Mbay, Ekorantt.com – Stigma tentang penyandang difabel menjadi hal yang sejak lama dibicarakan. Seringkali orang masih menganggap kaum difabel tak bisa mandiri dan diperlakukan berbeda. Padahal jika diberi kesempatan, kaum difabel juga bisa sukses.
Seperti Gaspar Gaa Aja (39) yang kini sukses menjadi pengusaha perbengkelan. Gaspar mengalami kelainan genetik kaki kanan sejak lahir yang membuat otot-otot melemah. Meski demikian, keterbatasan fisik tak membuat Gaspar patah semangat.
Warga Dusun Sipi, Desa Ulupulu, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, NTT itu terus mengasah keterampilan perbengkelan yang ia tekuni sejak tahun 2002. Ia belajar bidang otomotif secara autodidak.
Gaspar bercerita, kesuksesan itu berawal saat dia berada Panti Alma di Mundemi, Kecamatan Keo Tengah, Nagekeo. Di sana ia diutus mengikuti pelatihan selama dua tahun di Sulawesi melalui program pemerintah saat itu.
Dari praktik itu, Gaspar dinilai mampu dan terampil pada bidang perbengkelan meski sama sekali tidak memiliki jejak akademik. Ia memperoleh sertifikat penghargaan.
Kemudian pada tahun 2012, ia dipindahkan ke Panti Bakti Luhur Alma Woloare di Kabupaten Ende. Gaspar sempat bekerja di Cahaya Motor, salah satu bengkel ternama di Ende.
Nama Panti Luhur Alma Woloare saat itu sempat mencuat ke publik pada HUT RI karena mampu mendistribusikan asuhan menjadi tenaga kerja aktif. Karena itu, Panti Alma mendapatkan penghargaan oleh Pemkab Ende pada zaman Bupati Almarhum Marselinus Y W Petu.
Gaspar diutus menerima penghargaan kala itu.
“Iya waktu itu saya terima penghargaan setelah apel 17 Agustus,” ujar Gaspar, Rabu (10/8/2022) di Sipi, Nagekeo.
Mengangkat Pamor
Gaspar berujar, daya juang yang ia dan beberapa difabel lainnya lakukan itu untuk mengangkat pamor para penyandang yang cenderung dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang.
Bahkan, ia pernah mendapat perlakuan miring sebagai orang tak mampu yang acap kali datang dari lingkungan sosial.
“Sering. Saya sering diragukan, dibilang tidak kuat, tidak mampulah, apalah,” ucap Gaspar.
Dari stigma negatif itulah membuat Gaspar bangkit dan mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya. Tak hanya itu, Gaspar pun seringkali memberi motivasi kepada penyandang lain agar terus berkarya meski keterbatasan fisik.
Upaya yang dibangun itu untuk mengubah paradigma masyarakat, mengikis stigma dan diskriminasi yang terus bergulir baik di media sosial maupun secara langsung ke penyandang difabel.
“Orang-orang sering menilai dari sisi fisik. Itu yang saya bilang melihat sebelah mata,” kata pria kelahiran 1983 itu.
Bangun Usaha Bengkel
Bengkel Dua Putra yang terletak di Sipi-Ndora itu sebagai bentuk dukungan keluarganya terhadap keterampilan Gaspar. Setelah keluar dari Panti Alma Ende tahun 2014, ia langsung terjun ke dunia kerja nyata di kampung halaman.
Tempat yang ia kerja itu sebagai bentuk perjuangannya untuk menunjukkan ke publik bahwa ia bisa bekerja sama hal seperti manusia normal.
“Yah, saya bisa dan saya harus bisa,” ucap Gaspar.
Gaspar terlihat lihai memperbaiki kendaraan di bengkel itu. Tiap hari selalu ramai dikunjungi pelanggan baik kendaraan roda dua maupun roda empat.
Ada yang tambal ban, ganti oli, kampas rem maupun memperbaiki onderdil-onderdil yang rusak.
“Ternyata keberuntungan juga berpihak ke kami (difabel). Saya selalu mensyukuri itu,” kata dia menandaskan.