dengan hati-hati.
Menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat, para jurnalis melintasi jalan itu untuk mengunjungi keluarga yang mengalami gangguan jiwa (OdGJ) di Kampung Muwur, Desa Wae Mantang, Kecamatan Rahong Utara.
Dua OdGJ yang dikunjungi yakni Siprianus Judin (45) dan Donatus Dasor (41). Keduanya adalah kakak beradik. Siprianus sekitar dua minggu lalu baru saja dipasung, sedangkan sang adiknya dipasung sejak dua puluh tahun lalu.
Keduanya dipasung di rumah yang berbeda. Dengan tempat tidur seadanya, mereka hanya duduk diam di bawah rumah yang berdinding pelupuh bambu, beralaskan tanah dan seng seadanya.
Sipri dikaruniai empat orang anak bersama istri Birgita Gimbul (43). Sedangkan Donatus sendiri belum berkeluarga.
Birgita pun mengalami gangguan yang sama seperti sang suami. Hanya bedanya, ia tak dipasung seperti suami dan iparnya itu.
Birgita justru terlihat seperti pendiam dan suka menyendiri, bahkan sering mengalami depresi.
Anak sulung dari pasangan suami istri, Siprianus dan Birgita, Kristina Viani Varnilan menyambut rombongan di kediamannya. Napasnya terengah-engah.
Afni, begitu sapaan akrabnya, baru saja pulang dari kebun yang berjarak sekitar dua kilometer dari rumahnya.
Hari-hari ini, ia bersama adik ketiganya rutin ke kebun. Mereka memastikan tanaman tumbuh dengan baik.
Afni lalu bergegas menurunkan sebuah karung kecil yang berisi hasil kebun mereka dari atas kepalanya.
“Kaka, bao ite ga? (Kaka sudah dari tadi?),” sapa Afni kepada teman-teman jurnalis.
Di sela-sela perbincangan, Afni mengisahkan dirinya selama ini bekerja di Makassar sebagai asisten rumah tangga (ART) untuk membantu sang ayah membiayai kebutuhan keluarga dan demi impian membangun rumah yang lebih baik.
Sayangnya ia hanya bertahan 9 bulan. Kondisi sang ayah yang mulai kambuh, membuat gadis 20 tahun ini memutuskan untuk kembali ke kampung merawat keluarganya.
“Akhirnya saya harus pulang untuk merawat mereka,” sebutnya sambil berlinang air mata.
Sekarang, ia menjadi tulang punggung keluarga di usia 20 tahun. Selain menghabiskan waktu sehari-harinya di kebun, ia juga bekerja ekstra merawat orang tuanya.
“Karena bapa ini dipasung jadi untuk mandi, makan kami anak-anaknya yang bantu bahkan kalau bapa buang air besar itu pakai ember lalu kami yang buang dan bersih,” kata gadis kelahiran 2001 itu.
“Sebenarnya pernah ada yang tawarkan bapa untuk masuk ke panti Renceng Mose, tapi karena kendala di biaya sehingga kami keberatan” lanjutnya dengan nada sedih.
Tak tega melihat kondisi orangtuanya, Afni pun berharap agar segera mendapatkan bantuan berupa obat.
“Semoga ada orang yang terketuk hatinya untuk berikan bantuan obat ke orang tua saya dan bantuan sosial lainnya,” sebutnya.
Sumbangan untuk Keluarga Afni
Tak lama setelah perbincangan, perwakilan Persatuan Jurnalis Manggarai (PJM) langsung menyerahkan bantuan kepada Afni dan mamanya.
Ketua PJM, Yohanes Manasye menyampaikan terima kasih kepada para jurnalis yang bertugas di Kabupaten Manggarai.
“Karya jurnalistik yang rekan-rekan sajikan melalui media masing-masing telah menjadi corong untuk menyuarakan kondisi masyarakat yang memprihatinkan,” ujarnya.
Kata jurnalis Metro TV ini, karya jurnalistik dari rekan wartawan telah menggerakkan hati banyak orang baik untuk terlibat membantu.
“Terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada Koperasi Karyawan Bandung Utama Group yang tergerak untuk membantu keluarga ini. Semoga usahanya semakin sukses sehingga bisa terus berbagi dengan keluarga-keluarga yang membutuhkan bantuan,” ketusnya.
“Untuk Afni dan Yohanes, kalian menjadi tulang punggung bagi keluarga. Tulang punggung bagi ayah, ibu, dan paman kalian yang menderita sakit serta kedua adik kalian yang masih kecil,” pungkasnya.
Adeputra Moses & Yaflin Lehot