Teolog Stephen Bevans: STFK Ledalero Mesti Ikuti Jejak Paus Fransiskus

Ledalero, Ekorantt.com – Teolog Katolik Pater Profesor Stephen Bevans, SVD mengajak Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero mengikuti haluan arah profetis dan apostolik yang telah ditorehkan oleh Paus Fransiskus.

Ajakan teolog kondang ini disampaikan dalam simposium internasional di Aula St. Thomas Aquinas Ledalero, Maumere, Flores, NTT, Rabu (4/9/2019).

Dalam simposium memperingati 50 tahun atau emas STFK Ledalero itu, Bevans membawakan makalah berjudul “Pope Francis and Inculturation” atau “Paus Fransiskus dan Inkulturasi.”

Berikut Redaksi jabarkan garis besar pemikiran Bevans.

Dalam bagian pengantar, Bevans membuat perbandingan antara Paus Fransiskus dan Paus Benediktus XVI.

iklan

Bevans antara lain menggambarkan Benediktus sebagai paus yang “khawatir terhadap inkulturasi”, sedangkan Fransiskus sebagai paus yang “sebaliknya merangkul inkulturasi sebagai cara berteologi dan cara menyajikan ajaran Gereja dalam dunia dewasa ini.”

Di bagian ini, Bevans menjelaskan fokus uraiannya, yaitu menelisik cara Paus Fransiskus merangkul inkulturasi sebagai cara berteologi dan cara menyajikan ajaran Gereja.

Ada pun metodologi yang dia tempuh adalah mengkaji secara terperinci tiga (3) dokumen utama Paus Fransiskus, yaitu Evangelii Gaudium (Suka Cita Injil), Laudato Si (Bersukacita-lah), dan Amoris Laetitia (Sukacita Kasih), mengomentari secara singkat motu proprio Magnum Principum dan perjalanan singkat Paus Fransiskus ke Myanmar pada 2017, serta meninjau imbauan apostolik Christus Vivit yang ditulis Paus Fransiskus setelah Sinode Kaum Muda tahun 2018. 

Makalah Bevans, yang pdf-nya bisa diunduh di sini, dibagi ke dalam lima (5) bagian utama.

Bagian pertama, “Evangelii Gaudium: Inkulturasi dan Evangelisasi” berbicara tentang hubungan antara inkulturasi dan evangelisasi.

Pada bagian pertama dokumen ini, Fransiskus ajak Gereja Katolik taruh perhatian pada globalisasi ketidakpedulian, sistem keuangan yang memberhalakan uang, ketidaksetaraan yang membuahkan kekerasan, relativisme, fundamentalisme, fanatisme, dan persoalan urbanisasi.

Pada bagian kedua, Fransiskus antara lain mengkritik kecenderungan beberapa pemimpin Gereja Katolik yang beri “perhatian yang berlebihan akan liturgi, doktrin dan akan gengsi Gereja, tetapi tanpa kepedulian apa pun agar Injil memiliki dampak nyata pada umat Allah dan kebutuhan konkret masa kini” (EG 95).

Bevans membahasakannya sebagai “kurangnya ikhtiar untuk mencoba melakukan evangelisasi sebagai inkulturasi.”

Selanjutnya pada Bab III Evangelii Gaudium, Fransiskus menegaskan bahwa evangelisasi yang sesungguhnya hanya dapat terjadi sebagai atau melalui inkulturasi. Atau dalam bahasa Bevans, evangelisasi berarti “senantiasa berteologi dengan menghargai kehadiran Allah dalam budaya, bahkan ketika kehadiran itu disimpang/terdistorsi.”

Fransiskus juga mendiskusikan kriteria sebuah homili yang baik. Menurut dia, homili yang baik “berasal dari kontemplasi atas firman dan kontemplasi tentang umat.”

Selanjutnya, pada bagian kedua, “Laudato Si: Menggunakan Metode Inkulturasi”, Bevans membicarakan Laudato Si Paus Fransiskus, yang ia sebut sebuah “mahakarya inkulturasi.”

Menurut Bevans, Fransiskus memahami penghancuran “rumah kita bersama” sebagai salah satu krisis paling penting dewasa ini. Krisis ekologis membawa Gereja beserta seluruh tradisinya untuk melakukan dialog dengannya.

Menurut Bevans, ensiklik Laudaro Si Paus Fransiskus menggunakan metode “Melihat – Menilai – Bertindak.”

Dengan melihat, Fransiskus mendiagnosis berbagai akar atau sebab-sebab krisis ekologis.

Dengan menilai, berdasarkan fakta-fakta yang sudah dilihat, Fransiskus bikin refleksi alkitabiah-teologis tentang “Kabar Baik Penciptaan.” Menurut Bevans, sasaran Fransiskus adalah “merumuskan sebuah “ekologi yang integral” yang berupaya menyeimbangkan kepedulian manusia untuk suatu kehidupan yang baik dan bahagia bersama dengan kebutuhan untuk kelestarian lingkungan.”

Dengan bertindak, Fransiskus merumuskan “Beberapa Pedoman untuk Orientasi dan Aksi”dan cara-cara memajukan pendidikan ekologi.  

Bagian ketiga “Amoris Laetitia: Inkulturasi Mengisyaratkan Sikap Berani Ambil Risikoberbicara tentang langkah berani Fransiskus melakukan teologi kontekstual dalam kaitannya dengan fokus pelayanan kepausannya pada kerahiman Allah.

Atas dasar kerahiman Allah, Fransiskus berusaha menemukan cara-cara baru menyangkut partisipasi sakramental penuh dalam Gereja Katolik bagi para perempuan dan lelaki yang hidup bersama tanpa menikah atau yang telah menikah dan bercerai lagi tanpa anulasi atau pembatalan resmi atas perkawinan gerejawi mereka.

Bevans menggambarkan keberanian Fransiskus ini sebagai “menciptakan sensasi.”

Sebab, di satu sisi, terdapat begitu banyak perempuan dan lelaki dalam Gereja Katolik yang bersukacita dengan sikap progresif paus tersebut.

Namun, di sisi lain, sikap berani ambil risiko paus bernama asli Mario Borgoglio itu memanen kritik pedas dari kalangan Katolik konservatif.  

Mengutip Evangelii Gaudium, Bevans berpendapat, metode inkulturasi dari Paus Fransiskus butuh nyali atau keberanian ambil risiko.

Bagian keempat Magnum Principium dan Perjalanan ke Myanmar: Peka terhadap Konteks Lokal” berbicara tentang kepekaan Fransiskus terhadap konteks misi di Gereja-Gereja lokal.

Dalam sebuah dekret berjudul Magnum Principium, Fransiskus mengubah rumusan sebelumnya yang mengatakan bahwa “Vatikan (melalui kongregasi untuk Ibadat Ilahi) mesti menyetujui setiap penyesuaian dan terjemahan Liturgi Romawi dari teks Latin normatif” menjadi “Vatikan mengakui dan mengesahkan penyesuaian dan terjemahan yang telah disetujui oleh Konferensi Uskup setempat.”

Bevans menegaskan, dengan kata lain, Gereja lokal-lah yang punya kata akhir dalam hal variasi dan terjemahan menyangkut Liturgi.

Fransiskus amat menekankan otonomi Gereja-Gereja lokal.

Menurut Bevans, kepekaan Fransikus terhadap konteks lokal juga ditunjukkan dalam kunjungannya ke Myanmar. Ia menggunakan frasa “kehadiran Allah dewasa ini juga disebut Rohingya” begitu ia tiba di Bangladesh usai kunjungan ke Myanmar.

Akhirnya, bagian kelima “Inkulturasi dan Christus Vivit” mendiskusikan sikap Fransikus terhadap kaum milenial atau orang-orang muda.

Bevans tunjukkan tiga contoh.

Pertama, Fransiskus menulis Seruan Apostolik Pasca-Sinode ini dalam gaya obrolan dan bersahabat. Misalnya, “jangan hidup seperti orang dibius.”

Kedua, Fransiskus ceritakan contoh orang-orang muda yang digelari kudus seperti Carlo Acutis dan Maria Gabriella Perin.

Ketiga, Fransiskus pakai metafora dari dunia komputer yang bisa bikin ngakak orang muda. Misalnya, memori Allah digambarkannya sebagai hard disk yang merekam dan menyimpan semua data kita. Tetap terhubung dengan Tuhan diibaratkanya sebagai “terus-lah online”. Atau ungkapan lainnya, “Hidup bukan keselamatan di awan dan menunggu untuk diunduh, sebuah aplikasi baru yang hendak dipasang.”

Akhirnya, pada bagian penutup, Bevans tegaskan sekali lagi keyakinan teologisnya bahwa “sebenarnya tidak ada yang namanya teologi; yang ada hanyalah teologi kontekstual. Dengan kata lain, kita hanya dapat berteologi dengan berkomitmen pada inkulturasi.”

Simposium hari pertama 50 tahun STFK Ledalero ini juga menghadirkan Teolog Asia Pater Dr. John Mansford Prior, SVD sebagai penanggap dan Dosen STFK Ledalero Drs. Alfonsus Mana, Lic. sebagai moderator.

Besok, Kamis, (5/9/2019), simposium internasional di seminari terbesar di dunia ini akan menghadirkan lagi para pembicara seperti Dosen Universitas Katolik Atma Jaya Yeremias Jena, Direktur Vivat Internasional Indonesia Paul Rahmat, Ketua “Indonesian Consortium for Religious Studies/ICRS” Romo Martinus Joko Lelono, Dosen STFK Ledalero Dr. Puplius Meinrad Buru, Dosen Universitas Katolik De La Salle Manado Dr Josef Richard Raco, Dosen STFK Ledalero Dr. Otto Gusti N. Madung, Dosen Universitas Gajah Mada Khanis Suvianita, Dosen STFK Ledalero Emilianus Y.S. Tolo, Jefri S.C., dan Petrus Tan.

Akhirnya, lusa, Jumat (6/9/2019), Superior General SVD Dr. Paul Budi Kleden dan Rektor “Syarif Hidayatulah State Islamic Jakarta” Prof. Azyumardi Azra akan tampil sebagai pembicara.

Ayo, para pembaca Ekorantt.com, pergilah ke Bukit Ledalero!

Makalah Bevans bisa diunduh di sini.

Makalah lengkap Bevans bisa Saudara unduh di sini.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA