Menopang yang Papa, Merangkul yang Mapan

Maumere, Ekorantt.com – Perjalanan karir politik Darius Evensius terbilang unik dan menarik.

Dia rupanya seorang pegiat koperasi berpengalaman yang menemukan kecocokan antara koperasi dan pilihan sebagai politisi.

Bagi dia, kesamaan itu terletak pada semangat untuk membaur dan melayani masyarakat kecil.

Juga potensi untuk membangun kemitraan dengan kaum mapan sehingga bisa terjadi kolaborasi dalam aspek pemberdayaan masyarakat.

Meskipun begitu, Darius yang saat ini menjabat sebagai Ketua Komisi I dan Ketua Fraksi PDIP DPRD Sikka mengakui, semuanya itu bukanlah perkara instan atau sekadar gaya-gayaan belaka.

iklan

Darius berkisah, dulu ketika berjuang membesarkan koperasi, dia tak pernah berpikiran untuk menjadi politisi.

Namun, masyarakat yang dia layani ternyata memberikan respons baik sehingga niatnya pun terpatri.

“Koperasi sangat berjasa besar bagi saya. Di dalamnya saya belajar untuk mengabdi kepada masyarakat, mendengarkan keluhan mereka sehingga saya akhirnya punya keberanian untuk terjun ke dunia politik,” ujarnya.

Sejak Pemilu 2004, Darius memang sudah berpolitik.

Dia ikut pemilihan legislatif namun gagal lolos tersebab nomor urutnya 5 meskipun perolehan suaranya besar.

Tentu saja dia tak patah arang. Sembari tetap melakukan aktivitas perkoperasian, dia ikut lagi konstestasi Pemilu 2009 dan puji Tuhan, dia lolos.

Meskipun sudah duduk di gedung Kula Babong, dia tetap tak lupa pada koperasi, terutama Kopdit Tuke Jung, dan terus melakukan pelayanan.

Baginya, spirit koperasi senantiasa mengalir dalam nadinya. “Saya harus jujur bahwa suara saya memang banyak datang dari anggota koperasi. Tapi, itu bukan berarti saya manfaatkan koperasi sebagai ruang untuk berpolitik,” Katanya.

“Saya geluti koperasi ini sudah sangat lama dan inspirasi dari situlah yang menghantar saya untuk berpolitik,” beber figur yang pernah bekerja selama 12 tahun di Puskopdit Swadaya Utama Maumere bersama Romanus Woga, Wabup Sikka sekarang.

Barangkali karena inspirasi itulah yang membuat dia kembali terpilih pada Pemilu 2004 dengan suara terbanyak dari partai PDIP, sebuah partai politik yang dia akui turut berjasa besar menggembleng karir politiknya.

“PDIP juga membentuk saya hingga saat ini. Saya berterima kasih kepada partai untuk pendidikan politiknya. Juga kepada tokoh senior Bapak Alexander Longginus untuk nasihat-nasihat yang baik dan berguna,” demikian pungkas Darius.

Sebagai sosok yang prinsipil, Darius mengatakan, seorang politisi mesti memiliki beberapa poin penting guna dijadikan pegangan.

Pertama, faktor intelektualitas yang mana politisi harus punya kemampuan tatkala berhadapan dengan eksekutif.

Sebagai mitra, anggota legislatif harus punya sikap kritis terhadap eksekutif dan ini hanya bisa dicapai dengan pengetahuan yang memadai.

Kedua, rekam jejak dalam melaksanakan tugas-tugas kemasyarakatan sehingga bisa jeli dalam menghadapi kaum birokrat.

Ketiga, moralitas, yang menurut Darius merupakan hal utama dalam diri seorang pemimpin. Sebab, menjadi pemimpin adalah menjadi suri teladan.

Makanya, moralitas haruslah baik dan jangan sampai tercoreng karena pasti menciderai nurani rakyat yang telah memberikan mandat kepercayaan.

Keempat, kemampuan memiliki jaringan kerja sehingga bisa bekerja secara baik demi kemaslahatan bersama.

Baginya, tanpa jaringan kerja yang baik, entah ke provinsi atau pusat, seorang politisi di daerah sulit untuk melakukan lobi-lobi politik dalam membangun daerah.

Untuk Pemilihan Legislatif tahun 2019 ini, Darius akan kembali mencalonkan diri untuk menjadi anggota DPRD Sikka.

Masih dari PDIP dengan nomor urut 2 untuk Daerah Pemihan (Dapil) II, meliputi Kecamatan Lela, Nele, Koting, Kangae, Kewapante dan Hewokloang.

Sebetulnya, dia ingin maju ke level provinsi, hanya saja dia bilang bahwa antrian terlalu banyak dan dia tidak mendapatkan pintu.

Tapi, dia tetap punya prinsip, yakni menjadikan diri sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri.

Sebab, dalam pengalamannya sebagai pengurus koperasi, dia ikut merasakan denyut nadi masyarakat kecil dan sampai saat ini dia tetap memilih tinggal di kampung, yakni di Tadabliro, Nele.

Slogannya pun tersaji jelas.

Menopang yang papa, merangkul yang mapan.

Itu artinya, dia memiliki tanggung jawab untuk dekat dengan orang-orang kecil, sekaligus bisa berkolaborasi dengan mereka yang hidupnya telah mapan.

Mengomentari para kandidat lain, Darius Evensius spontan bilang begini.

“Semua calon itu baik. Tidak ada yang buruk. Sekarang tergantung masyarakat yang akan memilih, mana yang terbaik dari yang baik. Saya tidak kampanye menjelek-jelekkan orang lain. Biarkan hati nurani rakyat yang menentukan,” ujarnya.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA