Kisah Pemulung Kakak-Beradik yang Tinggal di Gudang Bekas Kios Sejak 1997

Maumere, Ekorantt.com – Kisah haru datang dari dua wanita kakak beradik yakni, Margaretha (67) dan Maria Anggelina (56). Keduanya berprofesi sebagai pemulung yang hidup di sebuah bangunan bekas kios di RT 10, RW 004, Kelurahan Wairotang, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, NTT.

Bangunan bekas dua kamar itu milik Baba Roda Mas. Sejak tahun 1997 keduanya diperkenankan tinggal di bangunan berukuran sekitar 4×4 meter itu yang berada dalam kompleks Gudang Matahari di Jalan Mohamad Yamin-Wairotang.

Saat ini, Margaretha dan Maria hidup bersama kedua anak angkat mereka yakni Elisabeth Feliksia Genoveva (19) dan Marselinus Mikhael Anggelo (17).

“Kami bertiga tidur di kamar dan anak laki (Anggelo) di kamar tamu beralaskan kasur,” ucap Margaretha, orang biasa memanggilnya Maga.

Elisabeth dan Anggelo ialah anak dari Kosmas yang merupakan kakak kandung Maga dan Anggelina. Kata Maga, Kosmas ialah penyandang disabilitas (tuna netra) yang juga sama-sama berprofesi sebagai pemulung sampah.

iklan

“Kedua anak itu kami asuh sejak bayi hingga dewasa dan sekolah di SMK dan SMA hanya bermodalkan jual sampah plastik dan kardus,” kata Maga.

Setiap hari, Maga dan Anggelina bekerja sebagai pemulung sampah. Mereka menyusuri jalan di seputaran Kota Maumere dengan membawa karung.

Di tengah hiruk pikuk kendaraan setiap pagi, keduanya mulai memilih sampah-sampah yang bernilai ekonomis. Mulai dari gelas plastik, botol plastik bekas, kardus dan kertas koran.

Kompleks Kantor Pengadilan, tempat penampung sampah di Susteran SSpS disamping SMP Negeri Tampil, di got-got pinggir jalan dan berakhir di Taman Tsunami Maumere merupakan sasaran kerja mereka setiap hari.

Barang-barang bekas itu mereka kumpulkan lalu masukan ke karung dan kresek-kresek yang disediakan. Lalu mereka bawa ke gubuk tempat tinggal mereka untuk kemudian memilah dan menjual.

Maga berkata, hasil sampah itu lebih banyak digunakan untuk biaya pendidikan kedua anak itu. Elisabeth yang baru tamat dari SMK Yohanes XXIII Maumere dan sejak Agustus 2021 lalu menjadi guru TK Sang Timur Wairklau Maumere. Sedangkan Anggelo masih duduk dibangku kelas X SMKN 3 Maumere.

“Kami sudah bodoh karena hanya tamatan sekolah dasar. Kami tidak mau anak yang kami piara (angkat) ini seperti kami. Kami mau mereka berhasil walaupun kami hanya kerja sebagai pemulung sampah,” ujar Anggelina yang pernah bekerja di Toko Timur Jaya Maumere.

Berhubung pendidikan kedua anaknya jadi fokus perhatian Maga dan Anggelina. Uang hasil timbangan sampah selain untuk kebutuhan sehari-hari juga sebagiannya menabung di BNI.

“Saya biasa simpan uang berkisar Rp 300 ribu sampai Rp 800 ribu dari hasil penjualan. Saya harus siapkan untuk kebutuhan pendidikan anak sekolah,” tutur Maga yang mengakui pernah mendapat bantuan lewat program PKH sejak tahun 2017.

Meski hidup di bangunan bekas, bagi Maga, bukan menjadi masalah utama dalam menggapai rezeki. Justru sebaliknya, dengan keadaan begitu membuat ia dan Anggelina bersemangat untuk terus bekerja.

Ia menuturkan berkat kemurahan hati Baba Roda Baru yang merelakan keduanya menggunakan kios bekas sebagai tempat tinggal justru membuat keduanya terpacu bekerja keras dan bisa membiayai pendidikan anak angkat mereka.

“Kami bersyukur tentunya. Kami merasa baik-baik saja,” pungkas Maga.

Mantan Ketua RT 10, Kelurahan Wairotang, Donatus Tahu Nahak yang mengantar Ekorantt.com ke rumah Maga dan Anggelina mengapresiasi kerja keduanya.

“Lingkungan kami ini bersih karena kedua ibu ini. Yang perlu diapresiasi lagi walau pemulung sampah tapi uang sekolah dari kedua anaknya ini tidak pernah tunggak,” ujar pria asal Malaka Timor ini.

Yuven Fernandez

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA