Rosa Mistika Danalu, Sosok Pendidik di Kampung Kumuh

Maumere, Ekorantt.com – Menyebut nama Kampung Garam, pikiran warga Kota Maumere langsung tertuju pada kampung kumuh. Wilayah yang secara administratif terletak di Kelurahan Kota Uneng Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka ini dihuni penduduk yang mayoritas bekerja sebagai petani garam. Mereka mengais rezeki dengan memasak garam secara tradisional.

Di balik kumuhnya Kampung Garam, ada sosok Rosa Mistika Danalu (50) yang mengabdikan diri bagi kemajuan pendidikan bagi warga setempat. Rosa, demikian sapaan manisnya, adalah sosok pendidik di Paud Kampung Garam. Ia jugalah yang merintisnya 10 tahun silam, tepatnya pada tahun 2009 lalu.

Rosa menuturkan, tahun 1990-an Kampung Garam didiami 30 kepala keluarga. Matapencaharian sebagian besar penduduknya adalah petani garam dan buruh pelabuhan. Ada kenyataan miris yang dihadapi yakni minimnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak-anak. Perhatian pendidikan anak-anak masih jauh panggang dari api.

“Anak-anak hanya sekolah sampai kelas IV atau V. Setelah sambut baru pasti anak-anak ini putus sekolah dan membantu orang tuanya masak garam atau kerja sebagai buruh di pelabuhan,” kenang kader Posyandu Sarina ini.

Hatinya terenyuh. Ia sangat prihatin dengan kondisi seperti ini. Mengingat dirinya saja yang bisa menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas, Rosa terpanggil untuk memajukan pendidikan di lingkungannya tersebut.

iklan

Pertama-tama, ia berusaha membangun kesadaran orang-orang tua tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak.  Bersama sang ayah, Fransiskus Sintu, Rosa menerapkan strategi door to door (dari rumah ke rumah), mengunjungi orang tua dari anak-anak yang tidak sekolah, kemudian mengajak anak-anak  tersebut  untuk kembali melanjutkan pendidikan.

Jebolan SMEA Budi Luhur Maumere  mengisahkan bahwa mengubah pola pikir orang tua ini tak semudah membalikkan telapak tangan.

“Walaupun contoh yang saya berikan bahwa saya bisa bekerja di Asuransi Jiwasraya karena sekolah dan tamat SMEA tapi belum mampu menjinakkan hati para orang tua. Namun saya tidak patah arang. Saya berusaha terus menyadarkan para orang tua akan pentingnya pendidikan,” ujar Rosa yang pernah bekerja di Asuransi Jiwasraya Maumere tahun 1991.

Ada angin segar pada tahun 2009. Unicef membangun Posyandu Sarina di Kampung Garam dan Rosa dipilih menjadi kader Posyandu. Selain kegiatan Posyandu tiap bulan, tempat Posyandu ini dijadikan gedung bagi Paud Kampung Garam.

“Hadirnya Paud tanpa iuran pun orang tua tidak mau. Mereka mengatakan, tiap hari anak-anak hanya main saja, lebih baik bantu kami di rumah saja,” kata Rosa.

Tetapi seiring dengan perjalanan waktu, kata Rosa, orang tua akhirnya sadar bahwa mereka harus sekolahkan anak-anak mereka. Pendidikan sangat penting bagi masa depan anak-anak mereka. Itulah yang membuat Rosa bangga.

“Selama 6 tahun, saya tidak ada upah tapi saya merasa senang sekali. Saya tulus mendidik anak-anak usia dini. Bagi saya, punya semangat untuk sekolah saja, saya sudah senang sekali. Soal upah nanti saya peroleh di surga. Tuhan tidak pernah menutup mata bagi setiap orang yang berbuat baik bagi malaikat-malaikat kecil titipan Tuhan,” ujar Rosa.

Kini, Rosa sudah bisa tersenyum lebar. Selain anak-anak usia dini di lingkungannya bisa bersekolah, tiga tahun terakhir Paud yang dipimpinnya itu sudah ada iuran dan memperoleh dana 3,5 juta rupiah tiap tahunnya.

Rosa mengatakan, ada 35 anak Paud yang didampingi tiga pendamping. Seperti yang disaksikan Ekora NTT, 10 Agustus 2019 lalu, gedung Paud Kampung Garam disatukan dengan Posyandu Sarina. Bangunannya semi permanen berdinding halar (cincangan bambu,red). Fasilitas penunjang seperti alat permainan edukatif dan kursi sudah dalam kondisi yang memprihatinkan.

“Walau dalam keterbatasan, saya selalu menekankan kepada pendamping untuk kreatif menciptakan alat-alat tersebut.  Selain itu anak-anak kami juga berprestasi menjuarai lomba puisi dan menyanyi yang diselenggarakan gugus TK Binawirawan Maumere,” ungkap Rosa Bangga.

Yuven Fernandez

TERKINI
BACA JUGA