Epilepsi dan TBC Bukan Kutukan

Maumere, Ekorantt.com – Tuberkulosis dan Epilepsi tidak asing lagi di telinga masyarakat. Dua penyakit ini sangat menakutkan masyarakat yang belum memahaminya.

Hari Tuberkulosis dan Hari Epilepsi atau Hari ungu diperingati pada tanggal 24 dan 26 Maret setiap tahun.

Di Kabupaten Sikka, Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) dan Hari Epilepsi pada tahun 2019 dirayakan oleh Puskesmas Kewapante, Desa Wairkoja, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka, Selasa, (26/3/19).

Hadir dalam acara itu Sekcam Kewapante Godfridus Erasmus, Kepala Puskesmas Kewapante Kosmas Wera bersama seluruh staf, Dokter Puskesmas Kewapante, dr. Natasya Suryawijaya, Kepala Desa dan BPD sekecamatan Kewapante, tokoh masyarakat, penyandang epilepsi, dan pasien dengan riwayat tuberkulosis.

Acara itu dipandu oleh dr. Natasya Suryawijaya dengan dua orang narasumber spesialis saraf dan spesialis penyakit dalam. Ada pun materi yang diberikan, yaitu “Pengenalan Epilepsi” yang dipaparkan oleh dr. Candida Isabel, SSpS dan “Pengenalan Tuberkulosis” yang dipaparkan oleh dr. Asep Purnama, Sp.PD.

iklan

Tujuan acara itu adalah meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit tersebut, meningkatkan kepedulian masyarakat bagi mereka yang menderita, dan memberikan kesempatan untuk berbagi kasih dengan sesama.

Sekcam Kewapante, Godfridus Erasmus mewakili Camat Kewapante mengatakan, nuansa ungu hari ini bermakna memberikan rasa empati kepada para penyandang epilepsi.

“Selama ini stigma epilepsi masih kurang baik di tengah masyarakat. Epilepsi ini bukan penyakit kutukan. Epilepsi ini dapat disembuhkan jika kita rutin konsultasi ke dokter ahli dan rutin minum obat,” ujarnya.

Menurutnya, masyarakat perlu berterima kasih kepada dr. Asep Purnama, Sp.PD dan dr. Candida Isabel, SSpS yang mau membagikan ilmu secara gratis tentang Tuberkulosis dan Epilepsi.

Menurut Godfridus, acara hari ini sangat penting untuk memberikan informasi ke tengah masyarakat tentang Tuberkulosis dan Epilepsi.

“Selama ini, sikap kita kurang adil terhadap para penyandang Epilepsi. Kita memperlakukan mereka tidak adil. Dengan sikap kita seperti itu, kita justru menambah penderitaan bagi mereka. Sikap kita yang baik adalah kita harus memberikan perhatian dan motivasi hidup kepada para penderita karena dengan motivasi hidup dan perhatian dengan sendirinya dapat menyembuhkan mereka,” ungkapnya.

Sehubungan dengan penyakit Tuberkulosis, ia mengatakan, pertama, wilayah Kabupaten Sikka rawan dengan gangguan pernapasan karena wilayah ini sangat berdebu.

Kedua, pola hidup masyarakat yang tidak sehat sehingga membuat masyarakat rentan terhadap penyakit.

Kebiasaan merokok juga menyebabkan penyakit.

Ia menghimbau agar masyarakat menghindari pola hidup yang tidak sehat agar sejahtera, sehat, dan mandiri.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Kewapante, Kosmas Weri mengatakan, acara hari ini adalah bagian dari penguatan kapasitas untuk persiapan akreditasi Puskesmas Kewapante.

“Jadi masyarakat juga harus kita berikan pemahaman tentang kedua penyakit ini, yakni Tuberkulosis dan Epilepsi karena sudah ada dua kasus yang kami temukan di Puskesmas Kewapante ini. Epilepsi ini tidak menular. Epilelsi ini dapat disembuhkan,” katanya.

Kosmas menjelaskan, Puskesmas Kewapante diresmikan pada 23 Agustus 2017.

Selama satu tahun ini, Puskesmas beroperasi dengan anggaran seadanya. Tahun ini, anggaran juga pas-pasan saja.

“Selain dua kasus Epilepsi yang kami layani di Puskesmas Kewapante, kami juga melayani pasien penyakit jiwa. Untuk penyakit Tuberkulosis yang kami tangani di Puskesmas Kewapante, ada tiga orang dengan MDA resistensi terhadap obat. Yang resistensi ini yang menjadi soal karena harus disuntik selama enam bulan,” terang Kosmas.

Kosmas meminta pemerintah desa memberikan bantuan bedah rumah kepada masyarakat yang menderita Tuberkulosis.

Sebab, salah satu penyebab TBC adalah sanitasi rumah tangga yang tidak sehat.

Kosmas berharap, seluruh peserta yang hadir benar-benar menyimak dengan baik materi Tuberkulosis dan Epilepsi sehingga bisa memberikan informasi ke tengah masyarakat.

“Saya menyampaikan terima kasih banyak kepada dr. Asep Purnama, Sp.PD dan dr. Candida Isabel, Sp.S dan jajaranya yang sudah luangkan waktu untuk hadir di Puskesmas Kewapante ini,” ucapnya.

Adapun tema HTBS 2019 secara global adalah “Its Time”.

Tema ini sejalan dengan Gerakan Masyarakat (Germas) melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK).

Indonesia mengambil tema “Saatnya Indonesia bebas TBC, Mulai dari Saya”.

Aksinya adalah “Temukan Tuberkulosis, Obati Sampai Sembuh (TOSTB), deteksi dini, dan pencegahan penularan Tuberkulosis,” jelas Dokter Puskesmas Kewapante, dr. Natasya Suryawijaya.

Pantauan Ekora NTT, Selasa (26/3) tampak puluhan dokter dengan baju ungu dibalut jas putih memenuhi Puskesmas Kewapante.

Peserta yang hadir pun memakai baju ungu dan disematkan pita ungu di baju. Usai acara seminar dilanjutkan dengan konsultasi, lomba kostum ungu terbaik, dan penyerahan hadiah.

 

TERKINI
BACA JUGA