Belajar dari Muro, Sistem Konservasi sekaligus Ketahanan Pangan Orang Lembata

Lewoleba, Ekorantt.com – Pemerintah Kabupaten Lembata menggandeng NGO lokal dan peneliti lingkungan membahas kearifan lokal muro, sebuah kawasan darat dan laut yang dilindungi oleh masyarakat adat melalui ritual dan aturan adat.

Kegiatan dengan konsep talk show ini merupakan bagian dari rangkaian Eksplorasi Budaya Lembata yang diselenggarakan di tepi pantai Wulen Luo, Lembata pada Sabtu (5/3/2022).

Hadir dalam kegiatan ini Bupati Lembata Thomas Ola Langoday, sejumlah perwakilan masyarakat adat, siswa-siswi SMA, akademisi, politisi, dan beberapa tamu undangan lainnya.

Benediktus Bedil, Direktur LSM Barakat – lembaga yang beberapa tahun terakhir fokus mendampingi masyarakat adat mengangkat kembali muro – dalam kegiatan talk show itu mengatakan bahwa kegiatan tersebut hendaknya menjadi momentum untuk membangkitkan semangat semua masyarakat Lembata, khususnya orang muda, dalam mempertahankan kearifan lokal tersebut.

“(Selama ini) setiap kali ritual muro itu tidak banyak kaum milenial yang hadir,” katanya.

Bedil menjelaskan muro (di laut) memiliki tiga zona, yakni; pertama, tahi tubere (jiwa laut) atau zona inti, merupakan tempat ikan berkembang biak. “Zona ini menjadi kamarnya ikan. Seperti kamar keluarga,” jelasnya.

Kedua, ikan berewae (ikan betina) atau zona penyangga. Di zona ini, perempuan dan anak-anak diprioritaskan untuk menangkap ikan dengan cara memancing.

Ketiga, Ikan ribu ratu (ikan untuk umum) atau zona pemanfaatan. Di zona ini, semua orang bisa menangkap ikan sesuai jadwal yang telah disepakati bersama.

Menurut dia, muro memberi ketahanan pangan bagi masyarakat, sebab cadangan makanan (ikan) selalu ada di kawasan karena semua zona terjaga sesuai aturan adat.

Bedil juga mengatakan muro menciptakan keadilan sosial bagi masyarakat adat karena kawasan tersebut menjadi milik bersama dan setiap orang bisa mengambil hasil di dalamnya sesuai jadwal dan ketentuan adat.

Sementara itu, Piter Pulang, salah satu peneliti lingkungan, pada acara tersebut mengatakan bahwa muro merupakan kebijakan konservasi yang diwariskan oleh nenek moyang orang Lembata.

Di Lembata, lanjutnya, konsep penyelamatan lingkungan sudah ada jauh sebelum munculnya gagasan dari lembaga-lembaga pendidikan atau ahli-ahli lingkungan.

Selain itu, menurut dia, muro juga merupakan konsep ketahanan pangan  yang diwariskan oleh leluhur orang Lembata.

Oleh karena itu, ia meminta pemerintah agar menggunakan konsep ini untuk menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Lembata.

Sebab, katanya, “Konteks pencadangan makanan pada musim paceklik di Lembata tetap menjadi catatan kritis dalam proses pembangunan.”

Jerry Nalley (16), Siswa SMA Frateran Don Bosco Lewoleba mengatakan kegiatan talk show itu sangat bermanfaat bagi generasi muda.

“Dengan adanya kegiatan hari ini kami tahu tentang muro, zona-zona inti dalam muro, sehingga kita sebagai generasi muda, ke depannya akan benar-benar ambil bagian dalam pelestarian muro,” ujarnya.

Hironima Sucitra Leni (15), Siswa SMAN II Nubatukan juga menyampaikan hal senada.

Menurutnya, kegiatan Eksplorasi Budaya Lembata sangat membantu generasi muda untuk mengenal lebih dalam budaya dan adat istiadat masyarakat Lembata.

Yurgo Purab

spot_img
TERKINI
BACA JUGA